NovelToon NovelToon
Si Mesum Arya

Si Mesum Arya

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: M. Novri Al-zanni

Aiko seorang gadis cantik yang memiliki garis keturunan orang jepang pindah ke Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya di Indonesia karena urusan pribadi keluarganya.

Aiko pindah sekolah saat menduduki bangku kelas 3 di SMAN Rubinium. Saat pertama kali masuk sekolah, Aiko menjadi pusat perhatian karena memiliki paras yang cantik. Kulitnya yang putih dan tubuhnya yang ideal membuat para gadis iri melihat tubuhnya yang begitu sempurna.

Aiko di sukai oleh banyak laki-laki di sekolahnya dan tidak jarang ada orang yang menyatakan perasaannya. Tapi semuanya di tolak oleh Aiko karena ia ingin berfokus pada masa depan dan karirnya.

Awalnya ia mengira kehidupan sekolahnya di Indonesia akan baik-baik saja dan berjalan seperti biasanya. Tapi kejadian-kejadian aneh mulai bermunculan, gangster, tawuran, geng motor, dan hal-hal aneh lainnya.

Sampai suatu kejadian yang tidak pernah diperkirakan muncul dan menimpa Aiko. Aiko terpaksa menikahi seorang murid laki-laki yang sekelas dengannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejadian Serius

1 hari sebelum akhirnya waktu pernikahan Aiko dan Arya di mulai, mereka berdua tidak boleh masuk sekolah terlebih dahulu untuk sementara. Karena kejadian itu mereka di anggap kena skors dan tidak boleh masuk sekolah selama 2 Minggu. Damar, Yuki, kedua orang tuanya Arya dan para warga saat ini sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan mereka.

Acara pernikahan mereka sedang di bangun di lapangan yang tak terpakai. Aiko merasa sangat aneh dengan semua tradisi yang ada di Indonesia. Pernikahan di jalan baginya terlihat sangat aneh dan tidak wajar.

Karena Aiko selalu berpikir dan melihat bahwa pernikahan itu terjadi di dalam gedung atau bangunan. Hal ini benar-benar merubah pandangan Aiko tentang pernikahan. Aiko sudah pasrah dan tak tahu berbuat apa, sampai akhirnya tiba-tiba seseorang datang ke kamarnya.

"Hei Aiko."

Mendengar suara itu Aiko langsung tahu siapa dia. "Kau! apa sekarang kau senang! hah! karena bisa menikahi gadis cantik sepertiku!"

Aiko larut dalam amarahnya yang meledak-ledak. Padahal kedua orang tuanya sedang berdiri di depan pintu kamar Aiko. Tapi Aiko sudah tidak peduli lagi karena dia sekarang benar-benar sudah sangat kesal.

Kemudian tiba-tiba Arya memegang tangan Aiko dan berkata, "Maafkan aku Aiko ..."

Aiko langsung mencampakkan tangan Arya dan matanya melotot merah. "Ibu! ayah! bawa orang ini pergi!"

Teriak Aiko kepada orang tuanya sambil melotot dengan wajah kesal. Namun bukannya menuruti permintaan anaknya, Damar dan Yuki yang sebagai orang tua Aiko pun malah membujuknya untuk senang. Aiko tidak menyukai perlakuan orang tuanya yang seakan-akan tidak membela dirinya.

Damar mencoba untuk menenangkan anaknya sambil membelai rambutnya dengan perlahan. "Aiko tenanglah dulu, coba kau dengar dulu pembicaraan nak Arya."

Aiko sudah diselimuti dengan amarah dan kebencian yang teramat besar kepada semua orang. Akhirnya Aiko berlari meninggalkan kamarnya sambil menangis. Damar dan Yuki hanya bisa menghela nafas dengan dalam-dalam melihat kelakuan anaknya yang benar-benar berubah drastis.

"Nak Arya ... tolong kejar anak kami." ucap ibu sambil tersenyum tipis.

Ibu dan ayahnya Aiko bisa dengan mudah menerima keberadaan Arya. Tapi Aiko masih tidak bisa menerimanya, karena sejak dulu Aiko tidak pernah merasakan rasa suka kepada orang lain. Karena Aiko adalah seorang pengamat, dia tidak sepenuhnya percaya kepada siapapun.

Oleh karena itu Aiko hampir tidak pernah merasakan rasa cinta kepada lawan jenis. Karena baginya orang-orang adalah seorang pembohong. Hatinya sudah pernah terluka ketika ia masih kecil dan mencintai laki-laki yang sebaya dengannya waktu itu.

