Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TIGA
"Kamu ngapain?" tanya Hera kaget saat masuk ke dalam kamarnya karena ternyata Rika sedang asyik membaca curahan hatinya di buru Diary nya. "Kamu baca ya?" tanyanya lagi sambil merebut buku tersebut. Hera menutup wajahnya malu!
"Gak usah malu. Aku sahabat kamu Hera!" seru Rika mempertahankan buku Diary milik Hera ditangannya. "Kamu sudah lama suka sama Hasyim?" tanya Rika secara langsung. Selama ini yang Rika tahu mereka murni bersahabat tidak ada kata cinta.
"Aku malu Ka, balikin buku aku!" serunya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya erat.
"Jujur Hera!" desak Rika. "Kamu gak percaya sama aku? Sama persahabatan kita?" tanya Rika memaksa Hera membuka tangannya yang menutupi wajahnya.
"Iya aku memang suka sama Hasyim, sudah lama malah!" jawabnya setelah membuka telapak tangannya dari wajah. Hera duduk disisi ranjang diikuti oleh Rika. "Entah sejak kapan perasaan ini muncul, awalnya aku hanya sekedar suka. Lama kelamaan jadi Cinta, kamu tahu kan Hasyim gimana baiknya? Aku jadi baper!" ujarnya.
"Hasyim gimana?" tanya Rika penasaran. Hera hanya menggelengkan kepala.
"Dia ya begitu-begitu saja! Aku gak tau pasti dia suka atau tidak sama aku. Tapi kemungkinan besar cintaku bertepuk sebelah tangan Ka." ucap Hera sendu. Rika merentangkan tangannya untuk memeluk sahabatnya.
"Sabar ya! Aku gak nyangka ternyata persahabatan kita ada yang jatuh Cinta." ledeknya masih memeluk Hera menenangkan. Memang tidak menangis tetapi terlihat dari wajahnya jika dia patah hati sebelum berjuang. "Kamu pernah dengar gak kalau Hasyim pernah bilang bahwa dia tidak mau pacaran dengan orang terdekatnya." ucap Rika.
"Hhmm aku baru ingat. Ingat betul malah!" ucap Hera melepas pelukan Rika. "Maka dari itu, aku memendam sendirian." jawab Hera lagi.
"Sudah lah, lupakan Hasyim untuk menjadi kekasihmu, dia sulit dijangkau." ucap Rika benar. Memang benar kata Rika, Hasyim susah dijangkau apalagi dengan orang yang dia kenal, pikir Hera membenarkan.
"Huft, iya deh. Mau gak mau sih! Tapi dari pada sakit hati." ucap Hera setuju. Toh usia mereka masih muda, kalau jodoh gak bakalan kemana! Yakin Hera. Hera akan fokus meraih cita-cita menjadi perawat.
"Kalau gitu aku pulang ya! Dah sore nih." pamit Rika pada Hera, kemudian pamit pada ibu Hera. Tetapi sepertinya ibu Rosita sedang beristirahat.
"Okey hati-hati Sis, terlalu jauh rumahmu." jawab Hera bercanda. Hera masuk ke dalam rumah menuju kamar untuk mengambil handuk. "Gerah, mandi deh!" gumamnya melangkahkan kaki ke kamar mandi.
Malam hari Hera belajar karena pendaftaran telah terbuka, mereka sudah bersiap mendaftar ke Universitas. Ketika lulus tinggal tes supaya Hera tidak terlalu mendadak belajarnya, pikirnya.
"Kayaknya memang benar kata Rika, aku fokus kuliah terlebih dahulu. Nanti kalau sudah selesai baru aku pikirkan menikah." gumamnya pelan, belajar tidak fokus karena memikirkan cinta bertepuk sebelah tangan.
Hera lulus di Jurusan Keperawatan di Akademi Keperawatan Kurnia Jaya di Kota P. Bersama sang sahabat yaitu Rika yang mendaftar di Jurusan Kebidanan di kampus yang sama.
"Hera, akhirnya kita lolos. Meski jurusan yang berbeda tetapi kita satu kampus Sis." seru Rika heboh.
"Bener banget. Selamat ya Rika." ucap Hera antusias. Beberapa bulan berlalu, perkuliahan Hera berjalan baik. Dia biasa di antar jemput oleh sang kakak sulung yaitu Nurdin atau Udin, terkadang juga naik angkutan umum.
