NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat / Bercocok tanam
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan dari Sisi Lainnya di Noshira

Ratu Hwa berjalan keluar dari kamar Zharagi dengan langkah tenang, meski pikirannya penuh dengan kecemasan. Sebagai mantan ratu yang kini menjadi pelindung kerajaan, ia sadar ancaman ini lebih besar dari sekadar permainan politik. Setelah memastikan bahwa Zharagi dalam pengawasan yang ketat, ia kembali ke istana pribadinya.

Sesampainya di istana, Hwa memanggil Mei Li, seorang wanita muda yang telah dipercaya menjadi pengasuh Putera Mahkota sekaligus salah satu selir Zharagi. Mei Li segera masuk, wajahnya menunjukkan rasa hormat dan sedikit khawatir melihat ekspresi serius Hwa.

"Yang Mulia memanggilku?" tanya Mei Li lembut sambil membungkuk.

Hwa memandang Mei Li dengan tatapan tajam, penuh dengan kewaspadaan. "Mei Li, aku memintamu untuk mendengar baik-baik. Apa pun yang kau dengar, apa pun yang terjadi, jangan percayai siapa pun. Bahkan orang yang tampaknya paling setia sekalipun bisa menjadi musuh dalam selimut."

Mei Li tampak terkejut dengan pernyataan itu. "Yang Mulia, ada apa sebenarnya? Apakah sesuatu telah terjadi?"

Hwa mendekat, menaruh tangan lembut di bahu Mei Li. "Aku tidak bisa memberitahumu semuanya sekarang, tetapi kerajaan ini sedang berada di ambang bahaya besar. Kau adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Zharagi dan Putera Mahkota. Aku butuh kau tetap waspada. Jangan berbicara terlalu banyak, dan jangan biarkan siapa pun mendekat tanpa seizinmu."

Mei Li mengangguk pelan, meskipun matanya masih menunjukkan kebingungan. "Aku akan melakukan apa yang Yang Mulia perintahkan. Tapi... apakah ada yang mengancam keselamatan Putera Mahkota?"

Hwa menghela napas, mencoba menenangkan Mei Li. "Belum. Tapi aku tidak ingin mengambil risiko. Kau harus selalu menjaga putraku. Jangan biarkan siapa pun mencelakainya, bahkan orang dalam istana sekalipun."

Mei Li menundukkan kepalanya, mematuhi perintah Hwa. "Aku mengerti. Aku tidak akan mengecewakanmu, Yang Mulia."

Namun, sebelum Hwa sempat berbicara lebih lanjut, seorang pelayan mengetuk pintu dengan tergesa-gesa. "Yang Mulia, ada pesan mendesak dari perbatasan utara. Pemberontakan kecil telah terjadi di desa Noshira."

Hwa menyipitkan matanya, firasat buruknya terbukti benar. Musuh telah mulai melancarkan serangan kecil untuk menguji kelemahan mereka. Ia segera berdiri, menatap Mei Li dengan tegas. "Ingat, Mei Li. Lindungi dirimu, dan lindungi Putera Mahkota. Aku akan mengurus masalah ini."

Mei Li hanya bisa mengangguk sambil melihat Hwa bergegas pergi.

---

Di sisi lain, pemberontakan di desa Noshira hanyalah awal dari rencana besar musuh. Di dalam sebuah gua tersembunyi, pria berjubah hitam itu berdiri di hadapan wanita berambut perak yang tengah membaca surat. Wanita itu tersenyum sinis.

"Zharagi mulai bergerak. Ratu Hwa juga telah membuat langkah pertama. Tapi kita akan membuat mereka kehabisan tenaga sedikit demi sedikit," ujar wanita itu.

Pria berjubah hitam hanya mengangguk. "Kita perlu melemahkan lingkaran dalam mereka. Ratu Hwa adalah kunci. Jika dia jatuh, kerajaan ini akan kehilangan arah."

Wanita itu tertawa kecil. "Oh, jangan khawatir. Aku punya rencana untuk menjatuhkan Hwa. Biarkan Mei Li menerima 'hadiah' dari kita. Kau tahu apa yang harus dilakukan."

Pria itu tersenyum licik sebelum melangkah keluar dari gua, membawa sebuah kotak kecil yang berisi racun berbahaya. Target mereka kini jelas: Mei Li, sebagai penjaga Putera Mahkota, harus dijatuhkan agar kerajaannya mulai kehilangan keseimbangan.

Namun, tanpa mereka sadari, Hwa telah menyiapkan langkah-langkah pencegahan yang mungkin membuat rencana mereka lebih sulit dari yang dibayangkan. Badai intrik dan perlawanan semakin mendekat.

Sidang pagi di istana berlangsung dalam suasana yang tegang. Para menteri duduk di kursi mereka, wajah mereka menunjukkan kecemasan dan kelelahan. Zharagi duduk di singgasananya, mendengarkan laporan yang disampaikan oleh Menteri Perekonomian, Lord Feiyan.

“Yang Mulia,” kata Feiyan dengan nada serius, “pasokan pasar di berbagai wilayah semakin menipis. Sejumlah pemasok utama menghentikan pengiriman mereka, mengklaim adanya ancaman di sepanjang jalur perdagangan. Akibatnya, harga bahan pokok melonjak, dan rakyat mulai berperilaku kriminal untuk mendapatkan makanan.”

