"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
"Jadi...sebenarnya kamu bukan menikah dengan nak Gaga? Tapi kamu menikah dengan adiknya? Mengapa mereka berdua bisa begitu mirip,sampai-sampai bapak sama emak ga bisa bedain mereka berdua...maafkan bapak ya neng...bapak sudah menikahkan kamu dengan orang salah." Ucap pak Eman merasa bersalah terhadap putrinya.
"Bapak ga salah pak...Salma nya aja waktu itu tidak langsung berterus terang tentang keadaan yang sebenarnya."
"Semua sudah terjadi,sekarang semua keputusan ada sama kamu,neng.Apakah kamu mau meneruskan pernikahan kamu dengan adiknya nak Gaga itu?" Tanya Emak.
Salma terdiam,mengingat sikap dan perhatian Elang,sebenarnya ada keinginan untuk meneruskan pernikahannya dengan Elang.Namun mengingat sikap sang ibu mertua yang tidak menginginkannya sebagai menantu dan di tambah lagi ancaman beliau,Salma lebih memilih mengakhiri semuanya.
"Salma memilih tidak meneruskannya mak,bapak." Sahut Salma walau dengan hati yang terasa sakit.
"Bapak sama emak hanya bisa mendukung dan mendoakan,semoga itu keputusan yang terbaik buat kamu,neng.Besok bisa antar bapak untuk ketemu dengan Elang.Bapak mau bicara dengannya untuk menyelesaikan semua ini."
"Ga usah pak,biar Salma aja yang bicara sama Elang.Bapak sama emak ga perlu repot-repot." Jawab Salma.
"Kamu yakin bisa sendiri,neng?" Emak kelihatan kuatir.
Salma memeluk kedua orang tuanya secara bergantian."Bapak sama emak tenang aja,Salma bisa kok.Terima kasih pak,mak...selalu ada buat eneng."
Pagi-pagi sekali Salma memutuskan untuk kembali ke Jakarta.Dia akan mengakhiri semuanya.Dia akan menemui Elang dan meminta untuk menceraikannya.Gadis itu juga berniat resign dari pekerjaannya.
Meninggalkan kota Jakarta adalah pilihan terbaik.Melanjutkan hidup di kampung halaman atau merantau ke kota lain.Yang penting jauh dari kehidupan Elang dan keluarganya.
***
Salma memilih menemui Elang di kantornya.Karna kalau menemuinya di apartemen kuatir akan ketemu dengan keluarganya terutama tante Rieta.Dia tak ingin dan begitu takut untuk bertemu ibu mertuanya itu.
"Mba,saya bisa bertemu dengan bapak Erlangga Prakasa?" Tanya Salma pada bagian Resepsionis.
Wanita muda dan cantik yang bekerja sebagai resepsionis itu menatap Salma agak lama sebelum menjawab,karna merasa pernah bertemu dengan wanita berhijab di hadapannya itu.
"Maaf mba,pak Elangnya hari ini tidak masuk kantor karna beliau sedang sakit."
"Oh,sedang sakit ya...baik mba terima kasih." Salma langsung pamit menuju apartemen Elang.Entah kenapa dirinya merasa begitu kuatir.Pantes aja ponsel Elang tidak aktif,ternyata dia sedang sakit.
Salma sampai di depan apartemen Elang setelah menempuh perjalan hampir satu jam naik ojek online.
Bergegas menuju lantai apartemen Elang berada.Begitu di depan pintu apartemen,gadis itu segera memencet bel secara berulang ulang dengan cepat.Tak perduli apakah ada tante Rieta di dalam.
"Ayo mas,buka pintunya..." Gadis itu kelihatan begitu kuatir sampai menghentak hentakkan kakinya di lantai.
"Ya Tuhan semoga mas Elang ga kenapa napa..." Salma terus memencet bel dan sesekali mencoba menghubungi ponsel Elang tapi tak aktif juga.
Hampir sepuluh menit pintu belum juga terbuka,Salma semakin panik dan kebingungan.Sebenarnya dia berniat mencari tau tentang keadaan Elang lewat Galang.Namun Salma benar-benar tak ingin berurusan dengan orang itu.
