NovelToon NovelToon
MENIKAHI KAKEK TUA

MENIKAHI KAKEK TUA

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Savana Alifa

Tidak pernah Jingga bayangkan bahwa masa mudanya akan berakhir dengan sebuah perjodohan yang di atur keluarganya. Perjodohan karena sebuah hutang, entah hutang Budi atau hutang materi, Jingga sendiri tak mengerti.

Jingga harus menggantikan sang kakak dalam perjodohan ini. Kakaknya menolak di jodohkan dengan alasan ingin mengejar karier dan cita-citanya sebagai pengusaha.

Sialnya lagi, yang menjadi calon suaminya adalah pria tua berjenggot tebal. Bahkan sebagian rambutnya sudah tampak memutih.

Jingga yang tak ingin melihat sang ayah terkena serangan jantung karena gagalnya pernikahan itu, terpaksa harus menerimanya.

Bagaimana kehidupan Jingga selanjutnya? Mengurus suami tua yang pantas menjadi kakeknya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERKUNJUNG

"Tuan, apa siang ini aku bisa mengunjungi keluarga ku? Aku sangat merindukan mereka.." lirih Jingga. Ia tengah membantu Langit memakai jam tangan.

"Tidak, saya yang akan mengunjungi mereka. Kamu bisa tahu kabar mereka dari saya," jawab Langit dengan tegas.

Entah karena alasan apa, Langit tak pernah mengizinkan Jingga mengunjungi keluarganya. Jingga pun tak pernah membantah meski ia sangat ingin pergi dan terkadang kesal sendiri. Bertanya mengapa pun ia tak berani. akhirnya Jingga hanya mengangguk saja.

"Sarapannya sudah siap, tuan turunlah lebih dulu, aku mau membereskan ranjang," ucap Jingga. Wajahnya sedikit di tekuk, ia ingin memprotes dan mengatakan ingin tetap pergi, tapi tak berani. Akhirnya raut wajahnya yang berubah.

"Kita makan sama-sama. Jangan membantah, kamu juga sudah tahu peraturannya bukan?" tegas Langit.

Jingga menghela nafas panjang kemudian mengangguk. Peraturannya adalah, setiap pagi mereka harus sarapan bersama, siangnya, Jingga harus mengantar makan siang masakannya sendiri. Lalu makan malam pun harus bersama, kecuali jika Langit tengah ada pekerjaan yang mengharuskannya pulang terlambat.

Jingga pun mulai mengerti, setelah ia tahu penyebab trauma Langit, ia mengerti bahwa pria itu tak ingin sendirian lagi. Karena itu, sebisa mungkin Jingga menurut dan menemaninya. Mungkin karena kejadian itu pula lah sikap Langit begitu dingin, seperti tak tersentuh.

Berjalan beriringan, Langit dan Jingga keluar dari kamar. Di sambut Alex di depan pintu, Alex tak pernah masuk sembarangan lagi setelah tuannya itu menikah. Menghargai privasi suami istri meski ia sendiri pun tahu, pernikahan Langit dan Jingga tak seperti pernikahan lainnya.

"Selamat pagi Tuan, Nyonya," sapa Alex seraya membungkukkan badannya.

"Pagi Alex," sapa balik Jingga.

Sedangkan Langit, pria itu hanya melirik lalu melanjutkan langkahnya. Tak seperti Jingga yang murah senyum, Langit kebalikannya.

Di meja makan, pak Lim, Rika dan pelayan lainnya sudah menunggu. Mereka mulai menyiapkan piring untuk Langit dan Jingga.

Seperti biasa, Jingga akan duduk di seberang Langit, sangat jauh karena meja itu juga sangat panjang.

Langit tampak membisikkan sesuatu pada Alex, Jingga tak dapat mendengarnya. Pria tua itu juga menghentikan pelayan yang akan menyiapkan makanan ke piringnya.

Lalu Alex menghampiri Jingga, pria itu membungkuk hormat lalu berkata, "Nyonya, anda diminta duduk di dekat Tuan. Tuan ingin anda yang menyiapkan makanan untuknya," ucapnya.

Jingga mengangguk tanpa bantahan, ia beranjak untuk menghampiri Langit, lalu duduk di sebelah pria tua itu. Dengan telaten ia menyiapkan makanan untuk Langit, menuangkan makanan yang pria itu sukai ke piring lalu menuangkan air putih di gelas khusus milik Langit.

Semakin lama, Jingga memang terbiasa dengan kebiasaan Langit. Apa yang pria itu sukai dan tidak.

Rika sigap menyiapkan piring yang baru untuk Jingga. Hendak menyiapkan makanan namun Jingga menolaknya.

Jingga tersenyum saat Langit mulai lahap menyantap makanannya, lalu ia sendiri pun menyiapkan makanan untuknya sendiri dan menyantapnya.

