Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Istirahat makan siang, Evan berdiri dan berjalan ke arah keluar gedung membawa tas nya, tapi ketika hampir sampai di pintu,
“Evan,”
Evan menoleh melihat Bella yang berlari ke arah nya, dia berbalik menunggu Bella menghampiri nya.
“Mau kemana ?” tanya Bella yang baru sampai.
“Pulang aja lah, hari ini atau besok sama saja,” jawab Evan.
“Hah...kenapa ? ada apa ? cerita,” ujar Bella.
“Ntar aja di rumah,” balas Evan.
“Ga mau, sekarang,” balas Bella.
“Aaaah...ya udah, ayo ikut,” balas Evan.
Evan mengajak Bella ke lapangan belakang yang sepi dan terkenal angker karena dia bermaksud berbicara di sana, namun ketika hampir sampai, dia mendengar suara di belakang, Evan menarik Bella merapat ke dinding, dia mengintip lapangan di belakang dari balik dinding gedung sekolah.
“Ada apa ?” tanya Bella berbisik.
“Ada orang, tumben banget ada yang kesini,” jawab Evan berbisik.
Bella juga ikut mengintip dan berdiri di depan Evan yang memegang pundak nya, mereka melihat dua orang pria sedang berbicara di dalam lapangan, pakaian kedua pria itu serba hitam, mereka memakai long coat hitam, topi bundar berwarna hitam dan masker sehingga wajahnya tidak terlihat. Tak lama kemudian keduanya berjalan keluar dari lapangan menuju ke arah mereka. Evan menarik Bella dan masuk ke sebuah gudang kecil yang berada di taman, tepat di depan posisi mereka sebelum nya.
Evan menutup mulut Bella menggunakan tangan dan mengintip keluar, dua orang pria itu melewati gudang, Evan sedikit kaget karena dua orang itu nampak sangat pucat dan memiliki bola mata yang berwarna merah. Setelah keduanya berlalu, Evan sedikit merasa lega, dia melepaskan tangannya tapi, tangan Bella malah menekan tangannya.
“He..hei,” ujar Evan berbisik.
“Hehe sori, kita ngobrol di sini aja ya,” ujar Bella yang menempel pada Evan.
Wajah Bella terlihat merah dan nafasnya sedikit memburu, “haaaah,” Evan menghela nafasnya, kemudian dia menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kepada Bella. Tentu saja Bella kaget mendengarnya,
“Ok gue yang bayar,” ujar Bella berbisik.
“Jangan, gue bisa usahain, untuk sementara gue di rumah ga apa apa, lo jangan bayarin gue ya,” ujar Evan.
“Gue punya duit kok,” balas Bella.
“Itu kan duit dari bokap lo buat elo hidup, jangan pake duit itu buat gue, gue akan usahain, lo ga usah khawatir,” balas Evan.
Bella terdiam, kedua tangannya naik dan merangkul leher Evan, dia jinjit dan langsung mencium Evan. Setelah itu,
“Ya udah, gue ngerti, tapi gue juga absen, gue males kalo sekolah ga ada lo dan lo jangan larang gue,” ujar Bella.
“Tapi biasanya lo juga jarang ngomong ama gue kan di sekolah ?” tanya Evan.
“Iya, tapi gue bisa liat lo ada di tempat duduk lo, kalo lo ga ada, ngapain juga gue masuk, gue di rumah ama lo,” jawab Bella.
“Ya udahlah, gue larang juga percuma (berpikir) trus dua orang tadi siapa ya ? kok rasanya gue baru liat mereka di sekitar sini ?” tanya Evan.
“Iya, kayaknya mereka serem deh, gue rada merinding pas mereka lewat barusan,” jawab Bella.
“Kita balik aja deh yu, gue kok tiba tiba pengen pulang,” balas Evan.
“Iya, gue ambil tas dulu ya, abis itu kita balik,” balas Bella.
“Ok, cepetan ya, gue tunggu di gerbang,” balas Evan.
Keduanya keluar dari gudang, Bella langsung berlari ke dalam sedangkan Evan berjalan ke arah gerbang.
[Li Tian : Evan, cepat masuk ke dalam gedung sekolah.]
