Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Marah
'Buset, wangi bener tubuh wanita ini, belum lagi lekukan tubuhnya sangat indah dengan ukuran dada yang mungkin tak bisa kugenggam pakai telapak tanganku. Kacau-kacau, aku bisa khilaf kalau terus dipeluk kayak gini, tak mungkin juga aku bakal lakuin sesuatu yang aneh-aneh sama Ibu tiri si Brian, kan?' pikiranku sangat tak karuan ketika Mama Laura memberikan pelukan erat pada tubuhku. Dan akan naif rasanya bila aku tidak membayangkan hal-hal jorok tetang Mama Laura.
Bagaimanapun, aku sudah berusia 27 tahun di dunia sebelumnya, dan aku sudah sangat berpengalaman dalam urusan ranjang meski belum menikah. Jadi, wajar sekali bila aku memiliki hasrat pada wanita yang sedang memeluk tubuhku saat ini.
"Mama menyesal sudah memaksa kamu untuk melakukan hal sehina itu, Mama janji tak akan pernah mengulanginya lagi dan akan berusaha sekuat tenaga untuk menekan kekuatan Mama dengan segala cara, Mama bahkan tak keberatan bila harus kamu kurung di ruang bawah tanah bila Mama sudah tak bisa dikendalikan lagi. Mama mohon jangan marah ya, Brian. Mama sayang banget sama kamu dan tak ingin kehilangan kamu," ucap Mama Laura getir, kurasakan air matanya menetes di baju tidurku.
Jujur saja aku paling tak tega ketika melihat seorang wanita menangis, terlebih wanita itu sangat cantik seperti Mama Laura. Aku spontan membalas pelukan Mama Laura dengan begitu lembut, tak lupa juga kuusap-usap rambut panjangnya yang terurai hingga ke punggung.
"B-Brian nggak marah kok mah, kemarin tuh Brian hanya iseng minum racun untuk mengetes ilmu kebal yang baru Brian pelajari dari Pak Gray sebelumnya. Pak Gray bilang kekuatan sihir Brian akan semakin meningkat bila berhasil melewati proses kematian," ujarku sekenanya, bahkan sampai kubawa-bawa nama guru olahraga Brian untuk meyakinkan Mama Laura
"Terima kasih, Brian. Mama senang sekali mendengarnya," balas Mama Lara sembari mendongak kepalanya ke arah wajahku, aku pun memerah seketika karena wajah Mama Laura terlihat sangat cantik dari jarak sedekat ini.
'Bibir Mama Laura sungguh tipis dan merah sekali, pasti manis rasanya bila aku cium perlahan, belum lagi bila kumainkan lidahku di dalamnya. Astaga, aku bayangin apa sih? Dia ibu tiriku sekarang, aku tak mungkin memiliki hubungan semacam itu, kan? Tapi, aku ingin sekali menciumnya, tak apa kali kalau cuman sedikit?' pikiran ku benar-benar tak karuan gara-gara wanita setengah rubah ini.
Aku tak bisa menebak pasti usianya sekarang, karena penampilannya tampak seperti seorang gadis di dunia ku sebelumnya.
Dan entah karena aku terlalu banyak mengkhayal atau gimana, aku merasa ada sosok setan kecil dan malaikat kecil di sekitar kepalaku. Setan bilang tak apa bila aku ingin mencium Mama Laura, tapi malaikat bersikeras melarangku sekuat tenaga.
"Brian, bisakah Mama minta tolong sama kamu nanti? Tapi, kamu jangan salah paham dulu ya, soalnya permintaan Mama agak sedikit memalukan," ucap Mama Laura lagi.
"Memangnya Mama butuh bantuan apa? Brian pasti bantuin Mama kok," balasku, masih belum kulepaskan pelukan dari tubuh Mama Laura, biar saja aku mengobrol pakai cara ini biar suasananya terkesan romantis.
'Kalau hanya pelukan saja tak apa, kan? Asalkan aku tidak terhasut oleh birahiku sendiri, hehehe.' pikirku.
"Mama ingin kamu melakukan itu lagi nanti malam, kekuatan rubah sepertinya belum hilang sepenuhnya dari tubuh ini. Mama janji tak akan memintanya lagi bila kamu sudah melakukannya nanti," pinta Mama Laura tak terduga.
Aku hampir menyemburkan darah segar usai mendengarnya, padahal Mama Laura baru saja menyesal dan berjanji tak akan mengulanginya. Namun kini ia malah memintanya lagi seakan penyesalannya barusan hanya kiasan belaka.
