Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.
Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam Belas
Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Tangis Mendung tak ubahnya gemuruh pengiring badai. Wajah yang awalnya tertutup dua tangan, perlahan menyentuh lantai. Hancur, tak ada kata lain yang mampu mewakili perasaan bahkan kehidupan seorang Mendung.
“Ya Allah ... jika cara—Mu seperti ini, aku marah! Aku benar-benar marah! Tega-teganya Kau membuat putriku begini. Tega-teganya Kau menyiksa putriku, sementara Yanti dan Andika, Kau biarkan bahagia! Ini tidak adil! Lebih baik aku mati saja daripada hidup dan Kau titipi seorang putri, tetapi masih saja Kau sakiti! Cabut nyawaku ya Allah, cabut! Cabut saja nyawaku jika cara—Mu membuatku bertahan, justru melalui luka yang tiada henti Kamu berikan kepada Pelangi! Cabut nyawaku cepat!” Mendung meraung-raung sambil menghantam-hantamkan dahinya ke lantai di sana.
Pelangi dengan tatapannya yang sangat lugu, mengawasi apa yang Mendung lakukan. Tak lama kemudian, Pelangi menirukan apa yang bundanya lakukan.
Ulah Pelangi yang akhirnya Mendung sadari, menjadi alasan Mendung berhenti. Mendung terdiam dan perlahan melirik ke sebelah kanannya. Di sana, seolah tak memiliki rasa sakit, Pelangi menghantamkan dahinya berulang kali ke lantai.
Tak ketinggalan, Pelangi juga meraung-raung menirukan gaya Mendung. Penjaga wanita yang awalnya akan menghantam Pelangi, jadi yakin bahwa salah satu tahanannya memang ODGJ.
“Jangan, Ngie. Jangan. Nanti kamu terluka!” Mendung makin meraung-raung. Kedua tangannya berusaha menghentikan Pelangi. Akan tetapi, kekuatan Pelangi tak sebanding dengannya.
Mendung terlempar dan nyaris terbanting ke lantai, andai seseorang tak menangkap sekaligus mendekap tubuhnya erat. Baru merasakan dekapannya saja, di antara parfum yang begitu wangi, Mendung tahu siapa pelakunya. Salman, iya. Sosok tersebut sungguh Salman.
“Hei ... hei, apa yang kamu lakukan? Jangan begitu ... nanti kamu terluka!” sergah Salman menegur ulah Pelangi.
“M–Mas Salman. Mas ... tolong itu Pelangi putriku, Mas. Tolong hentikan dia, Mas. Tolong banget, Mas!” mohon Mendung memelas.
“Tenangkan dirimu,” sergah Salman buru-buru menghentikan Pelangi.
Tak beda dengan ketika kepada Mendung, Pelangi juga mengamuk kepada Salman. Pelangi tak terima, bahkan walau Salman memperlakukannya penuh kelembutan. Hal tersebut membuat Mendung meraung-raung. Hingga siasat balas dendam dengan sendirinya tersusun di pikirannya.
“Jika mereka tega membuat mental Pelangi terluka, biarkan aku membuat fisik mereka cac at seumur hidup. Setidaknya, aku harus membuat fisik yang selama ini Yanti banggakan, menjadi hal yang membuat dia malu. Aku harus membuat Andika jiji k kepadanya, meski uang Yanti menjadi salah satu alasan utama Andika menikahi Yanti!” batin Mendung.
“Pelangi ... Pelangi, ayo kita pulang. Lihat, itu mama kamu. Kamu enggak kasihan ke mama kamu?” lembut Salman memperlakukan Pelangi layaknya putrinya sendiri.
“Ngie ... ini Bunda, Ngie. Bunda datang buat kamu Bunda janji, Bunda enggak akan biarin kamu berjuang sendiri. Ini Bunda, Ngie. Bunda sayang banget ke kamu. Maaf karena Bunda enggak bisa langsung jemput kamu. Bunda cari pertolongan ... Bunda melakukan semuanya asal kamu bebas. Namun, ... mereka menipu Bunda. Maafkan Bunda, Ngie. Maaf!” Lagi-lagi Mendung memelas. Berharap caranya kini mampu merebut hati dan perhatian Pelangi lagi.