"Rika." panggil Hera agak jauh. "Sepertinya Rika gak denger deh!" Ucapnya sendu. Kemudian dia membalikkan badan untuk melangkah meninggalkan kampus tercinta. Waktu sudah menjelang sore, perkuliahan telah selesai. Hera berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum.
"Hera." sapa Rika mendekat menggunakan kendaraan roda duanya. "Ayo pulang!" ajaknya membuka helem yang digunakan.
"Iya deh." jawab Hera singkat lalu naik diboncengan Rika. "Rika, kamu tadi sama siapa?" tanya Hera penasaran, dia tidak bisa diam dengan rasa penasarannya.
"Kapan?" Rika lupa. "Tadi aku melihatmu bersama lelaki, siapa itu?" tanya Hera mendekat ke arah Rika supaya dia mendengarnya.
"Oh itu cowoknya teman kelasku namanya Tuti." jawab Rika mengingatnya. "Kamu mau tau ceritanya?" tanya Rika dengan suara keras.
"Apa?" tanya Hera balik.
"Dia itu cari Tuti karena Tuti susah dihubungi, mereka pacaran baru sebentar, sialnya itu laki kena tipu! Hahaha Tuti minta uang bilangnya buat bayar kuliah ternyata kabur." jelas Rika sambil tertawa terbahak.
"Fokus." tegur Hera karena Rika terlalu banyak tertawa hampir saja mereka menabrak anak SMP yang lewat. "Kok bisa?" tanya Hera heran.
"Bisa lah. Mereka itu kenal lewat telfon gitu! Terus pacaran, nah Tuti minta kiriman uang katanya kuliah di Kurnia Jaya butuh banyak uang dan ditransfer sama Dito, ternyata Tuti hanya menipunya. Sekarang dia entah kemana, gak pernah masuk kuliah juga!" jelas Rika sambil geleng kepala, kok ada perempuan kayak gitu, pikirnya.
"Astaghfirullah kasihan dong lakinya, kehilangan Tuti dan kehilangan uang juga." ucapnya memelas. Rika hanya mengangguk, mereka tiba dirumah dengan selamat. "Thanks Sis." ucap Hera turun dari motor Rika. Kemudian Rika hanya mengklakson lalu menuju rumahnya yang paling ujung di Jalan Merpati tersebut.
"Ibu." ucap Hera setelah mengucapkan salam. Ibunya sedang di dapur, membuat bekal buat ayahnya. Kebetulan Udin akan kesana! "Ibu sibuk." Hera selalu mencari ibu Rosita ketika pulang, setelah menemui ibu Rosita maka dia akan ke kamar mengambil handuk lalu mandi dan berganti pakaian.
"Kenapa ayah dibawakan bekal bu?" tanya Hera heran, tidak biasanya ayah dibawakan bekal malam pikirnya.
"Ayah lembur nak, kebetulan Udin akan kesana jadi sekalian dibawakan." ucap ibu enteng. Hera hanya manggut² paham. "Gimana kuliahmu?" tanya ibu duduk dikursi meja makan sambil minum teh hangat.
"Alhamdulillah lancar bu. Nanti kalau praktek aku mau ambil di Jawa boleh bu?" tanya Hera hati². Mereka terbiasa makan malam disore hari untuk menghindari lemak berlebih.
"Tanya ayah mu nak." jawab ibu Rosita menatap Hera selidik. "Kamu suka Hasyim nak?" tanya ibu curiga.
"Gak bu. Kenapa ibu tanya gitu?" tanya Hera balik tidak mampu menatap mata ibu. Hera memang tidak pernah bilang jika dia menyukai bahkan mencintai Hasyim kepada Ibu Rosita. Tetapi naluri seorang ibu sangat tahu, paham betul.
"Kamu jujur sama ibu?" tanya ibu Rosita lagi seperti mendesak. Hera bingung harus menjawab apa! Pasalnya yang ibunya katakan jika dia tidak jujur akan ketahuan, kalau pun jujur Hera malu. Hera mengangguk pasrah.
"Sejak kapan nak?" tanya ibu lagi. "Hera gak tau bu. Perasaan itu muncul tiba²." jawab Hera jujur. Dia pikir gak ada salahnya serita sama ibu, apalagi Hera sudah dewasa menjadi mahasiswi.
"Gak apa. Kalau dia tidak mencintai mu jangan paksa dia nak." saran ibu dan Hera mengangguk setuju. Usai makan, Hera ke kamar untuk sholat kemudian mengaji atau tadarus al-Qur'an.
cocok