NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:762k
Nilai: 4.9
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB : Enaknya Punya Istri

“Masih lama nggak, saya sudah lapar,” keluh Rumi karena Kaisar belum juga keluar dari kamar.

“Sabar dong,” sahut Kaisar saat pintu terbuka.

Rumi menggeleng pelan melihat penampilan pria itu, padahal mereka hanya akan makan malam di luar itu pun bukan di cafe apalagi resto. Ia akan mengajak Kaisar menikmati seafood kaki lima di warung tenda pinggir jalan.

Kaisar terlihat rapi dan tentu saja tampan. Kaos dibalut cardigan dan celana jeans serta sandal. Harum tidak usah ditanya, rambutnya kembali rapi dan klimis khas pomade. Tubuhnya yang tinggi dengan kedua kaki jenjang membuat penampilannya semakin sempurna.

Namun, sampai depan rumah dahinya mengernyit karena jemputan mereka belum datang. Hanya ada motor matic yang biasa digunakan Rumi yang sudah diantarkan oleh supir kantor tadi sore.

“Ribut nggak sabar taunya jemputan belum datang.” Kaisar berkacak pinggang saat Rumi mengunci pintu. Mulutnya berdecak melihat Rumi kembali dengan setelan menyebalkan. Kacamata, rambut diikat norak dan poni berjejer di keningnya.

“Memang siapa yang mau jemput pak, malaikat maut? Kita naik motor lah, orang cuma ke kampung sebelah. Ayo!” Rumi sudah menaiki motor dan menghidupkan mesin.

“Tunggu, saya harus naik motor bareng kamu?”

“Ya iya, atau bapak mau di belakang motor lari sambil ngejar saya. Boleh, gimana enaknya aja,” tutur Rumi lalu tersenyum, membayangkan Kaisar berlarian mengejar dirinya.

“Ngaco kamu, penampilan saya udah oke begini taunya naik motor. Kenapa nggak bilang dari tadi.”

“Naik atau saya tinggal.” Ancaman Rumi berhasil, Kaisar langsung duduk di belakang tubuh gadis itu.

Cuaca mulai yang dingin mulai terasa, beruntung Kaisar memakai cardigan. Baru kali ini ia naik motor matic, bukan hal aneh sebenarnya kadang ia naik motor ke kantor. Hanya saja motor sport, terlihat gagah dan keren saat dikendarai. Yang menjengkelkan saat ini ia dibonceng dan tinggi badan mereka yang tidak seimbang membuat posisi di motor agak aneh.

Saat motor melewati jalan rusak, Kaisar kadang butuh pegangan. Tidak mungkin memeluk Rumi.

“Perhatikan jalanmu.”

“Tenang aja pak, saya udah biasa kok.”

‘Tapi saya nggak biasa,’ batin Kaisar.

Belum hilang kesalnya, makin emosi ketika Rumi berhenti di warung tenda dan meminta dirinya lekas turun.

“Ini … kita makan di sini?”

“Iya,” jawab Rumi lalu menarik kunci dan mengantonginya. “Ayo pak, tadi janji bapak yang traktir loh.”

“Nggak ada yang agak bagusan, rumah makan yang tertutup pake AC atau ….”

“Jangan takut pak, aman kok makan di sini.” Rumi meninggalkannya memasuki warung tenda.

Mau tidak mau Kaisar mengekor. Masih ada beberapa meja kosong, ia gegas duduk berhadapan dengan Rumi yang mengambil tisu lalu mengelap meja di hadapan Kaisar.

“Udah bersih pak, mau pesan apa?” tanya Rumi lalu dengan cepat mencatat pesanannya. Kaisar heran karena Rumi memilih tiga menu berbeda, padahal tubuhnya kecil tapi porsi makannya lumayan.

“Serius ini doang, warung di sini juara pak. Makanya rame.”

Kaisar menggeleng pelan, merasa pesanannya sudah cukup. Hanya satu porsi menu lengkap dengan nasi dan es jeruk.

Tidak sampai lima belas menit semua pesanan sudah terhidang di meja. Kaisar mengelap sendok dan garpu yang akan digunakan dengan tisu, sedangkan Rumi hanya mencuci tangannya dari mangkuk yang sudah disediakan.

“Selamat makan, makan besar malam ini,” ucapnya lalu mulai menikmati. Sambil mengunyah raut wajahnya menunjukan kalau rasa makanan itu nikmat bahkan sesekali mengangguk.

Kaisar pun mulai menyendokan isi piring ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan pelan, ternyata rasanya tidak buruk. Saat menu miliknya sudah habis dan Rumi masih menikmati tiga menu yang dipesan, Kaisar mengarahkan sendok bermaksud mencicipi.

“Eh, jangan. Bapak pesan lagi aja.”

“Astaga,” gumam Kaisar lalu kembali memesan yang sama dengan milik Rumi.

Sesuai dengan janjinya, Kaisar membayar yang mereka makan, Rumi senyum-senyum sambil mengucapkan terima kasih. Terlihat menggemaskan. Kaisar merasa sudah tanggung jawabnya menafkahi gadis itu.

“Kalau mau lanjut traktir saya, besok aja di sini lagi,” usul Rumi.

“Baru segini, sama warungnya sekalian aku beli.”

“Sombong,” ucap Rumi. Ia heran karena Kaisar mengulurkan telapak tangannya meminta kunci motor.

“Saya yang bawa, kamu di belakang. Berasa kayak dibonceng bocah,” ungkap Kaisar dan Rumi hanya mencibir karena ejekan pria itu.

***

Drama menjelang tidur terjadi lagi. Keduanya tidak mau mengalah sampai, akhirnya Rumi mengusulkan kalau malam ini ia tidur di sofa dan besok di ranjang, bergantian. Kaisar mengedikan bahunya lalu berbaring sedangkan Rumi terpaksa menjadikan sofa yang tidak terlalu nyaman untuknya istirahat.

Saat Kaisar terjaga esok pagi, ia menyadari ada Rumi yang tinggal satu atap dengannya. Belum terdengar ada pergerakan, bisa dipastikan gadis itu masih tidur.

“Rumi,” panggil Kaisar sambil meregangkan tubuhnya lalu meraih ponsel di atas nakas dan mengecek masih dengan posisi berbaring.

Tidak ada sahutan, Kaisar kembali teriak.

“Rumi!”

“Iya, iya. Ck, punya alarm baru, tapi nggak ramah di telinga.” Rumi beranjak dari sofa lalu melipat selimutnya. Berdiri di tengah pintu kamar sambil menggaruk kepala. “Kenapa Pak?”

Kaisar menoleh dan …

“Rambut kamu … macam singa. Kamu tidur apa ngamuk sih.” Memang rambut Rumi berantakan, tapi wajahnya terlihat semakin imut tanpa kaca mata dan poni yang acak-acakan.

Rumi berdecak lalu merapikan rambutnya dengan tangan.

“Siapkan air hangat, saya mau mandi?”

“Hah, nggak salah, Pak?” tanya Rumi.

“Nggak, kamu nggak salah. Kecuali kamu tidak patuh, itu namanya salah. Jangan lama, nanti kesiangan. Saya minta Pak Medi jemput, nggak mungkin naik motor kamu.”

Tidak peduli dengan suara Rumi yang mengoceh tidak jelas, Kaisar terkekeh.

“Enak juga punya istri. Kita lihat kamu bisa melakukan apa lagi. Ternyata dibalik musibah, ada anugerah.” Kaisar kemudian tergelak.

≈\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Author : Kai, sungkem dulu. Itu anugrah gue yg atur

Kaisar : ampun Doro 🙏

1
Bang Ipul
idih emang dasar klu jalang gak tau malu ya si mela
Bang Ipul
hahhhh awas encok kai
Bang Ipul
jgn jadi ulet keket si rida
Bang Ipul
dasar gak tau malu si rumi
Bang Ipul
alhamdulillah akhirnya buka puasa juga ya kai
Bang Ipul
bener harus di ruqiyah si bibi ama mela
Bang Ipul
melongok deh para parasitnih
Bang Ipul
kejang kejang pastinya tuh keluarganya si mela
Bang Ipul
semangaat semangaat lanjuut
Bang Ipul
dasar. sombong si mela
Bang Ipul
awas nanti lo nenek sihir jgn kaget pas liat resepsi nya kai dan rumi
Bang Ipul
ah mamak jgn ngejek anakmu lah
Bang Ipul
wah makin seru udah gak sabar liat gebrekan apa dari mas kaisar
Bang Ipul
tunggu aja ardi pembalasan dari kai
Bang Ipul
hahhhhh sabar unboxingnya nanti aja
Bang Ipul
dasar cewek ganjen
Bang Ipul
widih manggilnya ayang nih
Bang Ipul
dasar ponakan durhaka emang. si kai
Bang Ipul
lanjuut
Bang Ipul
pedang nya sarungin aja dulu blm waktunya unboxing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!