NovelToon NovelToon
Pedang Pusaka

Pedang Pusaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Pulau Terpencil / Penyelamat
Popularitas:825
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah Membara

Setelah beberapa hari menetap di dusun Pek Yang, Panglima Bu segera memimpin pasukan nya yang berjumlah ratusan orang kembali ke kota raja di temani oleh Kek Xiansu, Siaw Jin dan kedua saudara angkatnya yang di anggap saudara sekandung.

Mereka melewati jalanan hutan hutan berbukit untuk menghindari perhatian warga di sepanjang jalan yang mereka lalui jika melewati jalan dusun dan kota.

Dua buah kereta tampak di iringi oleh beberapa kuda di depannya. Sedangkan pasukan yang berjalan kaki mengawal dari belakang.

Mereka semua melakukan perjalanan santai dan tidak terburu buru. Meski kota raja masih amat sangat jauh, mereka tetap berjalan perlahan sambil beberapa kali terpaksa menginap di tengah hutan.

Siaw Jin bersama Siaw Gin dan Siaw Kim di temani panglima Bu berada di kereta kedua. Sedangkan kereta kuda pertama, di isi oleh Xiansu bersama singa piaraannya.

Setelah berhari hari melakukan perjalanan panjang, di sore hari itu mereka di kejutkan oleh derap kaki puluhan orang yang sepertinya ingin menghadang jalan mereka.

"Berhenti, kalian tidak boleh lewat jalan ini. Wilayah ini masuk dalam kekuasaan ratu bukit ular. Silakan kalian memutar". Seru pemimpin berbadan besar yang matanya tertutup oleh kulit ular kering.

Saat itu, pintu kereta kedua terbuka dan keluarlah panglima Bu seorang diri.

"Siapakah kalian ini yang bertingkah laksana perampok perampok tengik menghalau jalan orang. Apakah kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?" Seru panglima Bu lantang.

"Kami tak peduli kalian siapa. Entah kalian penduduk dusun atau tentara pemerintah, bodo amat". Sahut pimpinan penghadang dengan semangat membara.

"Apakah kalian ini gabungan pemberontak yang ingin menentang kerajaan?" balas panglima Bu.

"Kami tidak menentang siapa siapa. Pokoknya, yang ingin melewati jalan ini harus berhadapan dengan Ratu bukit ular terlebih dahulu". Sahut pria bermata satu bermuka bopeng itu.

"Baiklah kalau itu mau kalian. Seraaaannggg,,," Perintah panglima Bu laksana busur yang melesatkan puluhan anak panah.

Segera terjadi perkelahian besar besaran antara puluhan penghadang dengan tentara yang memang penuh semangat setelah sebelumnya mereka hanya melawan antek antek hartawan Ki yang tidak seberapa.

Bunyi beradunya senjata dan teriakan teriakan kesakitan pun terdengar menderu seolah menambah semangat para prajurit kerajaan yang menyaksikan panglima Bu sendiri turun tangan di barisan terdepan.

Setelah beberapa saat melakukan pembantaian, para tentara kerajaan tiba tiba dikagetkan oleh derap langkah ratusan kaki di sekeliling mereka.

Kini malah keadaan berbanding terbalik. Para penghadang mendapatkan ratusan bala bantuan yang datang bak air bah.

Saat itu amukan seorang wanita tua buruk rupa yang baru tiba yang paling menggiriskan hati para prajurit disana.

Namun, tak berselang lama, para prajurit tentara yang di pimpin panglima Bu itu seperti mendapatkan kembali semangat mereka setelah melihat seorang kakek berambut putih berjubah putih turun dari kereta bersama seekor singa ikut membantu mereka.

Kini setelah Xiansu membantu pihak prajurit, kembali keadaan menjadi payah buat para penghadang.

Hingga setengah jam kemudian, para penghadang itu lari terbirit birit kocar kacir mengikuti pimpinan mereka yang telah lebih dulu melarikan diri setelah terkena pukulan tongkat Xiansu di pundaknya.

Sorak sorai kemenangan terdengar di dalam hutan rimba itu. Para tentara yang senang bersorak sambil membantu teman temannya yang mengalami luka luka.

