Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Sesampainya di rumah anak itu seperti merasakan kekosongan, meskipun di rumahnya ada beberapa asisten rumah tangga yang tinggal di sini, hari-harinya selalu di temani oleh para pekerja dan pengasuh yang ringan tangan itu, maklum ayah dan juga neneknya sibuk dengan urusan dan pekerjaan mereka sehari-hari sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan gadis kecilnya itu.
Mawar pun masuk dengan suasana hati yang geram, karena tadi siang dirinya benar-benar di tegur oleh wali kelas Gista yang memang sudah mewanti-wanti untuk tidak menangani fisiknya, bukannya takut tapi pengasuh yang bernama Mawar itu malah membabi buta ingin menyakiti kembali anak asuhnya.
"Kau bicara apa saja sama gurumu?" tanya Mawar sambil menyeret tangan bocah kecil itu dan membawanya ke dalam kamar.
"Aku tidak bicara apa-apa," sahut Gista sambil menggelengkan kepalanya.
"Dasar ya! Kau anak bandel, emang bener deh ibumu meninggal karena dia tidak suka memiliki anak bandel sepertimu!" hardik Mawar pada anak sekecil itu.
"Auuu! Ampun Mbak jangan pukul kaki Gista, sakit," rintih anak itu tanpa ada yang mendengarnya.
Karena emosi yang mendera Mawar mulai gelap mata menghantam wajah anak yang di asuhnya dengan buku tebal, paduan pelajaran.
"Inikan yang gurumu inginkan, buku pelajaran ini kan!" desis Mawar sambil menghantamkan buku tersebut berkali-kali ke area wajah Gista.
"Stop Mbak jangan pukul Gista lagi," mohon anak kecil itu sambil menggunakan kedua tangannya untuk melindungi wajahnya.
"Kau benar-benar bandel tidak pernah mau menurut, bukannya setiap hari aku sudah pernah bilang kemasi bukumu sendiri, karena aku juga sibuk di suruh-suruh oleh nenekmu, kau tahu nggak, di sini bukan kamu saja yang aku urusi tapi banyak!" teriak pengasuh tersebut yang tiada henti menghantamkan buku tebal itu ke arah badan anak itu.
Gista menangis dalam diamnya, bocah kecil itu harus hidup di bawah tekanan pengasuhnya sendiri, tiada warna yang menghiasi hari-harinya, penyiksaan ini terjadi karena kelalaian dari orang tuanya sendiri, yang seharusnya mengambil peran penting dalam pola asuh anaknya bukan malah di serahkan kepada pengasuh seutuhnya.
"Mommy tolong Giska, Giska sakit," tangis anak itu pecah karena hampir satu tahun di asuh dengan Mawar yang memang selalu ringan tangan terhadapnya.
"Terus saja kau menangis, sana kau mengadu dengan ibumu yang sudah mati, ingat ya! Jangan sampai kau berani berbicara ataupun mengadu kepada siapapun di rumah ini, kalau tidak nenekmu yang tua itu akan aku bunuh," ancam Mawar, terhadap anak kecil itu.
Hari-hari Gista di lewati dengan kesedihan yang mendalam, kadang anak itu hanya ingin mendapatkan perhatian dengan cara sedikit manja ataupun nakal seperti anak-anak yang lain, hanya saja tanggapan itu selalu di salah artikan oleh pengasuhnya, Gista yang ingin mendapatkan perhatian dengan cara berbeda malah dianggap sebagai anak yang nakal dan bandel, begitu juga dengan neneknya.
Hari sudah menjelang sore saat ini Nenek Giska yang bernama Retno sudah menginjakkan kakinya di mansion yang begitu luas nan megah ini.
"Selamat sore Nyonya," sapa Bi Sumi dengan begitu ramah.
"Bagaimana keadaan rumah Bi Sum?" tanya wanita paruh paru baya itu.
"Alhamdulillah keadaannya baik-baik saja dan mulai tadi pagi tidak ada tamu yang berdatangan Nyonya," sahut Bi Sumi dengan detail.
Wanita paruh baya itu langsung menaiki tangga untuk menuju kamarnya dengan tubuh yang begitu lelah dirinya di hadang oleh anak kecil yang memang sedari pagi rindu ingin berkeluh kesah kepada dirinya.
"Nenek!" teriak Gista, sambil berlari kecil.
"Sayang, udah dulu ya, nenek capek ingin istirahat." Begitulah tanggapan neneknya sehari-hari kepada Gista.
Anak kecil itu seakan menelan kekecewaannya setiap hari terhadap orang yang teramat dia sayangi, lantas dia harus mengadu kepada siapa lagi? Jika keluarga yang seharusnya menjadi pelindung sibuk dengan urusannya masing-masing.
"Ibu guru, tolong Giska Bu," ucap anak itu yang sudah tidak tahu harus berlindung kepada siapa lagi.