Aiko berlari terlalu jauh hingga akhirnya ia sampai di sebuah jembatan yang cukup besar. Jembatan itu dibangun di atas jurang yang dalam yang penuh dengan bebatuan. Aiko berdiri di pinggir jembatan sambil menatap ke arah bawah.

"Ayah ... ibu ... maafkan aku. Kurasa baik di antara kalian atau aku tidak akan pernah bertemu lagi satu sama lain."

Aiko sudah pasrah dan putus asa dengan kehidupannya dan ia ingin segera mengakhiri hidupnya. Perlahan-lahan Aiko mencondongkan tubuhnya ke arah pinggir jembatan. Aiko berharap dengan ini, semua penderitaannya akan hilang dan tenang.

Lalu tiba-tiba Arya datang. "AIKOOOOOOOOO!!!"

Arya dengan cepat menarik tubuh Aiko yang hampir jatuh itu ke tempat yang aman. Tapi dengan taruhan bahwa dirinya yang tidak akan baik-baik saja. Arya berusaha sekuat tenaga dengan kedua tangannya untuk naik ke jembatan agar tidak terjatuh.

"Apa yang kau lakukan dasar bodoh!"

Aiko tidak bisa membiarkan Arya begitu saja, pada akhirnya Aiko membantu Arya agar bisa naik kembali. Tapi Aiko tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menariknya ke atas. Meskipun sudah sekuat tenaga, mereka berdua akhirnya kelelahan.

"Aiko ... lepaskan ..." ucap Arya dengan tatapan penuh penyesalan dan tersenyum tipis.

Aiko tidak mau melepaskannya dan masih berusaha menariknya. "Tidak akan! kau tidak boleh mati! yang seharusnya mati adalah aku!"

"Aku sudah tidak kuat lagi ... kumohon Aiko lepaskan saja"

perlahan-lahan tubuh Arya semakin turun kebawah karena sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berusaha naik. Tapi Aiko masih bersikeras untuk menolong Arya agar tidak terjatuh. Aiko menangis dengan pelan sembari menarik tubuh Arya yang semakin terjatuh.

"Maafkan aku ... Aiko"

Setelah permintaan maafnya diucapkan, Arya sengaja melepaskan tangannya dari Aiko agar terjatuh. Karena jika Aiko masih berusaha menariknya, maka Aiko akan ikut terjatuh juga. Ini adalah pilihan terbaik yang dipilih oleh Arya dan juga karena penyesalannya.

"ARYAAAAAAAA!!!"

Aiko menangis dengan kencang sambil berteriak memanggil nama calon suaminya. Langit tiba-tiba menjadi mendung dan gelap, sepertinya akan segera turun hujan. Zraaaaashh! benar saja, tiba-tiba hujan turun dengan lebat dan membasahi tubuh Aiko.

Aiko segera berlari kembali pulang untuk menemui orang tua mereka. Sesampainya di rumah Aiko segera menjelaskannya kepada orang tuanya, "Ibu! ayah! huwaaaaaaaa! Arya ..."

Ibu dan ayahnya panik dan khawatir melihat anaknya menangis seakan terjadi masalah besar. "Ada apa nak?! Arya kenapa!"

"Arya terjatuh di jembatan, huwaaaaaaaa!"

Orang tuanya terkejut dan langsung dengan sigap sang ayah menelpon keluarga Arya, lalu ibu dengan sigap menelpon ambulan. Sementara itu Aiko disuruh untuk kembali ke kamarnya agar dapat menenangkan dirinya. Pikiran dan hati Aiko menjadi semakin kacau dari sebelumnya.

Orang tuanya Arya dengan cepat sudah tiba di rumah keluarga Haruka. Wajahnya terlihat cemas tidak karuan, dan kemudian kedua keluarga itu segera berlari menuju jembatan. Ambulan sudah datang bersama dengan petugas pemadam kebakaran untuk membantu mengangkat Arya berada jauh di bawah jembatan.

Kemudian Arya berhasil di bawa keluar dari jembatan dengan berlumuran darah. "Ya tuhan anakku! bagaimana bisa ini terjadi!" kedua orang tua Arya menangis dan berteriak histeris dengan sangat keras.

Lalu petugas medis segera membawa Arya masuk ke dalam mobil ambulan. "Pasien mengalami pendarahan yang hebat di kepalanya. Biarkan kami bekerja!"

Damar dan Yuki membantu petugas medis untuk menahan kedua orang tua Arya yang mengganggunya. Kemudian dengan cepat petugas medis membawanya ke rumah sakit. Kedua orang tua Arya segera kembali mengambil kendaraannya, lalu segera berangkat menyusul mobil ambulan itu.

