Pedang Pusaka

Pedang Pusaka

Awal Mula

Di sebuah dusun bernama Pek Yang, yang berada puluhan meter di kaki sebuah gunung provinsi Hunan terlihat seorang pria paruh baya yang memakai caping lebar berjalan perlahan dibawah terik sinar matahari siang itu.

Masyarakat Dusun Pek Yang yang sedang mengaso di rumah mereka hanya melihat pria tersebut sekilas lalu saja, karena memang dusun mereka sedang menjadi pusat keramaian disebabkan akan diadakannya acara besar oleh seorang hartawan ternama yang menjadi orang terkaya di situ.

Tak berapa lama, tampak pria yang bersembunyi dibalik caping lebarnya duduk dibawah sebatang pohon yang rindang dan meletakkan buntalan pakaian nya di akar pohon tersebut.

"Permisi paman, benarkah ini dusun Pek Yang?" Tanya bocah remaja yang baru saja melewati tempat itu.

"Ya", Jawab lelaki paruh baya itu tanpa melihat siapa yang bertanya.

Tanpa basa basi lagi, remaja itu duduk di dekat pria tersebut sambil mengipas tubuhnya dengan topi pelajar yang tadi dipakainya.

"Paman orang dusun sini ya?"

"Pendatang" sahut pria setengah tua itu dengan suara agak berat.

"Kenalkan, namaku Siaw Jin, Lim Siaw Jin. Nama paman siapa? .... Kalau boleh tau?"

"Panggil saja aku paman Bu".

"Paman kesini sendirian?"

"Ya".

Tiba-tiba, wajah ceria remaja itu menjadi keruh. Dengan nada sedih dia berkata,

"Paman, bolehkah aku minta tolong?"

"Hemmh," Sahut Paman Bu.

"Aku kemari bertiga, tapi ketika melewati gunung itu, Kakak lelaki dan adik perempuan ku menghilang".

Lewat ujung caping nya, lelaki paruh baya atau kita sebut saja Paman Bu melirik ke arah Siaw Jin yang sedang berkaca kaca matanya.

"Menghilang?" Tanya Paman Bu sedikit tertarik.

"Ya Paman, adikku tergelincir, Kak Gin turun mencarinya, namun sampai sekarang mereka entah dimana!" Sahut Siaw Jin menahan tangisnya.

"Mari kita cari mereka". Sambil berdiri, Paman Bu meraba buntalan pakaiannya.

Siaw Jin pun berjalan mengikuti Paman Bu sambil menunjuk arah yang tadi dilewatinya.

Setelah 15 menit berjalan, kedua nya sampai di tepian jurang yang agak dalam namun masih bisa dituruni perlahan lahan.

"Adik Kim terperosok ke sana paman".

"Ayo", Seru Paman Bu sambil menuruni lereng jurang tersebut.

Setengah jam mereka berdua menuruni tebing bebatuan itu, akhirnya mereka tiba di bagian bawah jurang yang dipenuhi oleh pepohonan rindang dan tanaman jalar yang lebat.

Setelah Paman Bu menelusuri daerah itu, dia lalu mengajak Siaw Jin ke arah barat.

"Jejak mereka kesana".

Siaw Jin yang masih berusia 11 tahun itu segera mengikuti Paman Bu tanpa berani mengeluarkan suara.

Tempat itu memang kelihatan seram dan angker, apalagi bagi anak seperti Siaw Jin yang kelihatannya seperti anak orang kaya yang manja.

Setelah hari menjelang sore, mereka tiba di sebuah dataran luas yang dipayungi oleh pepohonan besar yang tinggi.

Dari kejauhan, Paman Bu melihat sebuah Goa yang sedikit tertutup rumput liar menjalar. Paman Bu menarik lengan Siaw Jin perlahan sambil meletakkan telunjuk nya di depan mulut.

Dengan mengendap endap, keduanya berjalan perlahan mendekati Gua itu.

"Ada orang didalam!" Bisik Paman Bu kepada Siaw Jin.

Tampak Siaw Jin hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali sebagai tanda bahwa ia mengerti.

Setelah jarak keduanya hanya 20 meter dari pintu goa, tiba tiba Siaw Jin dikagetkan dengan auman singa yang menggetarkan jantungnya.

Tak berselang lama, tampak lah seorang pria tua berambut putih bersama seekor singa jantan yang besar disampingnya.

