Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Wajah Sembab Bunda.
Sedangkan bunda yang sudah masuk kamar duduk terpaku diam tak bersuara. Lalu pak Farhan pun memegang pundak bunda Tiar
" Yah, bunda belum bisa memberitahu ade. Takut ia kaget," kata bunda Tiar dengan mata yang mulai sedikit basah.
" Tidak perlu bunda katakan, biarkan Amar sendiri. Yang bicara pada Lisa, saat nanti Lisa sudah selesai ujian," kata pak Farhan.
" Tapi yah, sampai kapan kita akan menyembunyikannya. Kenapa semua jadi begini. Kenapa perawat itu sampai salah menaruh bayi kita," lirih bunda yang mulai terisak pelan.
" Bun, sudah jangan di ungkit lagi. Bukan nya bunda bilang, sudah bisa menerima semuanya. Ayo kita makan, anak anak pasti sudah menunggu kita di meja makan. Hapus air mata bunda," kata pak Farhan yang mengusap pelan pipi bunda Tiar.
" Ya..yah," kata bunda Tiar. Berdiri sambil mengambil tissue. Untuk mengelap mata air matanya yang basah.
" Ayo kita kedapur," kata pak Farhan Melangkah pelan, Sembari mengandeng tangan istrinya.
Sedangkan Lisa yang melihat ayah dan bundanya yang bergandengan pun. Langsung bicara saat kedua sudah berdiri di dekat meja makan.
" Bun, yah, kok lama sih?" kata Lisa.
" Maaf tadi ayah bicara dulu sama teman lama ayah. Ayo sekarang kita makan," kata pak Farhan duduk dan menarik kursi untuk bunda Tiar
" Lho kok mata bunda sembab, kenapa bun?" kata Lisa lagi. Saat melihat wajah bundanya.
" Eh ngak apa apa , ini tadi bunda kelilipan debu di kamar de, ayo bang mulai pimpin doa !!" kata bunda Tiar. Yang menatap Amar sekilas. Sedangkan Amar hanya diam, tahu pasti bundanya itu. sedang memikirkan dirinya.
" Ya bun" jawab Amar . Yang lalu memimpin doa sebelum mereka makan. Setelah selesai pak Farhan pun mengajak mereka ngobrol tentang rencana Lisa. Yang ingin berkuliah di mana. Agar suasana kekeluargaan tetap sama seperti dulu lagi. Seakan tidak ada yang berubah di rumah itu. Begitu juga dengan Amar, yang merasa berat melepaskan keluarga nya.
Disisi lain pak Zaki dan Zain sedang duduk di ruang tengah. Ngobrol ringan tentang urusan kantor. Sedangkan mami Wulan masih bicara dengan relasi bisnisnya. Setelah tadi ada teman yang menghubungi nya. Tepat setelah mereka selesai makan malam.
" Pi , apa Zain harus pindah kamar dari kamar Zain. Jika besok Amar pulang ke sini ?" tanya Zain yang berniat pindah ke rumah orang tuanya. Jika Amar sudah siap.
" Tidak perlu nak, masih banyak kamar besar yang belum di tempati. Zain masih anak papi dan mami. Jadi tidak perlu sungkan. Bersikaplah biasa, Amar juga saudaramu. Karna bagaimanapun dia juga pasti belum terbiasa tinggal di sini. Papi dan mami tidak mau memaksanya. Tapi sebagai orang tua. Kami hanya ingin yang terbaik dan tahu status jelas kalian," kata pak Zaki. Yang juga sangat sayang pada Zain. Sampai hari ini, pak Zaki pun masih belum siap. Bila Zain pergi meninggalkan rumah mereka. Karna sejak dari bayi hingga dewasa Zain tumbuh besar dirumah ini. Dan Zain selalu menjadi anak yang patuh dan pintar bagi dirinya dan juga sang istri Yang sempat membuatnya shock menerima kabar itu.
**************
Sedangkan Amar setelah masuk kamar terpaku diam diatas tempat tidurnya. Amar menatap semua isi kamarnya.
" Ya Allah apa aku sanggup meninggalkan ayah dan bunda? Apalagi ade yang selalu aku sayangi. Kenapa baru sekarang engkau ungkap semuanya ya Allah," kata Amar lirih Membuat matanya berkaca kaca. Merasa sedih dengan kenyataan yang mengejutkan dirinya beberapa hari ini.
" Ya Tuhan kuatkan aku," kata Amar merasa hatinya bimbang. Apalagi Zain belum dekat dan mengenal Lisa adiknya.
" Apa dia akan memperlakukannya dengan baik kelak" batin Amar sedih. Sembari memandangi fotonya bersama Lisa saat berpelukan di pantai.
Tok...tok....tok....
