Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman
Ashkar mengambil posisi duduk bersila, menarik nafas dalam-dalam, sejenak menahan dan dihembuskan perlahan. Berulang kali, mengulangi dan melakukan sekali lagi.
Mengosongkan pikiran, melepas segala emosi dan hawa nafsu, seketika itu Ashkar memasuki kondisi ketenangan batin di dalam konsentrasi penuh.
Alam bawah sadar...
Ashkar menggambarkan dirinya berada di sebuah ruang putih kosong, duduk sendirian tanpa terdengar suara lain di telinga. Sesaat kemudian, kabut putih abu-abu muncul, menyelimuti kulit dengan perlahan hingga menyatu sepenuhnya ke setiap bagian tubuh.
Tiba-tiba saja, suara asing menggema di alam bawah sadar.
'Ash... Ash... hei mau sampai kapan kau tidur...'
Mendengar suara Ron yang memanggil namanya, Ashkar pun membuka mata, dia bisa melihat tatapan aneh dari Ron begitu serius dengan wajah pucat.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan ?." Tanya Ashkar karena ekspresi Ron jelas begitu tidak biasa.
Tapi setelah itu, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, ketegangan yang muncul di wajah Ron kini berubah.
"Tidak bukan apa-apa." Jawab Ron dengan senyum aneh.
"Begitu kah ?."
"Baiklah, sekarang sudah waktunya kita kembali bekerja." Ucap Ron sedikit terburu-buru.
Padahal biasanya, dia meluangkan lebih banyak waktu untuk beristirahat dan kembali ke tempat kerja disaat hampir terlambat.
Ashkar hanya berpikir, kalau perubahan ini dikarenakan kata-kata motivasi dari mandor Sao sebelumnya.
"Aku mengerti..." Ashkar segera bangkit dan berjalan pergi bersama Ron.
Tapi Ashkar tidak menyadari, kalau ada yang tidak biasa dengan sebuah tatapan mata dari tempat pelatihan, sosok itu mengarahkan pandangan mengikuti kemana Ashkar pergi.
Instruktur di depan barisan membungkuk lemas, seakan dia begitu lelah dan tidak mampu berdiri tegak, sedangkan iblis lain sudah gemetar dan beberapa diantaranya jatuh pingsan.
Hanya ada satu sosok masih berdiri tegak diantara iblis lain yang tergeletak di tanah.
Tidak lama berselang, dari jauh, salah satu iblis dengan berlari cepat menuju tempat pelatihan.
Dia adalah Ozu Nan dan datang ke tempat Rea berada.... "Nona Rea, apa anda baik-baik saja ?."
"Aku tidak apa-apa, Ozu..." Jawab Rea memutar pandangannya.
Ozu Nan datang bukan tanpa alasan, dia masih menunjukkan keringat dingin yang tidak biasa .... "Aku merasakan tekanan besar dari aura tempur yang begitu kuat, sebenarnya apa ini ?, Mungkinkah ada iblis lain berniat mencari masalah ?."
"Entahlah. Tapi aura tempur itu membuatku gemetar." Jawab Rea tidak bisa menyembunyikan tangan yang masih merinding.
"Saat aku merasakannya, aku secepat mungkin datang kemari, aku khawatir jika ada iblis yang berniat mencelakakan anda." Ucap Ozu begitu sopan.
"Aku tidak merasakan niat buruk dari aura tempur barusan." Jawab Rea meski pun tidak mengetahui alasannya.
"Sebaiknya anda tetap waspada nona Rea."
"Aku mengerti, jadi jangan khawatir."
Semua iblis yang hadir dalam pelatihan ilmu beladiri tidak berdaya setelah kemunculan aura tempur tersebut, instruktur beladiri dengan kekuatan aura tempur tingkat lanjut pun seakan dipecundangi tanpa celah.
Rea menjadi satu-satunya iblis yang segera mencari asal dari aura tempur itu, dan menemukan satu sosok iblis di pinggir lapangan sedang berjalan pergi entah kemana.
Semua iblis di evakuasi ke tempat lain untuk mendapat perawatan dan istirahat, pelatihan pun berakhir karena kondisi instruktur masih merasakan tekanan mental.
Rea yang selama ini tidak banyak melakukan interaksi sosial dengan iblis lain, tampak berdiam diri untuk duduk di bawah pohon.
Ada banyak alasan mengapa Rea lebih memilih sendirian, meski banyak iblis jantan yang sesekali mencari perhatian kepadanya.
Pertama adalah dia secara sengaja membatasi diri untuk tidak mudah percaya kepada iblis lain untuk sekedar mencari hubungan pertemanan.