"Siapa kalian? Mau apa ke tempatku?" Seru kakek tua yang memiliki wajah tenang dan lembut itu.

"Maafkan kami yang mengendap-endap seperti musuh, perkenalkan, hamba panglima Bu Eng Ki dan hamba di utus oleh kaisar untuk menjemput xiansu".

Jawab Paman Bu yang sebenarnya adalah seorang panglima tua kerajaan Qing sembari berlutut.

Siaw Jin yang kaget dan bingung segera mengikuti paman Bu berlutut tepat di samping panglima Bu Eng Ki.

"Bangunlah, mari kita masuk". Ajak sang kakek yang ternyata adalah orang terdekat kaisar qing yang sedang memerintah saat itu.

Masuklah mereka berdua mengikuti kakek tua tersebut menuju ke dalam goa yang mulutnya tidak berapa besar.

Sesampainya mereka di dalam, keduanya kaget melihat ruangan yang amat sangat luas dan bersih.

Namun yang sangat mengagetkan Siaw Jin adalah ketika dia melihat kedua saudaranya yang menyambut mereka di gua itu dalam keadaan selamat dan baik baik saja.

Flash back on...

Pada masa itu, di kota terlarang yang menjadi tempat tinggal kaisar Tiongkok sedang terjadi masalah besar.

Pasalnya adalah gara gara sepasang pedang pusaka yang telah disimpan ratusan tahun hilang dari dalam tempat penyimpanan khusus istana kaisar.

Dalam sebuah ruangan terdengar suara kaisar yang sedang marah kepada penjaga yang ada disana.

"Bagaimana bisa pedang itu hilang tanpa ada yang tau kemana. Sudah ratusan tahun barang berharga itu tidak pernah terpisah dari leluhurku. Apa saja kerja kalian hah?"

Tiba tiba masuklah seorang pria tua berambut putih menenangkan kaisar.

"Paduka, jangan buang buang energi anda dengan memarahi pengawal pengawal ini. Jaga kesehatan mu yang mulia. Masalah sepasang pedang pusaka putih biar aku yang mendapatkannya kembali".

"Baiklah Xiansu, aku percayakan permasalahan ini padamu". Sahut kaisar sembari meninggalkan kakek yang di panggil Xiansu (Dewa) bersama para penjaga.

Sebenarnya siapakah Xiansu si kakek berambut putih yang sangat di dengar perkataannya oleh kaisar itu?

Dia adalah seorang manusia sakti yang merupakan keluarga kaisar pula, umurnya sudah mencapai 53 tahun namun tidak ada yang pernah mengalahkan nya dalam ilmu beladiri dan pengobatan china.

Keesokan harinya, Xiansu segera pamit kepada sang kaisar untuk memulai penyelidikannya tentang pusaka kerajaan yang hilang itu.

Flash back off...

###~***~###

Dusun Pek Yang pagi ini terlihat sangat sibuk.

Ratusan warga dusun sedang sibuk melakukan persiapan untuk pelaksanaan acara seorang hartawan yang sangat kaya yang tinggal di dusun itu atau tepatnya berasal dari dusun itu.

Terlihat beberapa orang baru saja tiba mengawal seorang pria 50 tahun yang berwajah segar kemerahan dan sedikit gemuk.

"Hartawan Ki sudah datang, hartawan Ki tiba".

Seru beberapa orang dusun yang ikut melakukan persiapan di sebuah bangunan besar yang berapa tepat di pusat perdusunan tersebut.

Setelah Hartawan Ki duduk, dia segera bertanya,

"Bagaimana persiapan nya? Apa ada yang kurang?"

"Tidak ada yang kurang Tuan, semua sudah di atur sebaik baiknya." Sahut kepala pengawas yang tadi terlihat berlari mendekati hartawan Ki dengan membungkuk.

"Baiklah, segera selesaikan, nanti malam akan ada ratusan tamu tamu terhormat yang akan ku jamu. Jangan sampai ada yang kurang." Perintah hartawan Ki.

"Baik Tuan. Siap laksanakan". Seru kepala pengawas sambil mundur teratur seraya tetap membungkukkan badannya.

Saat siang hari tiba, ketika para warga sedang makan bersama setelah lelah melakukan persiapan, dari arah depan bangunan megah itu terlihat seorang kakek yang didampingi oleh pria yang memakai pakaian panglima kerajaan bersama tiga orang remaja.

