Untuk menyembunyikan aib kakaknya. Alora terjebak hubungan dengan cowok misterius yang dijuluki si buruk rupa di sekolahnya
Siapa sangka dari hubungan tidak terduga itu timbul benih cinta, yakin cowok tersebut buruk rupa? Tetapi kenapa Alora sampai menyukainya, bahkan memberi cinta utuh untuknya, atau ada alasan dibalik julukan buruk rupa itu?
Cerita ini mengandung adegan sedikit kelewatan ya? haha.. menceritakan kenakalan remaja yang pernah hidup di negara luar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cowok Physical Touch
Alora diturunkan di kursi atap sekolah, dimana beberapa waktu lalu sempat ia duduki bersama orang yang sama, Sean. Bedanya kini situasinya sedikit berbeda, gadis itu sedari tadi terus berontak meski usahanya sia-sia saja. Ia memalingkan wajahnya dengan memajukan bibirnya karena kesal. Namun tindakannya itu malah semakin membuat Sean gemas, tanpa sadar Sean tertawa pelan.
Menyadari kekehan Sean, Alora menoleh, detik berikutnya matanya melotot saat bibir keduanya sudah menempel. Dengan gesit Alora menjauh karena masih dalam mode kesal, meski tidak dipungkiri jantungnya sudah berdetak dengan lebih cepat, bahkan sejak aksi Sean menculiknya dari Kantin tadi.
"Sorry," lirih Sean tidak mendapat respon Alora.
"Gue nggak nyaman dengan keadaan gue yang sekarang," ujar Sean pada akhirnya.
Alora melirik cowok itu dari ujung matanya, hampir saja ia terpesona melihat wajah Sean yang terlihat sangat sempurna di bawah sinar matahari. Buru-buru ia menyadarkan dirinya.
Hei, ingat Alora, dia sudah mengambil ciuman kamu baru saja. Marahi dia atau tampar bila perlu, tetapi sepertinya hal seperti itu tidak akan terjadi, terbukti dari pipi Alora yang bersemu merah, entah karena teriknya matahari sekarang atau setelah menyadari fisik Sean yang tidak bisa Alora tolak pesonanya.
Cih, lemah. Tetapi sejak kapan Alora begitu lemah seakan menyerahkan diri kepada Sean? jawaban nya sudah pasti sejak ia tahu Sean tidak buru rupa atau jauh dari rumor yang beredar tentangnya. Juga perlakuan Sean yang tiba-tiba selalu membuat kupu-kupu di sekitar perutnya berterbangan.
"Itu tadi bayaran buat gue," ujar Sean berikutnya karena tidak mendapat respon dari Alora.
"Bayaran? Untuk apa?" akhirnya suara Alora terdengar dengan mengalihkan perhatian nya kepada cowok di sampingnya.
"Untuk ini semua," balas Sean seketika membuat Alora bingung.
"Hah?"
"Emang lo pikir dengan lo aman dari skors karena apa? gue tau otak lo pas-pasan, lo juga nggak begitu punya power di sekolah," jelas Sean berhasil membuat Alora menelan ludahnya kasar.
Apa yang Sean katakan memang benar. Ia tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan, apa lagi menyelamatkan diri dari masalahnya di sekolah. Melihat dari masalahnya kemarin yang cukup kontroversi harusnya ia sudah mendapat surat cinta berupa skors dari sekolah, tetapi sepertinya semua baik-baik saja seakan tidak terjadi sesuatu, bahkan ketika kakaknya datang ia tidak dipanggil ke ruang guru sama sekali, Alora masih bisa mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Kelebihan lo cuma satu, bikin gue candu," lanjut Sean seketika membuat Alora menatapnya diam.
Ingin marah tegapi tidak bisa, harusnya kata-kata Sean barusan bisa dikategorikan sebagai pelecehan verbal kan? Tapi ia tidak mampu melakukannya untuk sekedar protes, lihat saja pipi di wajah Alora malah bertambah semu. Aish, alih-alih marah Alora malah merasa senang.
"Alora gue sengaja lakuin ini biar lo bisa sekolah dengan tenang, nggak lagi jadi perhatian banyak murid, gue tau lo nggak nyaman karena itu. Apa lagi berita tentang kita yang tersebar," ujar Sean bersungguh-sungguh.
Ia menatap Alora yang malah sepeti salah tingkah. Sean menarik sudut bibirnya bertambah gemas. Ingin sekali mengkarung Alora dan membawanya ke rumahnya, membiarkan gadis itu tetap berada di rumahnya agar hanya Sean saja yang bisa melihat tingkah gemas Alora.
Dan benar, sesuai dugaan Sean, Alora salah tingkah. Bahkan ia tidak mampu mengatakan sepatah kata pun yang sudah ia rancang untuk menjawab, kalau sudah begini Alora bisa apa, ia hanya mencoba agar tetap tenang di depan Sean, tidak melakukan hal gila seperti dengan membalas ciuman dadakan Sean saja sudah lebih dari cukup, atau tiba-tiba kegirangan karena mendengar kata-kata Sean yang mampu melambungkan jiwanya seketika.