Zharagi mengetuk sandaran kursinya dengan jari, ekspresinya dingin namun penuh amarah. “Bagaimana ini bisa terjadi? Jalur perdagangan kita seharusnya dijaga ketat oleh pasukan patroli.”

Lord Feiyan menunduk. “Kami telah menyelidiki, Yang Mulia. Tampaknya ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan situasi ini untuk menciptakan kekacauan. Beberapa pemasok menerima ancaman langsung dari kelompok bayangan yang tidak ingin menyebutkan identitas mereka.”

“Kelompok bayangan?” Zharagi menyipitkan matanya. “Apa mereka berafiliasi dengan pengkhianat yang kita tangkap?”

Feiyan menggeleng pelan. “Masih terlalu dini untuk menyimpulkan, Yang Mulia. Namun, ada kemungkinan besar bahwa ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk melemahkan kerajaan.”

Menteri Dalam Negeri, Lord Rayan, angkat bicara. “Yang Mulia, kami juga menerima laporan bahwa beberapa wilayah pedesaan mulai mengalami kelaparan. Rakyat menjadi gelisah, dan ada sejumlah pemberontakan kecil di pinggiran kota.”

Zharagi mengepalkan tangannya di atas meja. “Ini tidak bisa dibiarkan. Rakyat adalah tanggung jawab kita. Jika mereka mulai kehilangan kepercayaan pada pemerintahan, kerajaan ini akan runtuh tanpa perlawanan dari luar.”

Suasana di ruang sidang menjadi semakin mencekam. Beberapa menteri tampak gelisah, sementara yang lain terdiam dalam pemikiran mendalam. Zharagi akhirnya berdiri, matanya memandang ke arah seluruh ruangan.

“Kita tidak punya waktu untuk saling menyalahkan. Saya ingin solusi segera,” kata Zharagi dengan nada tegas. “Lord Feiyan, pastikan semua jalur perdagangan diawasi dengan ketat. Kirim utusan ke setiap pemasok dan pastikan mereka dilindungi.”

Feiyan mengangguk. “Siap, Yang Mulia.”

“Lord Rayan,” lanjut Zharagi, “kirim pasukan tambahan ke wilayah-wilayah yang dilaporkan mengalami kerusuhan. Saya tidak ingin ada pemberontakan yang tak terkendali. Tetapi ingat, kita harus mendekati rakyat dengan hati-hati. Mereka butuh pertolongan, bukan ancaman.”

“Baik, Yang Mulia,” jawab Rayan dengan hormat.

Zharagi melanjutkan, kali ini menatap Menteri Keuangan, Lady Ansera. “Pastikan alokasi dana darurat segera disalurkan untuk membeli makanan dari wilayah lain jika perlu. Kita tidak bisa membiarkan rakyat kelaparan.”

Lady Ansera mengangguk. “Saya akan mengurusnya, Yang Mulia.”

Setelah memberikan instruksi kepada para menteri, Zharagi kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya. Namun, pikirannya terus berputar. Ia menyadari bahwa situasi ini bukan hanya tentang kelangkaan bahan pokok, tetapi juga tentang ancaman terhadap stabilitas kerajaannya. Musuh-musuhnya tidak hanya menyerang dari dalam istana, tetapi juga mencoba menghancurkan pondasi yang menopang rakyatnya.

Ketika sidang selesai, Zharagi memanggil penasihat militer kepercayaannya, Jenderal Kael, untuk bertemu secara pribadi di ruang strategi.

“Jenderal,” kata Zharagi dengan nada rendah namun penuh ketegasan, “saya ingin kau menyelidiki kelompok bayangan yang disebutkan oleh Feiyan. Kita harus mengetahui siapa dalang di balik semua ini.”

Kael mengangguk. “Saya akan mengirim tim terbaik untuk menyusup ke jaringan mereka, Yang Mulia. Tapi saya punya firasat, mereka tidak bekerja sendiri. Ada pihak yang lebih besar di belakang mereka.”

“Itulah yang ingin aku ketahui,” ujar Zharagi sambil menatap peta besar di hadapannya. “Mulailah dari para pedagang yang menghentikan pengiriman mereka. Cari tahu siapa yang mengancam mereka.”

Kael memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan. Zharagi memandang peta dengan tatapan dingin, menyadari bahwa ia harus bertindak cepat sebelum kerusakan semakin meluas.

Sementara itu, di istana Ratu, Hwa menerima laporan dari Mei Li bahwa salah satu pemasok utama yang dulunya setia kini tidak lagi mengirimkan bahan pokok karena takut pada ancaman misterius. Mei Li, yang kini lebih berhati-hati setelah peringatan dari Hwa, memastikan bahwa informasi ini sampai langsung ke Hwa tanpa diketahui pihak lain.

“Mei Li,” kata Hwa dengan nada tegas, “aku ingin kau menjaga Putera Mahkota dan mengawasi semua orang di istana ini. Jangan percayai siapa pun, bahkan mereka yang terlihat paling setia.”

Mei Li mengangguk dengan ekspresi serius. “Saya mengerti, Yang Mulia.”

Hwa menghela napas panjang, lalu menatap ke arah jendela istananya yang menghadap ke taman. Dalam hati, ia tahu bahwa ancaman ini tidak hanya menargetkan Zharagi, tetapi juga seluruh keluarga kerajaan. Ia harus mengambil langkah lebih besar untuk melindungi mereka, meskipun itu berarti mempertaruhkan segalanya.

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!