Yang paling mengagetkan para warga dusun adalah sang kakek yang memakai baju putih yang sewarna dengan rambutnya itu duduk menunggangi seekor singa jantan besar yang tampak sangat indah dan menggetarkan.

"Aku ingin bertemu Song Ki Jun, sampaikan padanya sekarang juga". Seru si kakek dengan suara tenang namun tampak amarah dalam ucapannya.

Karna melihat seekor singa yang mengawal mereka, para pengawal tentu saja tidak ada yang berani mendekati Xiansu dan panglima Bu serta ketika bocah yang tidak lain adalah Lim Siaw Gin, Lim Siaw Jin dan Lim Siaw Kim yang merupakan satu satunya sosok wanita di kelompok mereka.

Tak lama berselang, keluarlah seorang hartawan gemuk yang tidak lain adalah hartawan Ki di temani oleh pengawal yang baru saja masuk memanggilnya.

"Oh, silakan masuk Xiansu, mengapa hanya berdiri di luar? Masuklah, mari masuk". Seru hartawan Ki dengan wajah sumringah.

"Aku kemari hanya ingin meminta barang yang telah kau curi dari gudang pusaka kerajaan. Sebelum para tentara kerajaan kesini, serahkan padaku segera". Kakek Xiansu berkata dengan suara lantang dan tegas.

"Tidak baik membicarakan hal yang sangat rahasia seperti itu didepan warga dusun ini, masuklah dulu. Nanti akan aku ceritakan kepadamu semuanya Xiansu". Dengan melonjorkan tangannya kearah dalam, hartawan Ki berkata sambil tersenyum ramah.

BERSAMBUNG. . .