Baru aja akan menekan tombol bel lagi,tiba-tiba pintu itu terbuka secara perlahan.Namun si pembuka pintu tak ada penampakannya.
Salma melongok sedikit kedalam,tampak Elang sedang berpegangan pada handel pintu dengan kepala tertunduk bersandar pada daun pintu.
"Mas Elang..." Panggilnya pelan.
Elang mengangkat kepalanya,pria itu tersenyum begitu melihat gadis yang amat di rindukannya ada tepat di hadapannya.Tatapannya sayu namun begitu penuh makna.
Salma sangat terkejut melihat penampilan Elang yang super kucel dan lusuh.Wajahnya begitu pucat dan banyak luka lebam.Baju tidurnya lecek dan rambut pun tampak awut-awutan.
"Ya Tuhan...mas...wajah kamu kenapa?" Salma menyentuh wajah Elang.Alangkah terkejutnya Salma,wajah itu terasa panas.
"Mas,kamu sakit...badan kamu panas...sini aku bantu ke kamar."Salma begitu kuatir dengan sigap meletakkan tangan Elang di pundaknya,kemudian memeluk pinggangnya dan menuntun pria berbadan tinggi tegap menuju kamar tidur utama walau agak kesusahan.
Elang merintih kesakitan,kepalanya terasa berat dan nyut-nyutan.Ingin rasanya merebahkan kepalanya di bahu Salma.Namun apa daya tinggi gadis itu hanya sebatas dadanya.Tubuhnya tiba-tiba oleng dan hampir saja meniban Salma.Dengan cepat dan sigap pemuda itu menahan tubuh Salma walau dengan susah payah agar mereka berdua jangan sampai terjatuh.
Salma tersenyum malu."Seharusnya yang sehat membantu yang sakit bukan yang sakit membantu yang sehat.Lagi,siapa suruh punya badan tinggi besar."Bathin Salma merasa geli sendiri.
Sampai di tempat tidur,Salma membantu Elang untuk merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Kamu sudah makan belum mas?"
Elang menggeleng lemah sembari menatap Salma dengan lembut.Terpancar kebahagiaan di mata pria yang sedang terbaring lemah itu.Sebab Salma begitu mengkuatirkan dirinya.
"Kamu harus minum obat mas,tapi harus makan dulu.Kalau beli keluar takut lama.Aku ke dapur dulu ya mau lihat apa yang bisa di masak.Ga apa-apa kan aku tinggal?" Ucap Salma menunduk salah tingkah,karna tatapan Elang.
"Iya..." Jawab Elang dengan suara serak.Pria itu menatap tubuh Salma sampai menghilang di balik pintu.Senyum masih terus menghiasi bibirnya.Ingin rasanya menahan Salma agar tak ke mana-mana.Sungguh takut rasanya wanita itu tak kembali lagi.Namun apa daya,tubuhnya yang demam membutuhkan makanan dan obat.
Sampai di dapur Salma menyandarkan tubuhnya di dinding untuk menata hatinya sejenak.Wajah putihnya terlihat merona.
"Ya Tuhan,apa yang terjadi denganku..." Gadis itu meraba jantungnya yang susah di ajak kompromi.
"Salma...ingat! Tujuanmu kesini meminta Elang agar mengakhiri pernikahan kalian.Bukan untuk baper-baperan...sadar Salma..."Salma berusaha mengembalikan kewarasannya dengan menepuk-nepuk kedua pipinya.
Tapi di sisi hatinya yang lain,membenarkan tindakannya.
"Ga masalah,Elang kan suamiku...sudah menjadi kewajiban aku merawatnya,apalagi saat ini dia dalam keadaan sakit."
"Iya...aku akan merawatnya sampai demamnya turun,setelah itu aku akan minta dia untuk menceraikan aku."
Mendengar suara batuk-batuk Elang,Salma tersadar dan bergegas membuka kulkas.
Hanya ada telur,mentega,keju,susu dan buah-buahan.Kurang dari lima menit,Salma membuat telur orak-arik dengan dua butir telur.Dan menghangatkan segelas susu,kemudian membawanya ke kamar Elang.
