KESHI SANCHEZ tidak pernah tahu apa pekerjaan yang ayahnya lakukan. Sejak kecil hidupnya sudah bergelimang harta sampai waktunya di mana ia mendapatkan kehidupan yang buruk. Tiba-tiba saja sang ayah menyuruhnya untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang di sekelilingnya di tumbuhi hutan belukar dengan hanya satu orang bodyguard saja yang menjaganya.
Pria yang menjadi bodyguardnya bernama LUCA LUCIANO, dan Keshi seperti merasa familiar dengan pria itu, seperti pernah bertemu tetapi ia tidak ingat apa pun.
Jadi siapakah pria itu?
Apakah Keshi akan bisa bertahan hidup berduaan saja bersama Luca di rumah kecil tersebut?
***
“Kamu menyakitiku, Luca! Pergi! Aku membencimu!” Keshi berteriak nyaring sambil terus berlari memasuki sebuah hutan yang terlihat menyeramkan.
“Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku.” Luca terus mengejar gadis itu sampai dapat, tidak akan pernah melepaskan Keshi.
Hai, ini karya pertamaku. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasyhamor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bernegoisasi
Lihatlah bagaimana kondisi kamar Keshi, begitu berantakan seperti kapal pecah. Bantal dan guling serta selimut pada berjatuhan dari kasur.
Bibi Daya berkacak pinggang melihat kapal pecah ini. Sebenarnya apa yang terjadi dengan majikannya beberapa menit lalu?
“Nona Keshi.” Daya menyebut nama majikannya saat melihat Keshi sudah keluar dari kamar mandi.
“Ya?”
Daya menunjuk kasur yang berantakan itu dengan tatapan bertanya.
Keshi melihat arah tunjuk bibi Daya, menatap kasur, bantal, guling, dan juga selimut yang amat berantakan. Gadis itu meringis, kelakuannya barusan benar-benar di luar nalar. Ia shock karena bisa menghancurkan kamar tidurnya sampai seperti ini.
“Aku akan membereskannya sendiri.” ucap Keshi dengan wajah malu.
“Apa Anda baik-baik saja?” Daya bertanya lembut.
“Aku….aku baik-baik saja.” jawab Keshi dengan tergagu.
Bibi Daya menghela napas dan mengangguk. “Baiklah, saya akan pamit keluar. Jika Anda membutuhkan sesuatu, katakan saja pada saya.”
Keshi mengangguk mengiyakan dan membiarkan bibi Daya berjalan keluar dari kamarnya. Lagi dan lagi gadis itu menatap kapal pecah di kamarnya dengan kedua alis menukik tajam. Benar-benar tidak menyangka kamarnya akan jadi seperti ini.
...\~\~\~...
“Luca, antarkan aku pergi kerumah temanku. Hari ini aku akan pergi bermain bersama Nina di rumahnya.” Keshi berjalan menuju parkiran belakang, menemui Luca yang sedang mengobrol dengan rekannya yang lain.
“Selamat siang, nona Keshi.” beberapa penjaga di sana menyapanya.
Keshi mengangguk dengan seulas senyum, ia melirik Luca yang sedang meraih kunci mobil di gantungan lalu berjalan menuju mobil hitam di parkiran sana.
Gadis itu mengikuti Luca masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah bodyguardnya seperti biasa.
“Kita akan pergi kemana?” Luca bertanya, kakinya menginjak gas untuk keluar dari parkiran di sana. Luca menekan klakson untuk menyapa pada rekannya yang lain sebelum melenggang pergi keluar dari gerbang mansion.
“Kerumah Nina, temanku. Ikuti maps ini, Luca.” jawab Keshi, tangannya terulur, menunjukkan layar ponselnya pada titik lokasi menuju alamat rumah.
Luca tidak bertanya lagi dan segera menjalankan mobilnya menuju alamat tersebut.
Kurang lebih keduanya menempuh waktu sekitar 30 menit. Keshi sudah pernah datang kerumah Nina beberapa kali, jadi ia tidak akan merasa asing lagi dengan rumah besar milik temannya itu.
Nina terlihat berdiri di depan pintu rumahnya dengan senyum merekah, temannya itu sudah menyambutnya sejak tadi.
“Keshi!” Nina berseru senang menatap Keshi yang turun dari mobil, matanya melirik sejenak pada sosok Luca yang berada di kursi pengemudi.
“Luca, kamu juga bisa masuk kerumahku.” Nina menuruni tangga dan berdiri di sebelah mobil hitam temannya.
Luca menuruni kaca jendela di sebelahnya dengan tatapan bingung menatap perkataan Nina barusan. “Ya?”
“Keshi, ajak saja bodyguardmu untuk masuk. Tidak perlu sampai menunggu diluar sendirian.” Nina menatap Keshi yang sudah berdiri di sebelahnya.
Keshi mengerutkan dahinya bingung menatap temannya itu. “Apa tidak apa-apa?”
Nina mengangguk semangat. “Luca, ayolah ikut masuk.”
