"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Kaiden Calvin Maverick, sering dipanggil dengan nama Kaiden. Ditahun ini umurnya menginjak 23 tahun. Siapapun tidak akan bisa menolak pesonanya, putra kedua dari pasangan Elias dan Estiana, Kaiden lebih dominan mewarisi ketampanan papanya. Sikapnya berbanding terbalik dengan Vandra, Kaiden sendiri memiliki sikap yang ramah, suka berbicara, suka mendengar dan memberi tanggapan, sikapnya ini yang selalu bisa mencairkan suasana. Tapi maupun begitu Kaiden, tidak termasuk golongan pria yang friendly, satu hal yang tidak pernah mau ia lakukan adalah bersahabat dengan wanita, baginya tidak ada persahabatan yang abadi tanpa adanya perasaan.
Nesha pacar Kaiden, tipikal cewek yang sangat posesif, keras kepala, dan mau selalu jadi yang utama didalam hidup Kaiden. Nesha tidak pernah barang sedikitpun berjauhan dengan Kaiden. Bahkan Kaiden sendiri sampai tak bisa untuk sekedar berkumpul dengan teman-temannya.
Sedari kecil, ia kurang akrab dengan kakak lelakinya, Vandra.
Fisik Vandra yang sedari kecil memang lemah, membuat kedua orang tuanya selalu memberikan perhatian lebih pada anak pertamanya.
Kaiden kecil yang merasa selalu terasingkan dan tak dipedulikan, merasa cemburu dan iri pada Vandra padahal ialah yang berstatus adik.
Kaiden akhirnya memutuskan untuk ikut dan tinggal dirumah kakeknya, mantan suami Atma di Semarang.
"Zea?"
Kaiden yang baru bangun tidur menajamkan penglihatan, "Zea-nya Kaiden?" matanya berbinar, ia melihat dengan jelas pesona gadis kecintaan nya semasa SMA itu sedang menyapu halaman, Kaiden menatap dengan bibir yang mengulas senyum. Ia menyangga dagunya dengan sikut yang bertumpu pada kaca pembatas balkon.
Kaiden mengepalkan tangan, saat melihat ada Vincent, lelaki gila yang selalu mengganggu penghuni kompleks.
Bibirnya mengulas senyum, Zea tambah cantik, wajahnya sekarang lebih dewasa dari Zea siswi SMA. Kaiden memejam dalam, ingatan nya tetang Zea yang selalu membawakan nasi goreng setiap hari untuknya, Zea selalu membantu Kaiden mengerjakan tugas sekolah. Mereka terbilang pasangan yang banyak disukai dan didukung oleh teman-teman sekolahnya.
Sampai akhir dimana, terbongkarnya rahasia yang membuat hubungan keduanya renggang dan masing-masing diantaranya berpisah. Setelah perpisahan itu, Kaiden pindah dari Semarang ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.
Tapi? Zea tambah kurus, ia terlihat lebih kurus dari Zea yang dulu.
"Dia namanya mbak Zea, pembantu baru dirumah ini."
Kaiden menoleh cepat kebelakang, ternyata Vara duduk di kursi balkon sambil membawa tab. Kaiden bernafas lega karena adik nya tidak memergoki dia saat menatap lama Zea dari atas sini.
Kaiden mengambil duduk disamping Vara, "Kapan pem- pembantu baru itu datang." tanya Kaiden, lidah nya terasa kelu saat memanggil dengan sebutan pembantu.
Vara mengangkat wajah, menatap Kaiden yang juga lagi nunggu jawaban, "Tadi malam, bareng Oma." jelas Vara yang membuat alis Kaiden mengerut
"Kok bisa, Oma dateng bareng dia?" tanya Kaiden ingin tahu
Vara mengambil nafas dalam, ia menceritakan semua yang Oma Atma katakan. Dari mulai bertemu, hingga kantung belanjaan yang koyak, ikat rambut, dan tas yang tertinggal dalam mobil, Vara paparkan semuanya tak terkecuali.
Kaiden hanya menganggukkan kepalanya berulang kali pelan. "Jadi tadi pagi yang bukain pintu itu dia?" tanya Kaiden
Vara mengangguk yakin, "Tadi malam aku maraton nonton drakor sampai jam 3 pagi, jadi jam segitu waktu kakak telpon, aku masih ngantuk banget. Terus aku lihat mbak Zea udah bangun dan udah ngepel, yaudah aku minta tolong ke dia aja."
Wajah Kaiden memucat, 'mana sempet gue peluk sama cium lagi' batinnya. Ia menepuk jidatnya reflek karena malu.