******
Bel sekolah pun berbunyi itu tandanya anak-anak mulai masuk ke kelasnya masing-masing, ibu guru cantik mulai bernyanyi sambil menggerakkan tangannya di depan murid-murid.
"Anak-anak ayo tirukan gerakan ibu," titah Aya sambil mengajak murid-muridnya mengenali anggota tubuhnya melalui bernyanyi.
Selesai menyanyi seperti biasa Aya selalu menyapa mereka dengan sapaan yang memang mudah dikuasai oleh anak-anak, setelah itu dirinya mulai memberikan materi.
Satu jam kemudian,istirahat tiba, anak-anak pun mulai keluar dari kelasnya masing-masing, di sini Ayana mulai memperhatikan Gista yang tidak mau keluar padahal kemarin-kemarin anak ini sudah mulai bisa bersosialisasi dengan teman-temannya ketika istirahat, namun sekarang anak itu terlihat begitu lesu dengan wajah yang pucat.
"Sayang, kenapa tidak main bersama yang lain?" tanya Aya sambil mendekat ke arah Gista.
"Aku haus Ibu," sahut bocah itu.
"Kamu gak bawa air minum, Sayang." lagi-lagi bocah itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Baiklah Ibu ambil air minum dulu ya," pamit Aya lalu mengambil kotak makannya yang berisi dengan air.
"Sayang, kau sudah sarapan?" tanya Aya.
"Belum," sahutnya singkat.
"Baiklah ayo kita makan bersama yuk," ajak Aya, yang diangguki oleh Gista.
"Ini sayang minum dulu," titah Aya.
"Ibu mulutku terasa gak enak untuk makan," keluh anak didiknya itu.
"Loh kenapa Sayang?" tanya Aya sambil menempelkan telapak tangannya di kening anak tersebut. "Kau demam," ungkap Aya dengan khawatir.
"Sayang ayo kita ke UKS dulu," ajak Aya sambil menggendong tubuh kecil itu.
Sesampainya di UKS anak itu di periksa, dan penjaga UKS begitu syok ketika mendapati luka memar di seluruh tubuh Gista, tidak itu saja penjaga UKS pun menemukan luka memar lagi di area lengan Gista.
"Bu Aya, lebih baik anak ini dibawa saja ke rumah sakit karena terdapat memar di bagian tubuhnya, yaitu diarea badan dan juga lengan dan sepertinya ini serius bukan memar biasa," ungkap penjaga tersebut.
Ayana langsung memastikan sendiri luka di beberapa bagian tubuh Gista, hatinya serasa teriris melihat luka merah pekat hampir keunguan. "Astaga! Sayang, ini perbuatan siapa?" tanya Aya dengan cemas.
"Sakit Ibu, Gista di pukul," adu bocah tersebut.
"Ibu minta tolong panggilkan ibu kepsek," titah Aya kepada salah satu penjaga UKS.
Lima menit kemudian Hanna pun datang dengan perasaan yang tergesa-gesa karena mendengar cerita dari penjaga UKS tadi.
"Ibu Aya ada apa? Dengan Gista?" tanya Hanna sambil mendekat ke arah anak itu.
"Ibu lihat ini lihat," ucap Aya sambil menunjukkan luka memar di badan dan juga lengan anak itu.
"Ayo segera kita bawa ke rumah sakit untuk melakukan visum, ini tidak bisa di diamkan begitu saja," tukas Hanna lalu menyalakan mesin mobilnya.
Di dalam perjalanan kedua guru itu begitu cemas dan khawatir dengan kondisi muridnya yang sudah pucat pasih seperti ini, sedangkan anak kecil itu hanya mengeluh dengan lirih sambil menahan tangisnya.
"Sakit," lirih Gista sambil menahan tangisnya.
"Sayang kalau memang sakit menangislah di sini ada ibu guru yang akan melindungimu dari apapun," ucap Aya sambil memangku anak tersebut.
"Badan Gista habis di pukulin mbak mawar, dia marah karena habis di tegur sama ibu," adu bocah kecil itu sambil sesenggukan.
"Bu Hanna aku sudah tidak bisa lagi melihat korban yang diberlakukan seperti ini dengan pengasuhnya, lebih baik kita segera saja melapor ke polisi karena memang Pak Andre sudah aku kasih tahu tentang kejadian yang menimpa Gista sebelum seperti ini," ucap Aya yang begitu tidak terima.
"Memangnya sebelumnya Gista sudah mengalami kejadian ini?" tanya Hanna.
"Iya Bu dan waktu itu aku tidak sengaja memegang pundaknya dan kayanya sakit banget ketika aku menyentuh area tersebut," terang Aya.
"Kasus seperti ini harus di tindaklanjuti, agar tidak ada korban lagi seterusnya," tandas Hanna, sambil melajukan mobilnya.
siapa ya yg coba memeras Bu Retno