Pemandangan itu membuat para pelayan tersenyum. Meski mereka tak di perkenankan menatap Langit dan memperhatikan kedua majikannya itu, tapi tetap saja mereka mencuri-curi pandang.

Terutama untuk Pak Lim dan Rika, mereka begitu bahagia melihat Langit dan Jingga. Mereka berharap kehidupan Langit dan Jingga bisa bahagia dan menjalani rumah tangga sebagai mana mestinya.

***

Jingga tengah duduk di taman belakang rumah saat Rika menghampirinya. Perempuan itu membawa kabar dari Langit.

"Nyonya, Tuan berpesan agar anda tidak usah datang ke perusahaan untuk mengantar makan siang. Tuan akan makan siang di luar," jelas Rika.

Jingga tersenyum lalu mengangguk. Entah mengapa ia sedikit sedih saat suaminya itu memintanya tak datang ke kantor. Mungkin karena sudah terbiasa menyiapkan makan siang lalu makan siang bersama di kantor.

"Terima kasih Bu," ucap Jingga.

Rika mengangguk, lalu menemani Jingga berbincang-bincang di bawah pohon rindang. Semilir angin membuat mereka betah disana, di temani minuman dingin dan beberapa camilan yang pelayan bawakan.

Hingga tanpa terasa, hari mulai sore. Rika meminta Jingga untuk memasuki rumah dan bersiap menyambut Langit pulang.

***

Di rumah keluarga Jingga..

"Ini kejutan nak, kenapa tidak mengabari kami dulu," sambut pak Hardi.

"Aku tidak mau merepotkan. Jingga meminta pulang, dia ingin menjenguk kalian. Tapi aku tidak bisa mengizinkannya, ayah tahu sendiri alasannya apa."

Hardi mengangguk maklum, ia menepuk-nepuk punggung menantunya, lalu mengajaknya berbincang di halaman belakang agar lebih leluasa.

Langit menepati janjinya menemui keluarga Jingga. Sambutan hangat pria itu dapatkan dari mertuanya. Suasana tak setegang dulu, karena mereka pun kerap bertemu meski tak di rumah itu.

"Bagaimana kabar Jingga, apa dia merepotkan mu?" tanya Hardi sesaat setelah mereka duduk di sebuah bangku panjang terbuat dari kayu.

"Dia baik, aku yang sering merepotkan ya," jawab Langit seadanya. Karena kenyataannya memang seperti itu, dia merepotkan istrinya setiap hari.

Hardi tertawa, perbincangan mereka terus berlanjut. karena asiknya berbincang, mereka tak menyadari seseorang tengah memperhatikan mereka dengan kening mengkerut tajam. Tak hanya memperhatikan, orang itu juga mendengarkan percakapan mereka.

"Jadi pak tua itu menyimpan rahasia besar? Sial, kenapa aku tidak menyadarinya sejak awal. Aku menyesal!" geramnya.

Gadis itu menghentakkan kakinya lalu berjalan menjauh dari tempat persembunyiannya. Ia nyaris menabrak Yaya yang tengah membawa sebuah nampan berisi dua gelas kopi dan sepiring pisang goreng untuk menemani perbincangan suaminya dan menantunya.

"Ya Tuhan nak, kamu mengagetkan ibu. Sedang apa kamu disini?" tanya Yaya dengan mata memicing penuh selidik.

"Tidak, aku hanya kebetulan ada disini," jawab Mega dengan gugup.

Jawaban yang semakin membuat Yaya mengerutkan dahinya. Tentu jawaban Mega meragukan. Tapi Yaya tak ambil pusing, ia melanjutkan langkahnya untuk menemui suami dan menantunya.

1
Wulan Unet
Luar biasa
vita
lucu nya
Tetty Nainggolan
sedih bgt
Siti Nurbaya
Lumayan
Aries suratman Suratman
Kirain Langit dan Jingga usianya beda 2th, kalo baca Kisah Turun Ranjang -Langit Jingga, cerita Dan karakter Tokoh utamanya hampir sama
Siti Nurbaya
lanjut saya lagi menyimak cerita nya bagus.
Morly sha
kereen Thor...buat kisah angkasa yg baru Thor...yg happy ending
Rahmawati
Luar biasa
Lina Aniel
jiaahhahahahha🤭
Lina Aniel
mau pke bgt thor
Lina Aniel
ngidam ini mah
Lina Aniel
Lumayan
Lina Aniel
Luar biasa
Lina Aniel
me...me...q aja Thor🤭kek nya bakalan gokil 🤣🤣🤣
Evy
Alex pria yang baik.. kenapa harus mengalami hal seperti itu...
Evy
jangan sampai Alex yg jadi korban..kasihan..masih perjaka..
Evy
Tidak sah dong nikahnya...Binti nya bukan bapak kandung.
Evy
Mungkin langit anak biologis nya Handoko..
Evy
Ada apa ya?
Evy
kemungkinan... langit itu masih muda ya Thor..dia menyamar menjadi tua gitu..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!