Setelah beristirahat sebentar, mereka melanjutkan perjalanan hingga gelap nya malam benar benar menghentikan langkah mereka dan atas perintah pimpinan mereka, para prajurit itu membuat perapian dan bermalam di kaki bukit sebelah utara arah kota raja.

###~***~###

Di kaki bukit salah satu gunung di himalaya, terdapat sepasang suami istri dan seorang putri mereka yang cantik dan manis.

Dia bernama Rambala, sedangkan istrinya bernama Durgha. Jika sepasang suami istri itu berkulit hitam kecoklatan, maka berbeda jauh dengan putri semata wayang mereka yang bernama Raghnaya.

Gadis cilik berusia 9 tahun itu telah lama ikut orang tuanya merantau kesana kemari hingga setahun yang lalu, mereka bertiga memutuskan tinggal di salah satu kaki gunung yang terkenal amat dingin itu.

Selama setahun ini, Raghnaya diajarkan baca tulis dan ilmu jiwa oleh ayah ibunya. Maklum lah, kedua orang tuanya adalah sepasang manusia ahli sihir yang sangat hebat di desa mereka.

Desa ayah dan ibu Raghnaya tepatnya berada di daerah laut timur india bernama desa mayong.

Desa tersebut memang terkenal sejak ratusan tahun lalu karna ilmu sihirnya hampir tiada bandingannya.

Sebagai anak satu satunya dari ahli sihir, tentu saja Naya di ajarkan dasar dasar ilmu itu oleh ayah ibunya.

Pagi itu, Raghnaya sedang duduk mengaitkan kedua kakinya serta mengatur napas sambil memejamkan mata.

Apapun keadaan disekelilingnya, dia tidak boleh membuka mata meski pun ada suara berisik atau binatang buas sekalipun.

Tak lama Naya melakukan semedi, tiba tiba seekor burung elang raksasa berkaok di angkasa mengitarinya. Hal itu menjadi tanda bahwa semedi Naya harus segera di hentikan.

Begitulah kesehariannya saat ayah dan ibunya sibuk mencari makanan dan rempah rempah untuk kebutuhan mereka bertiga.

Hari hari di lalui Naya dengan sangat menyenangkan meskipun bagi sebagian orang hal itu sungguh sangat amat membosankan.

###~***~###

Di dalam sebuah ruangan istana yang megah, terlihat kakek berambut putih yang tidak lain adalah Xiansu sedang di adili oleh hakim dan kaisar kerajaan Qing yang lebih dikenal dengan sebutan Guangsu.

"Xiansu, taukah engkau apa dosamu?" Seruan kaisar terlihat sangat marah.

"Tidak yang mulia. Saya tidak mengerti mengapa saya di sidang seperti ini". Jawab Xiansu yang memang setibanya di kota raja, langsung di sergap oleh pengawal baju merah kerajaan.

"Bukankah sepasang pedang pusaka kau sembunyikan? Lekas katakan, dimana benda milik kerajaan itu kau simpan!"

Mendengar tuduhan sri baginda, Xiansu bertambah maklum bahwa dia telah di fitnah.

"Benar yang mulia, saya mengambilnya dari hartawan Ki dan saya simpan di tempat pribadi saya". Jawaban Xiansu membuat seisi ruangan kaget.

Tiba tiba terdengar suara lantang,

"Bohong, kau yang mencurinya, kau tuduh aku yang mencuri, dasar setan tua". Terlihat seorang pria gemuk yang tak lain adalah hartawan Ki.

"Saya punya bukti dan saksi yang mulia". Lanjut Xiansu tak menghiraukan kata kata hartawan gendut itu.

Saat itu, masuklah selusin tentara bersama panglima Bu yang membawa tiga orang remaja.

"Hormat kepada sri baginda. Yang mulia, kamilah saksi Xiansu yang ikut dalam pengejaran hartawan Ki sampai kami di penjara di ruang bawah tanah rumahnya".

Ucapan panglima Bu membuat wajah hartawan Ki pucat.