“Hah ? kenapa kak ?” tanya Evan.
[Li Tian : cepat, beban mu ku lepas.]
Evan tiba tiba merasa tubuhnya terasa sangat enteng, dia berbalik dan langsung melesat ke arah gedung sekolah dan masuk ke dalam.
[Li Tian : ke kelas mu, cepat.]
Evan berlari menuju ke kelasnya dan masuk ke dalam, dia melihat Bella sedang membereskan bukunya dan memasukkan nya ke dalam tas. Evan langsung menghampiri Bella,
“Loh kok kesini ? ada apa ?” tanya Bella.
[Li Tian : cepat peluk dia.]
Evan tidak menjawab dan langsung memeluk Bella, tiba tiba seluruh kelas di penuhi cahaya yang sangat terang, “ada apa ini,” “kyaaaaaa,” “eh apaan ini,” seluruh teman sekelas langsung ribut dan panik, Evan terus memeluk Bella yang juga membalas memeluk nya.
“Van, ada apa ini,” ujar Bella panik.
“Ga tau, tetep peluk gue Bell,” balas Evan.
Cahaya pun menghilang, tiba tiba kepala Evan dan Bella menjadi sangat pusing, “blugh,” keduanya jatuh ke lantai namun masih dalam kondisi berpelukan. Mereka sempat melihat seluruh teman sekelas sudah tergeletak pingsan di lantai, Evan sudah tidak bisa mempertahankan kesadaran nya,
“Bel,” ujar Evan.
“Van, gue takut,” balas Bella.
“Tetep....peluk,” balas Evan yang kemudian pingsan.
“I..ya,” Bella pun menyusul Evan pingsan.
Tiba tiba cahaya berbentuk buku keluar dari tubuh Evan dan menyerap keduanya masuk ke dalam buku, setelah itu buku itu menghilang begitu saja di udara.
******
“Oi bangun,”
“Ugh,” Evan membuka matanya, “waaaaaaa,” dia langsung kaget karena melihat wajah Gerard tepat berada di depan wajahnya, tapi dia merasakan tangannya memegang seseorang, dia menoleh dan melihat Bella terkulai di sebelahnya,
“Kenapa teriak ? dasar,” ujar Gerard yang berdiri kembali.
Evan duduk dan menarik Bella yang masih pingsan kemudian memeluknya, dia melihat Gerard, Li Tian dan seorang pria bertubuh separuh mesin berdiri di depannya.
“Kok aku di sini ?” tanya Evan.
“Ya, buku ini menyelamatkan kamu dan istri mu, jadi kamu tidak jatuh ke tangan mereka,” ujar Li Tian.
“Mereka ?” tanya Evan.
“Lihat,” jawab Li Tian sambil menunjuk ke buku hologram besar yang mengambang di udara.
Evan kaget melihat beberapa pria berkulit pucat dan bermata merah masuk ke dalam kelas bersama dengan beberapa orang yang berwujud setengah reptil dan membawa senapan.
“Si..siapa mereka ?” tanya Evan.
“Hmm bagaimana menjelaskannya, mereka musuh mu,” ujar Gerard.
“Hah musuh ?” tanya Evan.
“Li Tian, boleh ku jelaskan padanya sekarang, sebab mereka sudah terlibat,” ujar Gerard.
“Silahkan saja, walau ini masih waktu ku mengajar tapi kali ini pengecualian, tidak di sangka mereka bergerak secepat ini,” ujar Li Tian.
“Ok, pertama tama, kenalkan dulu, di sebelah ku ini namanya Clyde, awalnya dia berasal dari bumi seperti kalian,” ujar Gerard sambil memegang pundak Clyde di sebelahnya.
“Salam kenal,” ujar Clyde yang bersuara seperti robot.
“I..iya, dia guru juga bos ?” tanya Evan kepada Gerard.
“Ya, dia salah satu guru mu,” jawab Gerard.
“Sebelumnya ijinkan aku memperkenalkan diriku,” ujar Clyde.
“Ctak,” Clyde menjentikkan jarinya, sebuah buku hologram muncul di depan buku hologram besar dan langsung membuka lembarannya, kemudian posisi nya berubah dan memperlihatkan sebuah tayangan.