Kedua adalah dia berada dalam kondisi khusus, sehingga mengharuskannya tetap berhati-hati terhadap iblis yang mungkin memiliki niat buruk.
Dan alasan ketiga adalah sejak awal dia tidak tahu cara berinteraksi terhadap iblis lain yang dianggap sebagai teman.
"Apa yang sebenarnya terjadi ? Apa mereka terlalu lelah dengan pelatihan di siang hari ini." Tanya salah satu iblis betina, dimana secara tiba-tiba mendekati Rea.
Rea tampak sopan memberi salam dengan anggukan kepala yang lemah lembut..."Senior Reu, bukan seperti itu, tiba-tiba saja ada salah satu iblis mengeluarkan aura tempur berskala besar, hingga membuat kami terkena serangan mental."
"Tapi ini luar biasa, bagaimana mungkin instruktur yang sudah menguasai aura tempur tingkat menengah sampai tergeletak, sedangkan kau masih sehat disini ?."
"Aku pun tidak bisa memahaminya, mungkin sekedar keberuntungan." Tawa Rea dengan terpaksa.
Bagi Rea itu hanya sekedar alasan untuk tetap berada di low profil demi menjaga kerahasiaannya kepada Reu.
"Kau tidak bisa mengandalkan keberuntungan setiap hari, tapi aku pikir kau memiliki kekuatan mental yang kuat." Balas Reu dengan tersenyum.
"Aku tidak yakin."
Reu dan Rea berada di dalam kelompok pemburu di wilayah Utara, sehingga cukup banyak waktu antara mereka berdua saling berbicara.
"Jadi kenapa senior ada disini."
"Bukan sesuatu yang khusus, aku hanya mendengar jika terjadi sesuatu di area latihan, dan kau pun ada disini, jadi... Aku sedikit khawatir kepadamu." Jawab Reu.
"Terimakasih senior." Rea menunjukkan sikap hormat meski keduanya memiliki usia yang sama.
Hanya saja, Reu tidak nyaman atas rasa hormat yang Rea tunjukkan...."Aku bertanya-tanya, sampai kapan kau bersikap kaku untuk memanggilku sebagai senior atau semacamnya, bukankah kita seumuran."
Rea bingung dengan perkataan Reu, sedangkan dirinya hanya bersikap sopan sebagai bentuk penghormatan kepada iblis yang lebih senior.
"Tapi.... "
"Baiklah, itu bukan masalah besar, aku hanya ingin kau sedikit lebih santai untuk berbicara denganku selayaknya teman." Reu tidak memaksa.
Teman, apa yang Rea anggap tentang ikatan pertemanan terlalu rumit, hidupnya Rea selalu berada dalam pengawasan keluarga, iblis-iblis di sekitarnya diharuskan membungkuk hormat karena perbedaan status sosial.
Dengan adanya kesenjangan sosial antara Rea dan sekitar, hampir tidak ada satu iblis pun berani menunjukkan sikap santai untuk sekedar mengenal satu sama lain.
Namun Reu secara terang-terangan menyatakan bahwa dia adalah teman, hanya karena berada di tempat yang sama dan lebih banyak waktu untuk saling berbicara.
"Senior Reu, apa anda menganggap ku sebagai teman ?." Tanya Rea.
"Itu pertanyaan bodoh, kita berada di tempat yang sama, merasakan situasi yang sama pula, kita pun memiliki tugas yang sama... Jika kita berdua tidak saling mengenal sebagai teman, apa mungkin kita mau berbagi masalah untuk dihadapi ?." Perjelas Reu atas pertanyaan Rea.
Rea memahami penjelasan tersebut, dimana tanpa adanya ikatan pertemanan antara mereka berdua, tentu pekerjaan sebagai iblis pemburu di kelompok Utara tidak mungkin dilaksanakan dengan baik.
"Walau pun pada akhirnya, pertemanan antara kita berdua dan iblis lain dalam kelompok Utara lain, hanya sebatas pekerjaan dan mengurangi resiko kegagalan, menurutku itu cukup bisa dipahami." Tambah Reu yang tersenyum saat bercakap ria.
"Aku akan coba bersikap santai mulai sekarang."
"Itu bagus, aku pun tidak terlalu suka dengan panggilan senior darimu." Balas Reu.
Dari pandangan mata Rea, dia tahu setiap perkataan Reu adalah jujur. Tidak ada niat untuk mencari keuntungan atau sekedar memanfaatkan dirinya.
Sedangkan Rea sudah banyak melihat setiap iblis hadir di sekitarnya datang dengan alasan lain, seperti para pejantan hanya memikirkan selang*kanan dan iblis betina penuh rasa iri karena tersaingi.
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...