"Manusia tidak dapat dikalahkan selama ia masih percaya kepada dirinya sendiri"
Arya masih benar-benar tak percaya jika ia harus terseret ke dalam dunia berandal. Ia hanya ingin menjalankan kehidupannya dengan tenang dan damai di kota barunya.
Suatu hari ia mendapat masalah dengan salah satu pentolan Geng "Mandala" yang terkenal di sekolahnya. Namun karena bantuan dari seseorang, ia berhasil mengatasi pentolan Mandala yang mengakibatkan ia malah menjadi buronan kelompok-kelompok yang lebih besar. Lagi-lagi orang tersebut membantunya mengatasi gangster tersebut, merasa berhutang budi, ia akhirnya mengemban misi balas budi pada pemuda yang menolongnya membereskan permasalahan berandal di kota dan mengasah ilmu bela dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryuu Ajaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 : Pentolan Sekolah II
Tepat tengah hari udara semakin terasa panas. Semangat para siswa terlihat semakin menurun dalam mengikuti pelajaran. Sama halnya dengan yang dialami oleh Damian
Suasana pembelajaran membuat Damian sangat suntuk, rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari kelas ini.
"Ahh kapan pulangnya sih, pusing mikirin rumus" Gerutu Damian.
"Lah, ini kan mapel sejarah" Sahut Ryan keheranan.
"Iya ya, tapi tetep aja pusing ah. Kita keluar yuk, nyari angin hehe" Ajak Damian.
Ryan hanya terdiam sesaat, lalu menggeleng tanda penolakan. Damian hanya mendengus kesal, ia tak bisa membayangkan harus mengikuti 2 jam pelajaran.
"Bisa-bisa aku mati karena pelajaran ini, ah sial" Umpat Ian dalam hati.
"Ian" Panggil seseorang dari samping tempat duduknya.
Damian menoleh mendengar namanya disebut. nampak seorang pelajar berperawakan tinggi besar, dengan rambut hitam menutupi mata kirinya.
"Kau bilang ingin keluar kan?? Ayo ku temani" Pelajar tersebut menawarkan diri.
"Eh beneran?? Nahh gini dong, gas kuyy" sahut Damian dengan mata berbinar-binar.
"Tunggu.." Sela Ryan. "Aku ikut" Imbuhnya.
"Tch tadi diajakin ogah, kalo bertiga gini bagaimana izinnya??" Ucap Damian Ketus.
"Ini sudah jam terakhir menjelang pulang. Bilang saja kita bertiga ingin membuang sampah yang ada di tempat sampah ke TPA" Cetus Ryan.
"Benar yang dikatakan Ryan, lagipula hari ini jadwal piket kita" timpal sang pengajak.
Damian tampak setuju, benar saja guru tersebut mengizinkan mereka bertiga keluar dari kelas usai memakai alasan tersebut. Damian akhirnya dapat bernapas lega bisa menghindari pelajaran hari itu.
...****************...
Keadaan semakin runyam di area taman, Michael dengan emosi yang meluap menerjang ke arah Arya.
Bugg!!!...
Sebuah kepalan tangan mengarah tepat di wajah Arya, beruntung refleknya pas sehingga tangannya bisa menangkis serangan dari lawannya.
Arya membalas tinju dari lawannya, melakukan gerakan Swing ke bagian ulu hati Michael. Namun Michael dengan gesit menangkal serangan dari Arya.
Kedua pemuda tersebut saling menahan tinju, tangannya saling mencengkram. Dengan energi yang lebih besar, Michael berkali-kali mendorong badan Arya ke arah belakang.
"Gue bakal kasih lo pelajaran, bocah tengik!!" Gertak Michael.
"Jangan mimpi!!" Seru seseorang yang tak lain adalah Adit.
Adit terjun ke dalam pertarungan dengan melepaskan T terbang ke arah kepala Michael. Ia terhuyung mundur menerima serangan dari Adit, sembari memijat keningnya yang semakin sakit.
"Sialan!!" Umpatnya.
Arya memposisikan diri memunggungi Kirana, jika sewaktu-waktu muncul niat biadab dari Michael, dia bisa mencegahnya.
Michael mencoba mengumpulkan tenaganya, dan dengan satu kali serangan ia berhasil memukul mundur Adit hingga terjerembab.
"Akhh!!!" Pekik Adit.
"Aditt!!" Arya segera membantu kawannya untuk berdiri.
Rintihan dari Adit tentu menarik perhatian dari para anggota Libas yang sedari tadi menunggu bos mereka yang tengah tebar pesona.
Mereka berhamburan menuju ke arah taman. Disana tampak Kirana dan Maudy berdiri dengan wajah gelisah, ada juga anak yang sedang dicari-cari oleh mereka tengah membantu kawannya yang dalam posisi terjatuh.
Senyuman merekah di bibir Michael. Bala bantuan yang ia harapkan akhirnya datang, dengan jumawa ia perintahkan anak buahnya untuk menghajar Arya dan Adit.
"Kalian semua!! Habisi mereka!!" Perintah Michael.