Ayah ikut dengan mereka karena bersimpati, dan ibu di suruh ayah untuk bersama Aiko menemaninya. Ibu datang kembali dan segera memeluk Aiko dengan pelukannya yang hangat. Ibu membelai rambutnya anaknya dengan sangat lembut dan itu membuatnya sedikit tenang.

"Aiko, jangan salahkan dirimu nak ... kamu harus kuat" ucap ibu yang ikut menangis bersama Aiko.

"Ta-tapi Arya Bu! Arya sudah mati karenaku!" pikiran Aiko menjadi tidak karuan, hatinya juga dipenuhi dengan rasa bersalah.

Aiko terus dihantui oleh perasaan bersalah yang tidak berujung. Ia mulai membayangkan kalau seandainya ia dengan senang hati menerima takdirnya dan nurut kepada orang tuanya. Pasti hal ini tidak akan terjadi, ia berpikir pasti lama-kelamaan mulai dapat menerima keberadaan Arya.

Kata, "Seandainya" terus menghantui dan menyelimuti pikiran Aiko. Aiko tanpa sadar tertidur dengan pulas karena terus menerus menangis dan merasa lelah. Ibunya segera memeberinya selimut untuk anaknya tersayang dan menyiapkan makanan saat anaknya bangun.

Sementara di rumah sakit. "Di ruangan mana pasien yang baru saja di antar! cepat jawab!"

Ayahnya Arya sudah tidak bisa menahan emosinya lagi hingga membentak-bentak staf yang bertugas di rumah sakit. Kemudian setelahnya mereka berlari menuju ruangan yang diberitahukan untuk menemui Arya. Mereka bertiga tidak bisa berfikir jernih karena situasinya yang begitu darurat.

Mereka melihat Arya lewat kaca pintu di sebuah ruangan. Arya sedang berbaring penuh dengan darah di atas kasur dan terdapat seorang dokter medis yang sedang mengeceknya. Kedua orang tuanya ingin segera masuk dan mencoba mendobrak pintu kamarnya yang terkunci.

"Anakku! anakku! huwaaaaaaaa!" ibu Arya berteriak dengan histeris.

Damar mencoba untuk menenangkan mereka berdua yang sudah terbalut dengan emosi. "Tenanglah! kumohon tenangkan hati dan pikiran kalian!" ucap damar sambil menangis.

Usaha ayah berhasil dan seketika mereka berdua menjadi tenang begitu saja. Kemudian mereka bertiga duduk di ruang tunggu yang berada di depan kamar pasien Arya. 10 menit sudah berlalu, 10 menit sudah berlalu hingga akhirnya 1 jam sudah berlalu tapi dokter yang memeriksanya tidak kunjung keluar juga.

Hal itu membuat hati mereka resah dan panik, hingga akhirnya ayahnya Arya berdiri dan mencoba melihat melalui dari kaca. Lalu pada akhirnya dokter yang memeriksa Arya pun segera berjalan keluar. Dokter itupun akhirnya keluar dan akan mendapatkan banyak pertanyaan setelahnya.

Ibunya Arya pergi ke samping suaminya dan mereka menanyakan kondisi anaknya kepada dokter itu, "Bagaimana dok! bagaimana dengan kondisi anak saya!"

Dokter itu terlihat menjawab dengan berat hati. "Maaf sebelumnya, kondisi anak anda ..."

Seketika suasana menjadi pecah dan dipenuhi dengan tangisan histeris yang luar biasa. Mendengar pendapat dokter mengenai kondisi Arya, membuat mereka bertiga menangis bersama. Mereka segera masuk untuk melihat Arya yang sedang berbaring berlumuran dengan darah, tangisan di ruangan ini semakin menjadi-jadi.

Damar memberitahukan mengenai kondisi Arya saat ini kepada istrinya. Ponsel Yuki menyala karena notifikasi pesan masuk dari Damar, dan Aiko tidak sengaja melihat isi pesannya. Yuki mengambil ponselnya dan saat ini hanya berfokus untuk menenangkan hati da pikiran anaknya yang sedang kacau.

1
范妮·廉姆
Hai ka
gabung yu di GC Bcm
kita d sn akan belajar brg mengenai teknik nulis. sama Kaka mentor senior
JD ckup follow me
maka Kaka akan dpt undangan thx.
Novi Az-Zahra: sudah ku follow kak, jangan lupa invit yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!