"Mas,makan dulu ya biar minum obat." Elang hanya mengangguk lemah.Salma menyuapi dengan perlahan sampai selesai.
"Maaf mas,kalau boleh saya tau,wajah kamu mengapa sampai lebam-lebam gitu?" Tanya Salma yang dari tadi penasaran dengan kondisi wajah Elang.
"Oh ini...kemarin habis berantem dengan preman karna salah paham."Jawab Elang asal.
Salma hanya mengangguk,dia tau Elang tak berkata jujur.Kemudian mengambil obat demam yang ada di laci lemari di sebelah tempat tidur atas petunjuk Elang.
Setelah makan dan minum obat penurun panas,Elang mulai berkeringat.Dan mulai merasa tak nyaman dengan baju tidurnya yang mulai basah oleh keringat.
"Saya sepertinya harus mandi." Elang bangun dari tempat tidur.Selagi Elang mandi,Salma merapihkan tempat tidur dan sekeliling kamar.
Selesai mandi dan berpakaian rapih,Elang keluar dari kamar mandi,dia terlihat takjub.Kamar dan tempat tidurnya begitu rapih.Pria itu tersenyum tipis,begini rasanya ternyata punya istri.Ada yang ngurusin di kala sakit.
Elang mendekat pada Salma yang sedang berdiri di depan jendela kamar.Aroma sabun mandi mengalihkan tatapan gadis itu dari pemandangan kota yang sedang dia nikmati dari lantai lima gedung apartemen.
"Terimakasih sudah mengurus saya,terimakasih sudah merapihkan kamar saya." Ucap Elang sambil menatap sekeliling kamarnya.
Namun tiba-tiba pria itu meringis seraya memegang kepalanya.
"Kamu masih pusing mas?" Tanya Salma dengan kuatir.
"Iya,kepala saya terasa nyut-nyutan." Elang menurut kala Salma menuntunnya ke tempat tidur.
"Harusnya mas jangan mandi dulu,pusing jadinya kan..." Salma menumpuk bantal untuk Elang sandaran.
"Habisnya gerah banget tadi habis minum obat."
"Air minum kamu habis mas,aku ambil dulu ke dapur."
"Salma." Panggil Elang saat Salma akan berjalan ke luar dari kamar.
Gadis itu menghentikan langkahnya dan menatap Elang.
"Jangan kemana-mana,saya ga haus.Sini temani saya." Elang menggeser duduknya,meminta Salma duduk di sebelahnya.
Dengan nafas tertahan,Salma duduk di sebelah Elang.Kini kedua tangannya yang mulai keringatan di genggam oleh pria di sebelahnya itu.
Elang mengangkat dagu Salma karna gadis itu terus menunduk.Kini kedua insan itu saling berpandangan.
Tatapan lembut penuh cinta Elang membuat Salma hampir tak bisa benafas.Jarak mereka yang begitu dekat membuat wajah gadis itu kelihatan merona merah.
"Terimakasih sudah datang...aku pikir kamu ga akan pernah datang lagi.Aku sungguh takut kehilangan kamu."
Entah mengapa hati Salma berbunga-bunga mendengarnya.Matanya terlihat berkaca-kaca oleh rasa haru dan bahagia.
"Mulai saat ini,kita harus tinggal bersama karna kita adalah sepasang suami istri." Elang mengelus pipi istrinya dengan lembut.
Salma semakin terharu dengan kata suami istri yang di ucapkan Elang.Mata indah itu tak dapat menahan kristal-kristal bening yang berebutan hendak keluar.
Salma mengangguk sembari mengerjap-ngerjabkan matanya berusaha menahan air matanya yang terus berhamburan.Melupakan niat awal datang menemui suaminya.
Dengan lembut jari jemari Elang yang besar dan kekar mengusap air mata itu.Kini jari jemari itu secara perlahan turun ke bibir Salma.Pelan tapi pasti lelaki itu mengecup bibir istrinya dengan hati-hati.Meresapi manis dan lembutnya bibir itu.
Elang memandangnya,Salma menyadari apa yang dipikirkan oleh pria di hadapannya itu.Tahu apa yang di inginkan seorang laki-laki terhadap perempuan.Terlebih mereka adalah pasangan halal.
