Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Ratu, Anda berjalan terlalu cepat"
Keira berhenti melangkah dan melihat ke belakang. Jane tampak lelah mengikutinya yang ingin segera menjauh dari Raja dan wanita kecil liciknya. Tanpa menjawab, dia mulai memperlambat langkah. Membuat Jane bisa menyusulnya dengan mudah.
Berada dalam satu ruangan yang sama dengan pembunuh keluarganya, membuat Keira sesak. Dari tadi, dia tidak sabar untuk segera pergi menjauh.
Tapi kehadiran Jenderal Malone menghentikan kepergiannya. Seluruh otot yang kekar di bawah baju besi itu sanggup membuatnya berubah pikiran. Sayangnya, saat meminta Jenderal Malone menemaninya berjalan-jalan di taman, pria jahat itu menghentikan Keira. Membuat suasana menjadi tidak menyenangkan lagi. Karena itu dia memilih untuk pergi lagi. Kali ini dengan lebih cepat dan membuat pelayannya mengeluh.
"Selamat pagi Ratu" sapa dua prajurit yang sedang berkeliling istana. Keira melihat keduanya dan matanya segera terbuka lebar.
"Tampan juga" bisiknya lalu melihat ke arah prajurit yang sedang menjaga pintu istana. Mereka semua memiliki tubuh yang tinggi dan kekar. Apa semua prajurit istana ini memiliki kriteria yang sama? Lalu kenapa dia baru sadar sekarang? Sebenarnya apa yang dia lakukan di kehidupan masa lalu?
"Ratu" panggil Jane membuat Keira ingat pada jati dirinya sebagai Ratu.
"Jane, apa hanya aku yang menyadari atau memang prajurit di istana ini memiliki bentuk yang berbeda dengan prajurit di wilayah kita?"
"Ratu, Anda menyadarinya? Memang benar. Saat datang kemarin, saya juga mereka sangat berbeda. Semua prajurit tampak lebih bersih dan tampan" seru Jane menambah antusias Keira.
Prajurit di Nemorosa, wilayah tempatnya tinggal tidak sama dengan kerajaan. Meski memiliki kemampuan bertarung yang kuat, prajurit Nemorosa lebih memilih tampil menakutkan. Mungkin karena di wilayah Nemorosa terdapat banyak hutan misterius. Sehingga menjadi lebih kotor adalah suatu bentuk perlindungan diri.
Tapi di kerajaan, prajurit tampak lebih bersih dengan baju besi berwarna perak. Wajah prajurit istana juga terlihat lebih cerah tidak tertutup rambut apapun.
Seharusnya Keira tidak menyia-nyiakan semua ini dulu. Dia bersiap untuk mendekati prajurit kerajaan saat seseorang memanggilnya dengan suara kasar.
"Keira!!"
Keira menoleh dan melihat ayahnya. Pria tua dengan kumis dan jenggot tebal itu berjalan dengan buru-buru ke arahnya. Keira masih bisa mengingat kepala ayahnya yang bergulir tepat di kakinya. Saat Raja jahat itu memenggal ayahnya.
Tanpa menunda, Keira berlari dan memeluk pria tua itu.
"Ayah ... Ayah ... Ayah" panggilnya lalu menangis.
"Apa yang kau lakukan? Kau adalah Ratu kerajaan, hal ini tidak pantas dilakukan" balas ayahnya berusaha melepaskan pelukan Keira. Tapi dia bertahan dengan baik.
"Tidak, aku tidak akan melepaskan ayah!"
Keira dapat mencium harum kayu di tubuh ayahnya. Bau yang dirindukan olehnya selama lebih dari lima belas tahun.
"Apa-apaan kau ini? Kau adalah Ratu kerajaan. Tidak boleh terlihat manja di depan banyak orang"
Persetan dengan semua protokol kerajaan atau apa yang harus dia lakukan sebagai Ratu. Kali ini dia hanya ingin menyalurkan kerinduan yang selama ini dipendam. Beberapa saat kemudian, Keira terpaksa melepaskan pelukannya. Karena tidak ingin membuat ayahnya malu.
"Ayah, aku akan hidup dengan baik disini. Ayah tidak perlu khawatir" katanya mengetahui isi hati ayahnya.
"Kau tidak diperlakukan dengan adil. Dan Raja telah menghina kita dengan membawa istrinya yang lain saat bertemu dengan keempat pemimpin wilayah"
Ahh, hal ini. Keira juga ingat tentang hal ini. Seingatnya, setelah ini ayahnya mengajak pemimpin tiga wilayah lain untuk mengajukan keberatan. Hanya karena Keira tidak diajak ke pertemuan keempat wilayah dengan Raja. Namun digantikan oleh wanita licik itu.
Hal ini dimanfaatkan oleh pria jahat itu menuduh ayahnya sebagai pemberontak. Membuat wilayah Nemorosa tidak memiliki nama baik lagi di kerajaan. Menjadi alasan kuat saat pria jahat itu menuduh semua keluarganya sebagai pengkhianat kerajaan. Hanya sebagai alasan untuk melengserkannya. Juga membunuh semua keluarganya agar Nemorosa tetap menjadi anggota di wilayah kerajaan.