" Siapa ?" kata Amar yang terkejut. Saat lamunannya buyar.
Clek...
" Bang maaf Lisa menganggu ya?" Kepala Lisa pun menyembul masuk dari balik pintu
" Tidak de, masuk saja, ada apa?" kata Amar tersenyum.
" Abang kenapa, Kok terlihat sedih sih? "kata Lisa heran. Sembari melangkah dan duduk di depan Amar. Saat Amar duduk dan berpaling pada Lisa.
" Abang tidak kenapa napa, siapa bilang abang sedih. Nih lihat tersenyum kan," kata Amar memasang senyum manisnya.
" Ngak lucu bang, Lisa merasa aneh pada abang dan bunda hari ini, Ada masalah apa sih bang?" kata Lisa penasaran
" Ih kebiasaan kepo nih, mau apa kesini?" kata Amar mencubit kedua pipi Lisa. Untuk mengalihkan pertanyaan Lisa.
" Hehehe ... bantu Lisa buat bagan gambar seni budaya ya bang. Mau kan? Masalahnya besok harus di kumpulkan. Tadi Lisa lupa mengerjakannya," kata Lisa sembari menggaruk kepalanya.
" Ok ...ayo kekamar ade," kata Amar
" Ok terimakasih bang, Lisa sayang sama abang," kata Lisa langsung memeluk Amar seperti biasanya. Membuat dada Amar berdetak kencang. Karna kini ia sudah tahu. Lisa bukan lagi adiknya.
" Ya Tuhan bagaimana ini ?" kata Amar bingung. Karena secara agama mereka bukan muhrim lagi. Setelah jati dirinya terkuak. Namun bagi Amar, Lisa tetap lah adiknya yang selalu ia sayangi. Karena Lisa tumbuh besar bersamanya.
" De sudah peluknya , ayo kita kekamar ade," kata Amar mengurai cepat pelukan Lisa. Ingin membuang rasa tidak nyamannya.
" Ya bang, nanti takut keburu malam. Masalahnya gambarnya cukup rumit," kata Lisa yang turun dari tempat tidur. Sambil merangkul tangan Amar. Membuat Amar tidak bisa menolaknya. Karna Amar sendiri belum bisa menjelaskan semua nya pada Lisa. Apa status dirinya sekarang ini. Yang jelas sudah bukan kakak kandung Lisa lagi
" Ya ," kata Amar tetap tersenyum. Lalu mereka pun keluar dari kamar Amar. Menuju kamar Lisa yang berada di tak jauh dari kamar Amar. Yang hanya di sekat oleh ruang buku.
" Amar , Lisa kok belum tidur?" kata bunda Tiar kaget. Ketika keduanya bergandengan menuju kamar Lisa
" Lho bunda kok juga belum tidur? Lisa mau minta tolong abang bun. Buat mengerjakan tugas sekolah ade," kata Lisa tersenyum.
" Biasa bun, ade suka lelet mengerjakan tugas," kata Amar. Yang sudah terbiasa membantu adiknya itu.
" Hmm, iya tapi lain kali jangan sampai lupa lagi ya de, ingat ade sudah mau kuliah lho. Sedangkan bang Amar mu juga sibuk dan banyak tugas. Jadi ade harus mandiri," kata bunda Tiar mengingatkan. Karena cepat atau lambat, Putrinya itu tidak mungkin lagi bergantung pada Amar. Karna Amar kini tidak sama lagi dengan Amar yang dulu.
" Ya bun," kata Lisa. Sambil menarik tangan Amar menuju kamarnya.
" Ya Allah semoga Zain besok bisa mengantikan Amar di sisi Lisa. Kuatkan hati putriku jika ia lemah, Karna ia sudah terbiasa manja pada abangnya," kata bunda Tiar lirih. Dengan mata yang berkaca kaca bunda cepat cepat masuk ke dalam kamar. Setelah tadi ke dapur untuk minum.
" Bun , ada apa?" kata pak Farhan kaget. Istrinya itu masuk kamar terburu buru.
" Bunda tidak sanggup yah, melihat putri kita menangis sedih, Jika dia tahu. Amar akan meninggalkannya pergi," kata bunda Tiar menghempaskan pantatnya di sisi tempat tidur.
Deg.....
" Huh.....takdir itu memang menyakitkan. Tapi cepat atau lambat. Lisa akan tahu dan dia harus bisa menerima semuanya bun. Karna kita tidak mungkin. Menyangkal fakta yang sebenarnya. Sekarang mereka bukan lagi adik dan abang," kata pak Farhan dengan dada sedikit sesak. Menahan rasa nyeri di dadanya. Karna pak Farhan sendiri pun. Sangat terkejut, ketika tahu kabar tertukarnya anak mereka.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar