Si Mesum Arya

Si Mesum Arya

Pindah ke Indonesia

Hari ini adalah hari yang mengejutkan bagi Aiko Haruka, karena setelah libur semester ia harus pergi meninggalkan jepang. Gadis berkebangsaan jepang yang berusia 16 tahun itu harus pergi meninggalkan negaranya karena urusan pribadi keluarganya. Meskipun begitu Aiko harus ikut bersama orang tuanya karena masih membutuhkan naungan.

Tapi kepergian ini terlalu mendadak sekali dan bahkan Aiko tidak sempat untuk mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya. Semua barang sudah di bereskan dan di masukan ke dalam bagasi mobil. Keluarga Haruka akan bersiap-siap untuk berangkat ke bandara sebentar lagi.

"Mamah, aku masih tidak mengerti kenapa kita mendadak pindah?" ucap Aiko sambil mengenakan sepatunya.

Sementara mamahnya yang masih sibuk berdandan berkata, "Bapakmu kena PHK nak, dan Indonesia adalah tempat terbaik karena biaya hidupnya yang murah."

Aiko menghela nafas dengan berat dan ia beranjak dan segera masuk mobil. Ibunya Aiko bernama Yuki Haruka merupakan orang berkebangsaan jepang dan ayahnya, Damar Syahdan merupakan berkebangsaan Indonesia. Karena hal itulah yang membuat keluarga Haruka memutuskan untuk pindah ke Indonesia.

Yuki berjalan keluar rumah setelah berjam-jam berdandan dan segera masuk ke dalam mobil. "Sayang kenapa kamu lama sekali" ucap suaminya, Damar yang sudah siap sedari tadi dan berada di dalam mobil selama 1 jam.

Tiba-tiba Yuki mencium pipi ayahnya sambil tersenyum manis dan berkata, "Aku tampil cantik untukmu sayang, bagaimana penampilanku?" ucap Yuki sambil membelai rambutnya.

Damar terlihat malu-malu hingga wajahnya memerah dan memujinya, "Kau terlihat semakin cantik semakin lama."

"Bisakah kita berangkat sekarang?" ucap Aiko yang sudah malas melihat kemesraan kedua orang tuanya.

Kedua orang tuanya tertawa melihat reaksi anaknya, Aiko yang terlihat cemberut. Akhirnya ayahnya menancapkan gas dan mereka segera pergi menuju bandara untuk keberangkatan mereka ke Indonesia. Damar terlihat sangat bersemangat sekali untuk melihat tempat lahirnya untuk waktu yang lama.

Selama perjalanan Aiko hanya diam dan tidak banyak bicara, di wajahnya terlihat bahwa dia sedang memikirkan banyak hal. Yah tentu saja, Aiko masih bingung memikirkan bagaimana cara mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia pergi secara mendadak tanpa sepatah katapun. Hal itu membuat Aiko resah dan jadi sedikit takut teman-temannya tidak mau berteman dengannya lagi.

Bahkan Aiko tidak berani untuk membuka ponselnya selama perjalanan menuju Indonesia. Selama di pesawat Aiko tertidur sambil menggenggam ponselnya yang masih menyala menunjukkan banyak pesan dari temannya. Waktu terus berlalu hingga akhirnya keluarga Haruka sampai di bandara Soekarno-Hatta.

"Aiko bangun sayang, kita sudah sampai." ucap ibunya Yuki sambil mencubit pipinya Aiko agar segera bangun.

Aiko terbangun dan segera melihat keluar jendela pesawat. Melihat tempat yang begitu asing baginya, Aiko telah memastikan bahwa dirinya sudah sampai di negeri asing. Setelahnya keluarga Haruka turun dari pesawat dan segera pergi mengambil barang bawaan mereka.

"Oh iya sayang, karena terlalu mendadak sekali. Malam ini kita akan tinggal di mana?" ucap Yuki yang sedang duduk di atas koper yang menjadi alasnya.

"Kita akan tinggal di rumahku sayang, tidak perlu khawatir." ucap Damar yang sedang sibuk mencari driver online di ponselnya.

Tentang mobil yang dipakai sebelumnya untuk menuju bandara saat di jepang. Mobil itu sudah terjual, sebelumnya jauh-jauh hari ayah sudah sepakat untuk menjual mobilnya. Waktu dan tempatnya sudah ditentukan, yaitu di bandara Haneda pada pagi hari pukul jam 9.

Aiko dan Yuki merasa sangat asing sekali dengan negara ini. Karena sebelumnya mereka belum pernah mampir atau pergi ke Indonesia, jadi ini adalah pertama kalinya mereka tiba di Indonesia. Melihat orang-orang yang begitu ramai, dan lalu lintas yang padat, benar-benar berbeda sekali dengan kehidupan mereka di jepang.

"Ehem ohayo, hanyonghaseo..." ucap driver mobil yang terlihat sangat gugup sekali untuk berbicara.

Damar tertawa terbahak-bahak sembari berkata, "Santai saja pak, kami bisa berbahasa Indonesia, dan saya kebetulan orang Indonesia." ucap ayah sambil menepuk-nepuk pundak driver tersebut.

"Oalah, syukurlah. Tadi saya gugup sekali karena sepertinya kalian dari luar negeri."

Setelahnya sepanjang perjalanan kami, ayah terus mengobrol dan bercerita bersama dengan driver itu. Sementara itu Aiko dan mamahnya Yuki hanya diam saja melihat obrolan mereka berdua yang terlihat sangat asik. Aiko dan Yuki tidak ikut mengobrol karena belum pernah berbicara langsung dengan orang Indonesia.

Meskipun mereka berdua bisa berbahasa Indonesia karena Yuki adalah istrinya, dan karena Aiko adalah anak ayahnya yang berasal dari Indonesia. Tapi melihat pembicaraan orang Indonesia asli, membuat mereka berdua sedikit kesulitan untuk memahaminya karena tempo berbicara yang cepat. Yuki ingin sekali bergabung ke dalam obrolan mereka, tapi ia mengurungkan niatnya.

Pada akhirnya setelah berjam-jam berlalu, perjalanan keluarga Haruka berhenti sampai mereka berdiri di depan rumah tua. Rumah itu terlihat sudah lama tidak dipakai dan jendelanya penuh dengan debu yang tebal. Rumput-rumput halamannya menjulang tinggi dan terlihat sama sekali tidak layak huni.

Aiko menggeleng-gelengkan kepalanya sembati berkata, "Papah, apakah papah yakin kita akan tinggal di sini?"

Wajah Damar terlihat biasa saja dan dengan yakin ia masuk duluan ke rumahnya. "Baiklah ayo kita masuk, kita hanya perlu melakukan sedikit perubahan."

Saat Damar mencoba membuka pintu rumahnya, tiba-tiba pintu rumahnya ambruk dan debu-debu berterbangan. Aiko dan Yuki yang melihat kejadian itu benar-benar terkejut dan terdiam tidak bisa berkata-kata. Dari wajah mereka terlihat sangat jelas sampai-sampai mulut mereka menganga lebar.

Kemudian Damar mengangkat pintu itu dan membuangnya di tempat sampah. "Kalian tidak perlu khawatir, pintunya memang jelek, kita akan membeli pintu baru nanti."

Ayahnya terlihat sangat optimis dan berpikir positif. Bahkan ia tidak ragu memasuki rumah yang seperti rumah hantu itu. Rumah itu sudah lama tidak ditinggali sejak Damar pergi ke jepang dan melamar Yuki hingga sampai Aiko lahir dan berusia 16 tahun. Artinya rumah ini sudah tidak dipakai lagi selama kurang lebih 17 tahun lamanya.

Tapi mau tak mau keluarga Haruka harus berpikir optimis dan positif seperti Damar. Pada akhirnya mereka mengenakan masker dan kaca mata anti debu untuk melindungi diri. Kemudian mereka bertiga segera bersih-bersih besar-besaran agar rumah ini menjadi rumah layak huni kembali.

Aiko terus mengomel sembari membersihkan debu-debu di rumah barunya. "Aiko kerjakan saja apa yang mamah dan papahmu suruh." ucap Yuki sambil menyapu lantai yang penuh dengan debu keluar.

Sementara itu di luar rumah sangat berisik sekali karena Damar sedang memotong rumput yang menjulang tinggi di halaman rumahnya. Semua anggota keluarga Haruka berperan dalam perannya masing-masing dan berusaha dengan keras untuk membersihkan rumah lama Damar. Mereka tidak akan beristirahat sebelum menyelesaikan semua ini.

Aiko terlihat sedang sibuk membersihkan debu-debu di meja dengan kemocengnya. Sampai akhirnya ia berhenti ketika melihat sebuah foto terpajang di meja yang sedang ia bersihkan. Fotonya penuh dengan debu, jadi Aiko membersihkan fotonya.

Aiko memegang foto itu dan menunjukkannya kepada ibunya. "Mamah, apakah ini foto papah saat masih kecil?"

Yuki langsung merebut foto yang dipegang Aiko dan menatapnya dengan tajam. "Kyaaa! papahmu imut sekali saat masih kecil."

Yuki terlihat senang sambil terus menatap foto itu berlama-lama. Foto itu menunjukkan gambar ayahnya bersama dengan anak-anak lain dan beberapa pengasuh. Damar merupakan seorang yatim piatu sejak lahir, orang tuanya sudah lama meninggal ketika Damar masih berusia 1,5 tahun karena suatu tragedi.

Berjam-jam sudah berlalu dan hari sebentar lagi akan gelap karena matahari akan segera terbenam. Warna jingga yang dipancarkan oleh matahari terasa sangat hangat dan menenangkan. Siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir bahwa dirinya sedang berada di dunia fantasi, itulah yang dipikirkan oleh Aiko saat sedang santai menikmati senja.

Saat Aiko sedang bersantai, tiba-tiba ayahnya datang dan memberikan teh hijau yang dibawa dari jepang. "Maafkan papah ya nak."

Mendengar ucapan ayahnya yang tiba-tiba meminta maaf membuat Aiko terkejut. Aiko membalas perkataan ayahnya, "Tidak apa-apa papah, aku akan segera terbiasa tinggal di sini kedepannya." ucap Aiko sambil menyeruput teh hijau yang panas itu.

"Dahulu papah juga meninggalkan panti asuhan tanpa satu katapun." ucap ayahnya yang membuat Aiko mengerti kenapa ayahnya tiba-tiba meminta maaf.

Ternyata permintaan maaf itu bukan karena harus tinggal di Indonesia. Akan tetapi permintaan ayahnya adalah karena sangat paham dengan anaknya, Aiko yang belum sempat mengabarkan bahwa dirinya akan pergi kepada teman-temannya. Hati dan pikiran Aiko mulai tercerahkan setelah mendengar perkataan ayahnya yang bijak.

kemudian tiba-tiba sebuah mobil barang datang membawa dua kasur besar yang baru. Satu kasur untuk double bed untuk sepasang pasutri, dan satu lagi single bed yang pastinya untuk Aiko. Ayahnya segera beranjak untuk membantu memindahkan kasur barunya.

Sebelum itu ayah mengatakan sesuatu pada Aiko, "Lebih baik kau segera membalas pesan teman-temanmu."

Perkataan ayahnya terlihat sangat mendalam dan terasa seperti ingin menyampaikan sesuatu melalui kata-kata yang tersirat. Aiko menuruti perkataan ayah karena Aiko memang harus membalas semua pesan teman-temannya daripada Aiko diam saja berpura-pura tidak membaca pesan mereka. Satu-persatu Aiko membalas pesan dari teman-temannya yang menanyakan keberadaan Aiko.

Malam hari sudah tiba dan Aiko sudah siap untuk tidur dan berbaring di kasur barunya yang super empuk. Bantal-bantal dan beberapa properti yang ada di kamarnya juga banyak yang baru karena pesanan barang terus berdatangan satu persatu. Pikiran Aiko juga lebih tenang setelah membalas pesan teman-temannya yang dari jepang.

Aiko merasa sangat senang dan tenang sampai akhirnya ia mengetahui fakta bahwa besok harus bersekolah. Padahal jika Aiko sekolah di jepang, masih ada waktu beberapa Minggu sampai akhirnya mulai kembali bersekolah. Aiko merasa sangat gugup bukan karena menantikannya, karena ia harus berkomunikasi dengan orang asing baginya nanti.

Terpopuler

Comments

范妮·廉姆

范妮·廉姆

Hai ka
gabung yu di GC Bcm
kita d sn akan belajar brg mengenai teknik nulis. sama Kaka mentor senior
JD ckup follow me
maka Kaka akan dpt undangan thx.

2024-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!