Namun pada akhirnya, Pelangi tetap memberontak. Pelangi berusaha melarikan diri, tetapi dengan cepat Salman memeluknya erat. Salman juga meminta bantuan petugas wanita di sana untuk membantu.
Pemberontakan demi pemberontakan yang Pelangi lakukan, membuatnya terpaksa diborgol, dan kedua kakinya pun diikat.
“Maaf, aku tidak bermaksud. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik. Hari ini juga kita lakukan perawatan, ... pengobatan. Enggak masalah kan, kalau kita mulai dengan rukiyah?” sergah Salman memperlakukan Mendung dengan sangat serius.
“Enggak, Mas. Enggak. Aku mohon tolong Pelangi. Tolong bantu agar Pelangi bisa kembali seperti sebelumnya,” isak Mendung.
Mereka masih ada di ruang besuk. Pelangi sengaja dipaksa duduk dan petugas wanita yang jaga, masih membantu mereka menjaganya.
“Serahkan semuanya kepadaku. Tubuhmu demam parah. Semalaman ini kamu tidur di mana?” sergah Salman sambil melepas jaket tebalnya, kemudian memakaikannya kepada Mendung.
Untuk yang kali ini, Mendung tidak bisa menjawab. Ia menunduk dalam dan membiarkan Salman merapikan penampilannya secara asal. Salman sampai menguncir rambut sepundak Mendung menggunakan sapu tangan warna abu-abu miliknya. Meski serba cekatan, Salman memperlakukan Mendung dengan sangat hati-hati.
Persis seperti kejadian tiga puluh tahun lalu, saat mereka masih muda. Karena meski dulu Salman belum bergelimang harta, Salman terus memperlakukan Mendung layaknya ratunya.
“Pengobatan untuk Pelangi, keadilan untuk kalian karena aku akan menuntut balik Yanti bahkan pihak yang mau memproses laporannya!” sergah Salman sambil menatap kedua mata Mendung penuh keseriusan. Kedua tangannya menahan erat kedua lengan Mendung. “Selain itu, apa lagi yang harus aku lakukan untuk kalian?” lanjutnya.
“Apakah aku juga harus melibatkan Mas Salman untuk balas dendamku kepada Yanti?” pikir Mendung. Orang pertama yang ingin Mendung beli pelajaran dan Mendung pastikan akan caca t seumur hidup, memang Yanti. Sementara untuk Andika, pria itu juga tetap akan mendapatkan jatah pembalasan tak kalah menyakitkan.
Karena Mendung hanya bengong, Salman yang tidak tahan melihat hidup Mendung yang hanya penuh kepedihan, refleks memeluknya erat.
“Maafkan aku ... maafkan aku karena telah membuatmu terluka sejauh ini. Aku benar-benar minta maaf karena baru datang sekarang. Maafkan aku, Ndung. Aku mohon maafkan aku. Padahal, aku sendiri yang berjanji akan memastikanmu selalu bahagia. Aku selalu bilang, bahwa aku tidak pernah membuatmu terluka. Harusnya sejak awal aku menemuimu. Harusnya sejak aku sukses, aku mencarimu dan merebutmu dari bajing an itu!” Salman tersedu-sedu.
“Mulai detik ini juga aku pastikan, kamu tidak akan lagi merasakan kepedihan. Sudah saatnya kamu bahagia!” tambah Salman sambil menatap kedua mata Mendung penuh keyakinan. Ia belum benar-benar melepaskan Mendung, dan justru kembali mendekapnya erat. Kecupan pertama, ia layangkan di kening Mendung, selanjutnya yang ia lakukan ialah mengecup kepala Mendung dengan bru tal.
Kepala Mendung jelas lepek dan jauh dari wangi bahkan terawat. Namun, kepala itu sungguh membuatnya rindu serindu-rindunya.
(Mohon maaf baru bisa up. Anakku tantrum brut al. Yuk ramaikan, semangat baca buar aku juga semangat nulis ❤️)