Luca menatap lekat pada Keshi, meminta jawaban untuk apa yang harus ia lakukan.
Keshi menghela napasnya dan mengangguk lalu menatap Luca. “Ayo, ikut masuk denganku.”
“Oho, kamu sudah datang, Keshi!” Mikael keluar dari rumah dengan senyum lebar, menyambut gadis itu.
...\~\~\~...
Di tempat yang lain.
Rio masuk ke dalam ruang bawah tanah di mansion milik Dante.
Matanya langsung terpaku pada pria berkepala plontos yang terlihat menunduk menahan sakit karena menerima bogeman mentah berkali-kali selama beberapa hari ini.
“Kamu masih ingin menutup mulut?” tanya Rio sambil menarik kursi dan duduk di hadapan pria plontos itu.
Musuh A mendongak, matanya memincing melihat Rio kembali turun ke bawah sini hanya untuk mendapatkan jawaban.
“Kamu tahu …. “ Rio mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah foto dengan seorang wanita dan anak kecil di dalam foto itu.
Rio menunjukkan foto itu kepada si musuh A dengan sebuah senyum mengejek. Musuh A terlihat melotot kaget, melihat foto di tangan Rio membuat jantungnya berdegup kencang.
“Apa yang kamu lakukan, bajingan?!” Musuh A mengumpat, wajahnya mengeras karena amarah.
Rio mencebik dan mengedikkan bahunya. “Sejujurnya aku bukan tipe orang yang seperti ini, tapi jika menyangkut tentang putriku, aku akan melakukan apapun, salah satunya melukai keluarga kecilmu ini.” Rio mengangkat foto itu tinggi-tinggi di hadapan musuh A.
Musuh A semakin kuat mengetatkan rahangnya, foto yang berada di tangan Rio adalah foto istri dan anaknya.
“Jadi mari kita bernegoisasi. Sepertinya karena kamu tertangkap oleh kami, orang-orang di dalam organisasimu sedang berusaha untuk mencelakai keluarga kecilmu di luar sana. Jika kita bernegoisasi dengan kamu yang memberikan informasi kepadaku, aku janji akan melindungi istri dan anakmu.” Rio mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
Rio bukan orang yang suka melukai perempuan dan anak kecil, dia tidak bisa melakukan hal seperti itu di saat dirinya di tinggal pergi oleh sang istri dan memiliki seorang putri.
Musuh A terdiam, menelisik wajah datar Rio. Mencari sebuah kebohongan di wajah tua pria itu. Tetapi nihil, tidak ada apapun yang tersembunyi di balik raut wajah datar itu.
“Apa yang ingin kamu ketahui?” selama berperang dengan pikirannya, musuh A bertanya, mencoba untuk menjalin negoisasi itu.
Rio menarik senyum lebar, ia menaruh foto di tangannya ke paha si musuh A.
“Siapa bos kalian?” tanya Rio, tanpa bertele-tele.
“Kamu mengenalnya, bahkan orang itu dekat dengan putrimu.” jawab musuh A.
Rio menukikkan alisnya, kepalanya berusaha untuk berpikir dan mengingat. Tetapi tidak ada apapun yang terlintas di otaknya.
“Jangan bertele-tele seperti ini, katakan saja siapa namanya.” titah Rio.
Musuh A terdiam, dia kembali berperang dengan logikanya. Dia ingin melindungi keluarga kecilnya, tetapi dia sudah bersumpah kepada pemimpinnya untuk tidak mengatakan sesuatu di saat tertangkap oleh musuhnya.
“Lewely, Mikael Lewely.”
“Apa?” Rio melototkan matanya, ia beranjak berdiri sambil terburu-buru mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.
“Pria itu adalah bos kami. Dia memberikan titah untuk membunuh Dante, tapi yang memberikan titah untuk mencelakai putrimu bukanlah Mikael.” Musuh A melanjutkan.
Rio mengetik dengan tergesa-gesa untuk menelepon nomor seseorang. Telinganya terpasang baik-baik untuk mendengarkan perkataan si pria berkepala plontos itu.
Pria tua itu menempelkan ponselnya di salah satu telinganya, menunggu Keshi mengangkat panggilannya. Rio berdiri dengan satu tangan terkepal erat, jantungnya berdetak tidak biasanya. Ia panik dan takut menjadi sekarang.
Selama berdetik-detik kemudian Keshi tidak juga mengangkat teleponnya, membuat Rio geram dan menendang kursi yang sempat ia duduki.
“Sial!” Rio memaki, ponsel Keshi sepertinya mati.
“Kamu ingin tahu siapa yang memberikan titah untuk mencelakai putrimu? Dia adalah teman dekat putrimu, Nina Lewely.”
Perkataan musuh A semakin membuat Rio gundah, ia segera berlari keluar dan menaiki tangga menuju mansion. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah secepatnya pulang kerumahnya menemui Keshi dan melarang putrinya untuk berteman lagi dengan Nina.