Episodes
1 Awal Mula
2 Jebakan Licik
3 Bentrokan Awal
4 Fitnah Membara
5 Hancurnya Harapan
6 Petualangan
7 Perjalanan Aneh
8 Pengalaman Besar
9 Suratan Takdir
10 Guru Yang Unik
11 Pertemuan 3 Gadis Cilik
12 Latihan Berat
13 Kemelut Kerajaan
14 Misi Sang Jenderal
15 Bocah Sakti
16 Siaw Jin Tertangkap
17 Pemberontakan Kecil
18 Kekalahan Menyakitkan
19 Melatih Bakat Alami
20 Reuni Terselubung
21 Penyesalan Kecil
22 Perbuatan Terkutuk
23 Rencana Apik
24 Siasat Balasan
25 Mangkatnya Kaisar
26 Butiran Cinta Nyata
27 Pengumuman
28 Kehancuran Pemberontak
29 Tiga Pedang Pusaka
30 Dendam Kesumat
31 Takdir Alamiah
32 Waktu Berlalu
33 Hampir Menjadi Korban
34 Menghimpun Kekuatan
35 Membongkar Sekte Sesat
36 Tugas Baru
37 Mengikat Janji
38 Iblis Hitam
39 Mengukir Nama Harum
40 Spot Jantung
41 Cinta Kedua Bersemi
42 Memasuki Tempat Rahasia
43 Melawan Jiwa Iblis
44 Kewajiban Diri
45 Sandiwara Dara Jelita
46 Memastikan Kecurigaan
47 Kenyataan Yang Pedih
48 Hal Tak Terduga
49 Sesuatu Yang Baru
50 Menolong Orang Baik
51 Hajaran Keras
52 Prasangka Kuat
53 Persiapan Pibu
54 Timbulnya Keikhlasan
55 Sistem Eliminasi
56 Suasana Kacau Balau
57 Metode Pibu Lanjutan
58 Terpilihnya Bengcu
59 Membungkam Kesombongan
60 Kisah Cinta Bengcu
61 Persekongkolan Rahasia
62 Pergerakan Musuh
63 Musuh Dalam Selimut
64 Bencana Kecil
65 Rencana Licik
66 Kehancuran Bengcu
67 Perubahan Besar
68 Petualang Rahasia
69 Amukan Sadis
70 Mendapat Luka
71 Merawat Luka
72 Ancaman Menakutkan
73 Kejadian Buruk Terjadi
74 Pertaruhan Nyawa
75 Kemenangan Semu
76 Tipuan Sang Koksu
77 Menembus Penjagaan
78 Samaran Baru
79 Sandiwara Menyakitkan
80 Pengepungan Bunga Merah
81 Rahasia Masa Lalu
82 Mengejar Pasukan
83 Pertaubatan Setian Lama
84 Memburu Musuh
85 Serangan Pancingan
86 Sandiwara Kematian
87 Pengakuan Terberat
88 Keajaiban Cinta
89 Kabar Gembira
90 Gerakan Gertakan
91 Awal Kehancuran
92 Pembebasan Bersyarat
93 Godaan Si Cantik Jelita
94 Memupuk Kekuatan
95 Sergapan Tiba Tiba
96 Persiapan Perang Tanding
97 Hilangnya Keangkuhan
98 Serangan Balik
99 Duka Mendalam
100 Bukan Yang Dicari
101 Bertemu Orang Baru
102 Menyusul Ke Bhutan
103 Taktik Cinta
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Awal Mula
2
Jebakan Licik
3
Bentrokan Awal
4
Fitnah Membara
5
Hancurnya Harapan
6
Petualangan
7
Perjalanan Aneh
8
Pengalaman Besar
9
Suratan Takdir
10
Guru Yang Unik
11
Pertemuan 3 Gadis Cilik
12
Latihan Berat
13
Kemelut Kerajaan
14
Misi Sang Jenderal
15
Bocah Sakti
16
Siaw Jin Tertangkap
17
Pemberontakan Kecil
18
Kekalahan Menyakitkan
19
Melatih Bakat Alami
20
Reuni Terselubung
21
Penyesalan Kecil
22
Perbuatan Terkutuk
23
Rencana Apik
24
Siasat Balasan
25
Mangkatnya Kaisar
26
Butiran Cinta Nyata
27
Pengumuman
28
Kehancuran Pemberontak
29
Tiga Pedang Pusaka
30
Dendam Kesumat
31
Takdir Alamiah
32
Waktu Berlalu
33
Hampir Menjadi Korban
34
Menghimpun Kekuatan
35
Membongkar Sekte Sesat
36
Tugas Baru
37
Mengikat Janji
38
Iblis Hitam
39
Mengukir Nama Harum
40
Spot Jantung
41
Cinta Kedua Bersemi
42
Memasuki Tempat Rahasia
43
Melawan Jiwa Iblis
44
Kewajiban Diri
45
Sandiwara Dara Jelita
46
Memastikan Kecurigaan
47
Kenyataan Yang Pedih
48
Hal Tak Terduga
49
Sesuatu Yang Baru
50
Menolong Orang Baik
51
Hajaran Keras
52
Prasangka Kuat
53
Persiapan Pibu
54
Timbulnya Keikhlasan
55
Sistem Eliminasi
56
Suasana Kacau Balau
57
Metode Pibu Lanjutan
58
Terpilihnya Bengcu
59
Membungkam Kesombongan
60
Kisah Cinta Bengcu
61
Persekongkolan Rahasia
62
Pergerakan Musuh
63
Musuh Dalam Selimut
64
Bencana Kecil
65
Rencana Licik
66
Kehancuran Bengcu
67
Perubahan Besar
68
Petualang Rahasia
69
Amukan Sadis
70
Mendapat Luka
71
Merawat Luka
72
Ancaman Menakutkan
73
Kejadian Buruk Terjadi
74
Pertaruhan Nyawa
75
Kemenangan Semu
76
Tipuan Sang Koksu
77
Menembus Penjagaan
78
Samaran Baru
79
Sandiwara Menyakitkan
80
Pengepungan Bunga Merah
81
Rahasia Masa Lalu
82
Mengejar Pasukan
83
Pertaubatan Setian Lama
84
Memburu Musuh
85
Serangan Pancingan
86
Sandiwara Kematian
87
Pengakuan Terberat
88
Keajaiban Cinta
89
Kabar Gembira
90
Gerakan Gertakan
91
Awal Kehancuran
92
Pembebasan Bersyarat
93
Godaan Si Cantik Jelita
94
Memupuk Kekuatan
95
Sergapan Tiba Tiba
96
Persiapan Perang Tanding
97
Hilangnya Keangkuhan
98
Serangan Balik
99
Duka Mendalam
100
Bukan Yang Dicari
101
Bertemu Orang Baru
102
Menyusul Ke Bhutan
103
Taktik Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!