Alora tidak berharap itu semua, ia sendiri tidak menyangka kalau pertemuannya dengan Sean akan menjadi seperti ini, semenarik ini dalam kisah hidupnya. Tiba-tiba Alora menarik sudut bibirnya, tersenyum tanpa sadar.
"Lo suka gue perlakuin seperti itu?"
Ck, pertanyaan Sean langsung menyadarkan Alora dari lamunannya. Bodoh, untuk apa ia menghayal atau melamunkan orang yang kini berada di hadapannya langsung. Harusnya Alora gunakan sebaik mungkin kesempatan ini.
"Enggak," elaknya membuat Sean terkekeh.
"Tapi pipi lo merah dari tadi," lanjut Sean berhasil membuat pipi Alora semakin merona. Bedanya sekarang ada rasa kesalnya karena godaan sederhana Sean.
"Apa sih? Panas gini ya pasti pipi gue bakal merah lah," lagi-lagi Alora mengelak, Sean hanya mengangguk saja. Namun setelah itu ucapan Sean baru saja berhasil membangkitkan sisi galak seorang Alora.
"Tapi pipi gue nggak merah tuh, sama juga nggak sih kena panas?"
"Sean!" teriak Alora semakin membuat tawa Sean terdengar.
"Nanti pulang bareng gue, nggak ada penolakan," setelah mengatakan itu. Sean mulai melangkah meninggalkan Alora. Namun sebelum benar-benar pergi, ia membalikan tubuhnya melangkah mendekati Alora dan....
Cup
Satu kecupan di pucuk kepala Alora ia dapatkan dari Sean, cowok yang kini menjadi topik panas dikalangan teman-teman sekolahnya. Haruskah Alora keseal? Atau justru sujud syukur karena Alora gadis yang beruntung itu.
"Lo tambah cantik kalau lagi marah," setelah mengatakan itu Sean benar-benar pergi meninggalkan Alora yang masih diam mematung di tempatnya.
Segala perlakuan Sean atau tindakannya mampu membuat Alora tidak bisa menolak, baru saja ia marah tiba-tiba Sean melakukan hal tidak teduga, menciumnya dengan sangat lembut, memberi kata-kata yang mampu membuat Alora merasa dihargai, ini untuk pertama kalinya Alora sedekat itu dengan lawan jenis, jadi maklum saja kalau ia kewalahan dalam bersikap. Selain Haikal dan ayahnya pastinya yang tidak bisa disamakan dengan Sean.
Minusnya Sean tentu saja saat ini, meninggalkan dirinya seorang diri setelah membawanya tadi.
"Ck, menyebalkan, tapi gue suka," ujar Alora dengan senyumnya.
Ia mulai melangkah menuju ke bawah. Langkahnya terhenti melihat teman-temannya yang sudah menunggu di ujung tangga, Alora gelagapan sendiri seakan baru saja kepergok melakukan kesalahan.
"Kalian kok di sini?" tanya Alora mendapat senyuman misterius dari Haikal dan Karina. Hanya Jesi yang memasang wajah biasa, seakan tidak tahu apa-apa.
Memang yang menarik mereka sampai ke sana ialah ulah Haikal. Cowok lemah gemulai itu sangat penasaran apa yang akan dilakukan oleh Sean pada Alora. Mengingat tindakan Sean tadi yang membawa Alora secara tiba-tiba dengan tindakannya yang cukup membuat semua tercengang.
"Ayang, gue suka banget cara Sean bawa lo tadi, seperti rwaaarrrrrr." Haikal mengatakannya dengan tindakan seperti singa yang sedang mengaum.
Alora melongo, detik berikutnya ia tertawa melihat tingkah Haikal yang terkesan bar-bar.
"Kenapa tertawa? Lo pikir kita tidak lihat tadi pipi lo merah pas digoda Sean?
Detik itu juga Alora langsung menghentikan tawanya, musnah sudah image Alora di depan teman-temannya. Siapa yang peduli? Memang ada yang mampu menolak pesona Sean? Apa lagi diselipi dengan kata-kata manis sepeti itu. Untuk Alora gadis yang awam dekat dengan lawan jenis jelas langsung terpengaruh, efeknya tidak main-main, perasaan Alora mampu berubah-ubah dalam hitungan detik.
"Kalian ngintip?" tanya Alora dengan wajah merah. Sudah ingin meledakan amarahnya.
"Sedikit, btw dia physical touch juga ya? Rwaaaarr," goda Haikal dengan tawanya.
Sementara Alora sudah kabur entah kemana malu terus digoda oleh teman-temannya.
...****************...
Bole minta dukungan nya gess? Biar lebih semangat gitu nulisnya, makasi...
up up kk
Cuss biar bs lgsg halal biar ga nakal trs😁😁🤣🤣