"Sudahlah, jangan banyak bersandiwara kalian. Pengawal, tangkap panglima Bu beserta seluruh antek anteknya. Hukum pancung mereka. Sedangkan Xiansu, mengingat budi baiknya kepadaku, kau dihukum buang 10 tahun ke luar wilayah kerajaan".

Mendengar keputusan kaisar yang terang terang membela sepihak, Xiansu dengan wajah tersenyum getir berkata,

"Kalau bisa, biarlah hamba yang dipancung, panglima Bu yang dibuang. Jangan hukum pancung mereka karena kesalahan yang hamba buat".

"Hei kaisar, jangan seenaknya menuduh kek Xiansu. Orang itulah penjahat sebenarnya. Hukum aku saja dan bebaskan semua orang ini". Dengan kemarahan meluap, Siaw Jin berdiri menentang pandang mata kaisar sambil menunjuk muka hartawan Ki.

"Sh, siapa anak ini?" Tanya kaisar sedikit tergagap.

"Aku adalah Siaw Jin, Lim Siaw Jin". Sahut Siaw jin dengan berapi api.

Terlihat wajah kaisar sedikit berubah. Namun kaisar segera berteriak lantang,

"Sidang di tunda sampai esok pagi".

Hartawan Ki saling lirik dengan panglima muda dan kepala Thaikham yang ada di ruangan itu.

Setelah kaisar masuk, semua orang yang berlutut pun kembali berdiri. Xiansu segera dibawa ke kamarnya di ikuti Siaw Jin, Siaw Gin, Siaw Kim dan panglima Bu.

Sesampainya mereka berempat di kamar Xiansu, mereka segera melakukan perbincangan rahasia dengan suara pelan.

Meskipun para pengawal istana meninggalkan mereka di situ, namun penjagaan di luar sangat lah ketat.

Baru lima menit mereka berunding, tiba tiba pintu kamar Xiansu di buka oleh kepala jaga yang segera berkata,

"Xiansu, atas perintah baginda kaisar, anda dan anak itu segera menghadap". Sambil menunjuk Siaw Jin, kepala jaga bersikap menunggu mereka berdua.

Xiansu segera di kawal menuju ke kamar baginda kaisar di ikuti Siaw Jin di belakangnya.

Sesampainya mereka berdua di sana, Sang kaisar telah menunggu mereka bersama seorang selir kesayangan baginda.

"Xiansu, benarkah dia anakku?" Tanya kaisar kepada kakek rambut putih tersebut.

"Benar baginda. Dia adalah putra mahkota yang aku temukan di dusun Pek Yang".

"Anakku,,". Seruan selir baginda kaisar sambil berlari ingin memeluk Siaw Jin.

Namun Siaw Jin yang kaget, segera menghindar sembunyi dibalik tubuh Xiansu.

"Siaw Jin, beliau adalah ibumu, ibu kandung mu. Dan kaisar sendiri adalah ayahmu". Ucapan Xiansu bagai petir menyambar kepala Siaw Jin.

"Tidak kek, jika wanita ini ibuku, aku masih bisa terima. Tapi kalau pria itu, tentu dia bukan ayahku. Mana ada seorang ayah mau menghukum orang yang telah menyelamatkan anaknya dan malah membebaskan si gendut yang telah meracuniku". Sahutan Siaw Jin dengan suara lantang membuat wajah kaisar yang nampak tua itu tambah berkerut.

"Kau tidak mengerti urusan orang dewasa. kau masih kecil nak". Seru sri baginda kaisar menahan perih hati yang ingin meluncur keluar melalui tangisnya.

"Terserah apa kata kalian". Jawab Siaw Jin sambil berbalik menarik tangan Xiansu ke arah luar pintu kamar tersebut.

BERSAMBUNG. . .

1
anggita
terus 💪berkarya. moga novel ini sukses banyak pembacanya.
Cut Tisa Channel: terimakasih
total 1 replies
anggita
like👍+ iklan☝
Cut Tisa Channel: thanks ya kk
total 1 replies
anggita
Iblis bermuka Ular... 👿.. 🪱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!