pada zaman dahulu kala, di semenanjung barat. terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan kamra, kerajaan itu di pimpin oleh bala kamra dan istrinya bernama Dwi kamra.
suatu hari, Dwi kamra melahirkan seorang anak bernama Ruy kamra, ia memiliki 3 kepribadian yang berbeda. sehingga, Ruy kamra di anggap ancaman oleh pamanya yang bernama Aden kamra. ia di buang oleh pamanya, yang di bantu istrinya ayu kamra. ia meminta bantuan penyihir kerajaan. mereka bekerja sama, untuk membuang Ruy kamra yang masih kecil itu, di sebuah hutan rimbun yang jauh dari kerajaan.
bagaimana kelanjutanya ?
apakah ruy kamra berhasil kembali ke kerajaan ?
simak novelnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Bahagia Warga Desa Bayangan
tora melawan ular raksasa.
pertarungan sengit antara ular raksasa dan Tora, ular raksasa itu mengeluarkan ular-ular kecil dari dalam mulutnya. Jumlah nya ratusan. Tora melompat, mencakar ular-ular kecil itu. ia bertarung merangkak bagaikan seekor buaya.
"sin aku kelelahan." teriak Tora.
"di belakang sana ada sebuah rawa." ucap pria misterius itu ketakutan.
sin bergegas keluar dari lingkaran api itu, ia merubah wujudnya seperti semula.
Tora kelelahan. ia tak dapat bertarung lagi, ular raksasa itu melompat dan melilit tubuh tora dengan kuat. "celaka ! aku tak dapat bernafas." gumam Tora menahan sakit.
Ular itu melilit tubuh tora dengan kuat, sin dengan cepat menarik buntut ular raksasa yang melilit tora. "bersiaplah Tora !" teriak sin.
Dengan sekuat tenaga. sin memutar-mutar ular raksasa itu, ia melemparkan Tora dan ular raksasa itu ke rawa-rawa. yang ada di belakang desa bayangan. "Haa..!" teriak sin.
"Berat sekali." ucap sin.
"jangan khawatirkan aku, Aku segera kembali." teriak Tora.
Tora terlempar jauh di udara, ia melihat rawa-rawa itu semakin dekat. Namun sayang nya, sebuah pohon besar menghalangi nya ia terhempas dan terjatuh ke tanah. hanya butuh 1 langkah lagi agar ia masuk ke dalam air rawa itu.
" sial !" teriak Tora.
Tora tak sanggup lagi, badanya terasa remuk akibat lilitan ular raksasa itu. "aku tak bisa bernafas." ucap Tora.
Matanya hampir memutih, Tora tak sadarkan diri. Ia melihat sesosok kakek-kakek di dalam dirinya. "Tora.. Bangun kamu pasti bisa." ucap kakek itu.
Sin tak tega, ia harus memilih antara membantu tuanya atau Tora. Tiba-tiba, Yon berbicara kepadanya. "sin, bantu Tora. Urusan Ruy kamra biar aku membantu." ucap Yon.
Sin bergegas pergi, ia terbang melayang bagaikan angin, ia menuju Tora. sin mencari-cari keberadaan Tora, matanya tertuju kepada pohon besar yang hampir roboh.
"di sana." ucap sin.
Tora tersadarkan, sedikit demi sedikit menggapai air itu.
Sin dari kejauhan melihat Tora yang sedang berusaha masuk ke dalam air rawa-rawa.
Tiba-tiba, tangan Tora berhasil menyentuh air rawa itu, ia menepuk air itu. Seketika, buaya yang besar dengan ukuran tak masuk akal mengigit tangan Tora dan menyeretnya masuk kedalam air.
"Tora..." teriak sin cemas.
Tora tenggelam bersama ular raksasa itu. Tiba-tiba ledakan terjadi, ratusan buaya bermunculan bagaikan ikan kelaparan di lautan. Buaya-buaya itu mencabik-cabik ular raksasa itu tanpa ampun.
"apa yang terjadi ?" gumam sin.
Air rawa itu mengeluarkan darah segar, dan merubah warnanya. saat berakhir, Tora di antarkan oleh buaya-buaya itu ke daratan, ia tak sadarkan diri dan pingsan.
"tuan, jagalah Tora kami mengandalkan mu." ucap buaya itu kepada sin.
Sin melihat Tora yang tak sadarkan diri, ia lalu membawa sin pergi ke desa bayangan.
"Tora. terima kasih kau telah berjuang." ucap sin tersenyum.
di saat yang bersamaan Ruy kamra sedang di kejar warga desa. Tiba-tiba, sesosok perempuan melompat dan mendarat di hadapannya ia adalah Dewi sanca. "mau ke mana kau bocah ?" ucap Dwi sanca.
tanpa aba-aba, Dwi sanca mengeluarkan tombak nya, ia dengan cepat menyerang Ruy kamra, Ruy kamra mengeluarkan telapak apinya. Ia melihat sesosok anak kecil di belakang Dwi sanca. Sontak, Ruy kamra mengurungkan niatnya, ia hanya menghindar dan memukul.
Ruy kamra mencari cara. bagaimana ia bisa leluasa, agar ia bisa bertarung dengan Dewi sanca, Ruy kamra mencoba mengecoh Dewi sanca.