Tubuh Elang mendekat dan berhasil memagut bibir Salma.Gadis itu terkesiap namun tak menolak perlakuan Elang.
Merasa tak mendapat penolakan,Elang memperdalam ciumannnya.Dan semakin berani ketika Salma membalas ciumannya
Perlahan tangan Elang membuka jilbab segi empat yang di kenakan Salma.Mengusap dan mencium rambut panjang nan wangi istrinya.
Kini Elang memandang wajah cantik wanita di hadapan,meminta izin untuk melakukan yang lebih dalam lagi.Salma mengangguk malu.
"Mengapa pakai izin segala sih,apa dia ga lihat kalau aku juga menginginkannya." Gerutu Salma dalam hati.
Elang merebahkan tubuh Salma diatas tempat tidur.Satu persatu pakaian yang mereka kenakan berhamburan ke segala arah.
Elang menggenggam erat tangan Salma yang ingin menutup tubuhnya karena malu.
Sudah sampai di sini,wanita yang masih gadis itu tak akan mungkin mundur.Salma menganggukkan kepalanya dan Elang tersenyum lebar.Kemudian melepas penutup dada sang istri hingga isinya terlihat jelas dan terpampang nyata di hadapannya.
Salma di buat tersanjung oleh tatapan memuja Elang di setiap lekuk tubuhnya.
Gadis itu mulai terbuai atas sentuhan hangat sang suami dan melupakan tujuannya untuk menemui Elang.
Wajah Elang sudah terlihat merah padam,matanya penuh kabut gairah yang sudah di ujung tanduk.
Puas menikmati setiap inci tubuh Salma,Elang fokus pada ritual inti.Mengarahkan miliknya pada milik istrinya.Saat mulai menggoyangkan pinggulnya,tiba-tiba Salma berteriak." Tidaaak...Jangaaan...!"
Gadis itu mendorong tubuh Elang sekuat tenaga hingga hampir terjatuh kelantai.
Elang sungguh terkejut dan merasa dipermainkan.Tak menyangka,Salma setega itu padanya.Menolak dirinya saat berada dipuncak gairah.Tanpa berpikir panjang Lelaki itu bergegas masuk ke kamar mandi.
Salma tersentak dan tersadar dengan apa yang baru dia lakukan.Barusan itu dia lakukan reflek,diluar kesadarannya.Entah kenapa wajah tante Rieta saat memarahinya hadir di pelupuk matanya yang terpejam menikmati sensasi kehangatan tubuh Elang.Kata-kata tante Rieta terngiang-ngiang di telinganya.
Buru-buru Salma memungut dan memakai pakaiannya.Dia harus minta maaf pada Elang.
Belum sempat memakai jilbabnya,Elang keburu keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan rapih.
Salma mendekat dan meraih tangan Elang yang akan pergi keluar.
"Mas,tunggu mas,aku minta maaf.Sungguh tadi...." Belum sempat Salma menyelesaikan perkataannya di potong sama Elang.
"Lepaskan..." Elang menepis tangan Salma.
Salma kaget,suara Elang begitu dingin.
Saat tangan Elang akan memegang handle pintu,Salma memeluk tubuh itu dengan erat.
"Mas,aku minta maaf.Tadi itu di luar kendaliku,aku sangat menyesal mas.Tolong maafkan aku mas,ku mohon." Salma mulai terisak.
Elang diam,berusaha menetralisir perasaannya.Jangan sampai emosi dan sampai menyakiti Salma.Di sini dia yang salah,terlalu percaya diri bahwa dirinya pun di inginkan oleh Salma.
Perlahan memutar badan menghadap Salma,lalu melepaskan pelukan wanita itu perlahan.
"Anggap kita tidak pernah nikah." Ucap Elang dingin nyaris tanpa intonasi kemudian langung pergi tak perduli wajah Salma di penuhi air mata.
Salma terkejut,mau mengejar Elang tapi dia belum memakai jilbabnya.
Gadis itu buru-buru memakai jilbabnya dan bergegas ke luar mencari Elang.