'Pantas saja si Brian bunuh diri, ternyata wanita ini benar-benar meminta terlalu banyak. Aku jadi ragu bisa menahan hasratku kalau sudah begini,' gumamku di dalam hati.
"B-Brian nggak janji ya, Ma. Tubuh Brian belum benar-benar pulih soalnya. Brian takut tak bisa memberikan kepuasan untuk Mama nanti," ucapku tanpa sadar.
"Jadi, kamu beneran mau ngasih kepuasan sama Mama? Kamu serius nih?" tanya Mama Laura tampak sangat senang.
'Oh sial, aku malah keceplosan barusan, pikiran dewasaku benar-benar tak selaras dengan kondisi Brian saat ini. Aku harusnya langsung menolak tegas permintaan Mama Laura, dan melarangnya untuk meminta lagi hal tabu semacam itu. Tapi, kenapa aku malah menjanjikannya? Aku bahkan berjanji akan memberinya kepuasan. Bodoh, aku beneran bodoh sekali,' pikirku memaki diri sendiri. Lalu kulepaskan pelukan dari tubuh Mama Laura dan lanjut berucap dengan sangat hati-hati, "M-Maksud Brian bukan seperti itu, Ma. Ada kepuasan lain yang bisa Mama dapatkan dari Brian nanti. Intinya, Brian pasti bisa menekan kekuatan rubah itu tanpa harus melakukan persetubuhan," ungkapku apa adanya.
Aku kepalang tanggung kalau sudah begini, jadi aku bicara blak-blakan saja biar Mama Laura tak senang padaku.
"Oh Dewa Agung, sejak kapan kamu tahu bahasa sevulgar itu, Brian? Siapa yang sudah mengajari kamu tentang persetubuhan? Padahal Mama tak pernah ngasih tahu kamu nama dari perbuatan Mama waktu itu," ucap Mama Laura sedikit terkejut.
"Ini ...." Aku mandek, pandanganku spontan melihat ke sekeliling untuk mencari jawaban. Tak mungkin juga kalau aku ngasih tahu semuanya dengan jujur.
"Ini apa, Brian? Coba kamu jelaskan sama Mama," pinta Mama Laura, kini malah semakin berani saja dengan menempelkan dadanya di dada bidangku.
'Sial, rasanya sungguh menggemaskan sekali, ingin aku grepe-grepe saja dada besar itu.' bantiku benar-benar menjerit.
"Kita bahas nanti saja ya, Ma? Brian ngantuk banget karena kurang tidur. Hoaaam, Brian juga masih butuh istirahat yang cukup biar racun dari tubuh Brian hilang sepenuhnya," ucapku, hanya bisa menghindar pada akhirnya.
Pikiran dewasaku benar-benar membuat kacau segala rupa di dalam tempat ini. Kalau aku salah ambil keputusan sedikit saja, aku mungkin sudah menyetubuhi Mama Laura sekarang.
"Ya sudah, kamu tidur dulu saja. Tapi, Mama ingin temani kamu sampai tertidur," ucap Mama Laura seraya menarikku ke atas ranjang dengan begitu lembutnya.
Aku nurut saja dan tak banyak bicara, segera kurebahkan tubuhku di atas ranjang dan Mama Laura menarik selimut besar untuk menutupi tubuhku.
"Istirahat yang baik ya, pria kesayangan Mama," ucap Mama Laura lagi, bibirnya mengecup mesra keningku.
"Iya, Ma." sahutku, yang penting kutanggapi saja meski tak tahu maksud ucapan Mama Laura. Suka-suka dia saja yang penting aku bisa istirahat.
Aku pun menutup mata tak lama kemudian, rasa kantuk ini sudah tak sanggup ku tahan lagi sekarang. Hanya saja aku samar-samar merasa ada tangan lembut yang menyentuh dadaku, lalu turun ke perut hingga berhenti tepat di selangkanganku. Tapi, aku tak mau menanggapi apapun, karena aku sudah sangat mengantuk.
Intinya, aku benar-benar tak tahu harus memakai logika mana untuk menghadapi Mama Laura nanti. Sebab, semua ingatanku dari dunia sebelumnya masih tertanam jelas di kepala Brian.
Yah, semoga saja tak ada hubungan aneh-aneh yang terjadi di antara aku dan Mama Laura, meski sebenarnya tak apa bila aku ingin memilikinya, karena aku bukan Brian Von Argus melainkan Dimas Baskara. Namun, aku belum siap masuk ke tahap seperti itu untuk saat ini, setidaknya aku ingin mempelajari dulu tentang semua hal yang ada di dunia baruku.
...