Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4.
“Shaka”
“Hem ?”
“Itu nama panggilan saya”
“Ohh” Ziva mangut-mangut mendengarnya
“Terus saya makan apa kalau seram ?” rupanya Arshaka penasaran dengan ucapan Ziva sebelumnya
“Makan bangkai tulang binatang”
Uhuk.. uhuk..
Sementara Arshaka tersedak makanan di mulutnya, Bagas tertawa mendengar ucapan Ziva.
“Maaf pak, gak bermaksud”
“Kamu pikir saya jin ?!” ketus Arshaka
“Ya kan tadi bapak nanya kalau seram, menurut saya jin termasuk seram”
“Zi” desis Bianca, dia hanya takut Arshaka murka karena ucapan pedas temannya itu
“Hem ?”
“Nanti nilai lo jelek, mau ?”
“Ya gak lah”
“Ya makanya kebiasaan buruk lo jangan dibawa-bawa kesini”
“Hem, oke”
Meninggalkan percakapan mereka sebelumnya, Bagas kembali membuka percakapan baru.
“Kalian satu fakultas ya ?”
“Iya pak, satu angkatan, satu jurusan juga” Bianca mulai kembali ke jati dirinya yang cerewet
“Oh gitu, masuk semester berapa sekarang?”
“Semester 6, pak”
“Hem.. saya tebak umur kalian 19 tahun ya ?”
“21 pak” kali ini Ziva yang menjawab
“Masa sih ? gak kelihatan loh umur 21 nya”
“Umur 19 nya juga gak kelihatan pak”
“Kelihatan, Ziva”
“Mana kelihatan pak, emang di atas kepala saya tertulis umur saya ?”
“Haish si es batu ini” gerutu Bianca tepuk jidat
“Maaf pak, bicara saya kurang sopan” seru Ziva
“Gak papa, Ziva, lagi istirahat juga"
“Oh ya, nama kamu siapa ?” tanya Bagas lagi menatap Bianca
“Bianca, pak”
Bagas mangut-mangut saja sembari melanjutkan makan siangnya.
“Oh ya, kamu tau gak Zi ? kalau kamu tuh orang pertama yang berani duduk disamping Shaka selain teman-teman HRD”
Ziva melirik sekilas pada si empunya, “kenapa lihat-lihat ?” tanya Arshaka membalas meliriknya
“Jadi benar bapak tuh seram ya ?”
Bagas kembali tertawa mendengar ucapan Ziva.
“Emangnya cuma itu satu-satunya alasan orang lain gak berani duduk disamping saya ?” ketus Arshaka
“Ya gimana ya pak, buktinya nyata kok, teman saya sendiri tuh” sahut Ziva menunjuk Bianca dengan dagunya
“Emang nyalinya aja kecil”
“Sama aja intinya seram pak”
“Udah apa Zi” celetuk Bianca
“Gue duluan ya”
“Yah, tungguin sih Zi”
“Gue mau telefon Kenny”
“Ya udah sebentar, gue kan belum selesai makannya”
“Makanya kalo makan tuh cepat"
“Yee, lo nya aja yang makan kecepatan kaya orang kelaparan”
“Terserah”
“Pacar kamu ya Zi ?” celetuk Bagas
“Bukan pak” sahut Ziva
“Pacarnya dia mana pernah sempatin waktu buat telefonan pak” sindir Bianca
Ziva diam saja, memang itu kenyataannya dan pacarnya memang toxic.
“Kasihan”
“Buruan Bianca”
“Iya iya, gak lihat gue udah buru-buru makannya ?!”
“Kalau emang penting, telefon aja sekarang” seru Arshaka setelah menyelesaikan makan siangnya
“Nanti aja pak, gak enak”
“Gak enak karena ada saya ? kamu pikir saya gak ada kerjaan nguping obrolan kamu ?”
Dih, ini orang narsis banget..
“Gak gitu pak”
“Gue udah selesai, ayo”
“Pak, kita duluan ya, permisi” seru Bianca bangun dari duduknya disusul dengan Ziva
Setelah meletakkan peralatan makan dan sampah di tempat yang disediakan, Ziva dan Bianca ke toilet yang berada di dalam loker wanita sebelum akhirnya kembali ke ruang training.
“Apa ?” Arshaka tahu dengan arti tatapan temannya itu
“Jangan pura-pura, lo suka kan sama Ziva ?”
Arshaka diam saja dan kembali menenggak minumnya.
“Masa iya gue saingan sama lo Ka”
“Kenapa ? lo merasa udah kalah dari awal ?”
“Haish, percaya diri banget, emang lo pikir Ziva bakalan suka sama es balok kaya lo ?!”
“Gak ada yang tau, Gas”
“Gak nyangka gue”
“Udah ayo, gue masih ada kerjaan”
“Santai dulu Ka”
“Ya udah gue duluan”
“Depan dulu sih Ka, abis makan gak ngerokok mana enak”
“Makanya kurang-kurangin”
“Ck, mulai.. ya udah sana duluan” usir Bagas