"hey lihat ada laki-laki tampan." ucap Ruy kamra menunjuk ke belakang Dewi sanca.
Dewi sanca dengan penasaran, melihat ke belakang. Ternyata, seorang kakek-kakek yang memegang alat musik gendang.
"dasar kurang ajar !" ucap Dwi sanca kesal.
Sontak Ruy kamra berlari cepat. ia melompat dari rumah ke rumah dan keluar di desa. Dwi sanca dengan cepat menyusul nya, mereka berduel di tanah yang luas yang agak jauh dari pemukiman.
Dwi sanca mengeluarkan tombaknya, ia menyerang dengan cepat. Ruy kamra dengan gesit mengelak seranganya, Dwi sanca mengeluarkan ribuan ular-ular kecil yang akan menggerogoti Ruy kamra. Ruy kamra melompat ke udara, ia menciptakan bola api besar untuk menghabisi ular-ular itu.
"bom.." suara ledakan itu meluluh lantakan ular-ular, mereka hangus terbakar.
"sekarang apakah kau bisa mengalahkan ku ?" ucap Dwi sanca mengeluarkan jurus rahasianya. Ia menebarkan gas beracun dari dalam mulutnya.
Sontak pandangan Ruy kamra terbatas, badanya merasa kaku. akibat gas asap beracun itu, Ruy kamra menutup hidungnya.
"bau ini tak sedap." ucap Ruy kamran.
"haha..semakin banyak kau menghirup gas beracun ini, kau tak akan bisa bergerak. " ucap Dewi sanca tertawa.
Ruy kamra melompat ke udara untuk menghindari gas beracun tersebut. namun, kakinya tak bisa bergerak karena ia telah menghirup sebagian gas itu.
Ia menahan nafas dan menyerang Dewi sanca, dengan pukulan api beruntun. Dewi sanca dengan mudah mengelak serangan nya.
"haha.. aku dengan leluasa dapat mengelak semua serangan mu.
"Ruy, mukamu sudah membiru menahan nafas. apa aku boleh membantu ?" ucap Yon.
"baiklah." gumam Ruy kamra.
Ruy kamra tak sadarkan diri, energinya meningkat berkali-kali lipat. Ruy kamra menciptakan cambukan api dari tangganya dan siap menghantam Dewi sanca.
Dewi sanca merayap menghindari serangan nya, "tidak cukup." ucap Yon.
Yon mengambil alih tubuh Ruy kamra. Dewi kamra seketika terkejut, melihat perubahan Ruy kamra. "kau siluman raja kera ?" ucap Dewi sanca tertegun.
Dewi sanca membuat 10 bayangan. Ia memutari Ruy kamra. "hah. yang mana yang asli ?" ucap Yon bingung.
"bertahan lah nak !" ucap Yon kepada Ruy kamra.
pertempuran itu sengit, sin melihat dari kejauhan ia pun kebingungan. "apakah itu ruy kamra ? Aku tak bisa melihatnya."
"ah sial." ucap Yon yang tak bisa menggerakkan kaki Ruy kamra.
Yon memejamkan matanya, ia melihat dengan mata batin. ia memilih, 10 bayangan itu, seketika Yon mengetahui tubuh asli Dewi sanca.
"kena kau." ucap Yon.
Yon membuka matanya, ia meniupkan tembakan panah angin kepada Dewi sanca. Dengan cepat, Dewi sanca menepis serangan itu, ia menahan serangan Yon dengan memutar-mutar tombaknya.
"jika aku telat, aku akan terluka." gumam Dewi kamra.
Tiba-tiba. sin maju dengan percaya dirinya, ia diam-diam memukul kepala Dewi sanca menggunakan panci. Seketika, kepala Dewi sanca benjol dan pingsan.
Yon tercengang melihat sin, ia memukulkan panci itu tepat di kepala Dewi sanca.
"dasar gila." teriak Yon tercengang.
Yon dan sin berjalan menuju Dewi sanca, mereka melihat keadaan Dewi sanca yang pingsan dan menjulurkan lidah, akibat pukulan panci itu mengenai kepalanya.
"sepertinya sudah cukup." ucap Yon.
sin melihat panci itu pengot tak beraturan. "ya, sudah berakhir."
"hey. dari mana kau mendapatkan benda itu ?" ucap Yon penasaran.
"hehe. aku mengambilnya dari pedagang pasar desa itu, tuan." ucap sin tertawa kecil.
Dewi kamra kalah telak, akibat pukulan keras yang menghantam kepalanya.
Ketika, Dewi sanca sudah di kalahkan semua penduduk desa bayangan berubah, wajahnya ceria mereka hidup bahagia. Mereka merasa seperti di kendalikan Dewi sanca.
"Terima kasih kalian telah membantu kami, jika tak ada kalian. kami akan terus menerus di perbudak Dewi sanca." ucap penduduk desa.
Para pria misterius itu ternyata adalah bawahan Dewi sanca dan mereka juga di tangkap, mereka akan di adili atas perbuatanya.
sin mengikat Dewi sanca." kami akan membawa Dewi sanca ke kerajaan untuk di adili." ucap sin.