"Biarkan saja" jawab Keira mengejutkan ayahnya.
"Tapi ... "
"Ayah, ini baru sehari aku menjadi Ratu. Pasti ada ketidakcocokan Raja terhadapku. Kami akan berubah seiring waktu. Jadi, jangan terlalu khawatir" katanya berbohong demi masa depan keluarganya.
"Ratu ... "
"Bagaimanapun, Nemorosa dan wilayah lain masih membutuhkan kebaikan hati istana untuk memasok beberapa bahan makanan dengan harga paling rendah. Masalah dengan perbatasan juga diselesaikan oleh pasukan yang dipimpin Raja dua tahun lalu. Jadi ... Jangan terlalu khawatir denganku"
Ayahnya terdiam tapi tidak lagi membantah. Mungkin berpikir apa yang dikatakan oleh Keira benar adanya.
"Baiklah, kali ini ayah akan menurut terhadap saranmu. Tidak akan membuat masalah dengan Raja"
"Itu adalah langkah paling bagus"
"Tapi jangan pernah merasa rendah diri. Kau tetaplah Ratu kerajaan ini meski ada wanita lain yang dinikahi oleh Raja"
"Tenang saja ayah. Kali ini aku akan baik-baik saja"
"Kali ini?"
"Tidak. Sebaiknya ayah menemui pemimpin ketiga wilayah dan menjelaskan hal ini. Meminta mereka tidak lagi memberikan reaksi keras atas kejadian pagi ini. Kalau bisa memohon ampun pada Raja, agar tidak ada langkah buruk yang diambil kerajaan. Sebagai reaksi atas kata-kata keras ayah" jelas Keira
Meski sepertinya susah menerima, ayahnya hanya bisa mengangguk. Sebagai pemimpin wilayah yang berada di bawah kerajaan, ayahnya pasti tahu pengorbanan apa yang harus dilakukan.
"Baiklah"
Keira melepas kepergian ayahnya dengan sedikit rasa iba. Lalu dia kembali ke kamar dan tidak menyangka kehadiran seseorang yang ada disana.
"Yang mulia Raja" sapanya pada pria yang berdiri di tengah-tengah kamarnya.
"Kemana saja kau pergi? Kenapa tidak ada di kamarmu sampai menyuruhku menunggu lama!"
Jelas sekali pria sialan ini menahan amarahnya. Karena penghinaan pemimpin wilayah pada wanita licik itu.
"Maafkan kelakuan ayah saya, Yang mulia Raja" kata Keira lalu berlutut.
Pria itu menoleh dan melihatnya dengan raut wajah heran. Pasti tidak menyangka Keira akan melakukan hal ini.
"Apa maksudmu?"
"Saya harap Yang Mulia tidak kesal karena perasaan seorang ayah yang khawatir pada keadaan putrinya yang baru saja menikah"
"Jadi kau sudah tahu kalau ayahmu membuat pemimpin tiga wilayah lain menghinaku?" tanya pria jahat itu dengan geram.
"Saya sudah pastikan ayah akan mengubah pemikirannya juga pemimpin tiga wilayah lain. Mewakili ayah, saya memohon ampun atas kelakuan tak pantas pada Anda. Penguasa keempat wilayah yang agung"
Jijik sekali sebenarnya melakukan hal ini. Tapi Keira tidak punya jalan lain. Semua ini dia lakukan untuk keselamatan keluarganya.
"Baguslah kalau kau sadar. Kuharap mereka juga sadar telah merendahkan seorang Raja tadi"
"Kami tidak berani. Tidak akan ada yang bisa merendahkan posisi penguasa keempat wilayah. Anda adalah Raja yang berkuasa atas keempat wilayah. Anda berhak melakukan apapun karena ini adalah kerajaan Anda"
Menyanjung tidak akan membuat Keira mati. Dia hanya perlu membuat pria itu melayang dengan semua kebanggaan dirinya. Dan tidak lagi marah pada ayahnya.
"Aku akan menganggap masalah ini selesai. Dan pastikan mereka tidak lagi meragukan atau melawan Raja"
"Tidak berani. Tidak berani. Semua rakyat di keempat wilayah tidak akan berani melawan Yang mulia Raja" kata Keira berusaha memastikan pria itu tidak marah lagi.
Pria itu sepertinya percaya pada semua perkataan Keira. Dan memilih untuk pergi tanpa membantunya bangkit. Hanya Jane yang maju untuk membantunya berdiri lagi.
"Ratu. Apa yang Anda lakukan ini tidak akan membuat Raja dan wanita licik itu semakin meremehkan posisi Ratu?"
"Asalkan ayah dan keluargaku selamat. Aku bahkan tidak akan ragu menjilat kaki keduanya" kata Keira membuat Jane terdiam.