Sekitar 20 an orang, menyerbu 2 orang yang kini sudah hampir kehabisan tenaga. Pikiran Kirana benar-benar kalut. Ia sangat mengkhawatirkan adiknya yang sedang diujung tanduk.
Bagg!! Bugg!!
Tubuh Arya dan Adit dijadikan samsak hidup oleh manusia-manusia biadab tersebut. Arya dan Adit berusaha melawan, namun apa daya kekuatannya memang sudah terkuras habis.
"Cukup Michael!! Jangan kau bawa-bawa adikku dalam permasalahan ini!!" Kirana tampak histeris melihat adiknya diperlakukan seperti binatang.
Maudy tampak menenangkan Kirana yang sudah dikuasai kesedihan. Namun Kirana tampak tak menggubris, ia masih merengek kepada Michael dan terus memohon agar adiknya dilepaskan.
"Kumohon Mich... akan kulakukan apapun, tapi tolong jangan kau sakiti adikku seperti ini" Pinta Kirana.
Senyuman jahat tersungging di bibir Michael, memang ini yang ia harapkan. Gadis yang ia incar selama ini, memohon belas kasihan kepadanya.
"Jadi kau mau adikmu selamat?? Berikan tubuhmu padaku. Kau setuju?? sayangg??" Tukas Michael dengan senyum cabulnya.
"Jangan kak!! Jangan turuti permintaan kera biadab itu!!" Seru Arya sembari meringis kesakitan.
"Kami sudah babak belur olehnya, jika kau menurutinya.Luka yang kami alami akan sia-sia" Adit menimpali.
Kirana tertegun, hatinya benar-benar sudah tak tahan. Ia ingin menyelamatkan adiknya dan teman-temannya walaupun ia yang harus jadi korban.
"Baik!! Baiklah aku setuju, tapi lepaskan adikku!!" Kirana menyeka tetes air matanya.
Michael memberi isyarat untuk menghentikan tonjok menonjok. Ia perlahan berjalan mendekati Kirana, senyum jahat terukir di sudut bibirnya.
"Tidak kak, Jangan!!" Kini gantian Arya yang histeris.
Adit dan Maudy juga terlihat khawatir dengan apa yang akan dilakukan Michael pada Kirana.
Kirana hanya terdiam, perlahan ia menutup matanya. Ia kuatkan pendiriannya, walaupun sebenarnya hati kecilnya melolong meminta pertolongan.
Arya berusaha meronta-ronta, namun pitingan dari anak buah Michael malah semakin mengencang. Sementara Michael semakin mendekat kearah Kirana, berusaha meraih wajah mulusnya dengan penuh nafsu.
"Kumohon!! Seseorang tolong aku" Pekik Kirana dalam hati.
Wushhh!!..
Terlihat sebuah bayangan hitam menyelinap diantara para anggota Libas, dan dengan cepat ia melepaskan sebuah Swing ke ulu hati Michael.
"Akhh.. Uhukk Uhukk!!" Michael terbatuk-batuk menerima pukulan dari pemuda misterius tersebut.
Bugg!!..Klak!!...
Sebuah tendangan dari arah samping berlabuh tepat di paha kiri Michael, suara "Klak" menggema, menimbulkan rasa ngilu bagi siapapun yang melihatnya.
"Akhh!! kakiku, si... siapa kau!!" Michael mengerang.
Michael jatuh terjerembab, dengan linglung ia menganalisis siapa yang berani berbuat demikian kepadanya. Ia mencoba bangkit berdiri, namun sayang sebuah kaki kembali mendarat di tumitnya. Michael kehilangan keseimbangan dan rebah ke tanah.
Pemuda tersebut menarik kerah baju Michael yang masih meronta-ronta.
"Kau memang tak berubah. Masih merepotkan, sama seperti dulu" Pemuda tersebut kembali meninju dagu Michael sehingga ia terpelanting cukup jauh.
semua yang menyaksikannya hanya bisa diam terpaku melihat aksi brutal tersebut. Michael mencoba menyipitkan matanya, rasa pening dan pandangannya yang kabur semakin sirna. Samar-samar mulai nampak jelas di pelupuk matanya siapa pemuda yang menghajarnya habis-habisan.
"Ka... Kauu!!" Wajah Michael tampak dipenuhi rasa takut. badannya gemetaran, seakan sedang berhadapan dengan malaikat maut.
Ia menyeret tubuhnya menjauh, karena kedua kakinya terluka parah. Namun tetap saja pemuda tersebut semakin mendekati Michael.
"Heii kau ketakutan?? dimana letak keberanianmu tadi Hahh!!" Hardiknya.
"Michael Eirlangga... Ku pikir Bogem mentah yang dulu ku hadiahkan padamu sudah cukup untuk menyadarkanmu... Namun tampaknya ulahmu tampak semakin menjadi jadi, apakah kau rindu pukulanku?? Hmm??" Wajah pemuda tersebut kini hanya berjarak beberapa centi dari wajah Michael.
Michael seakan membeku, ia tak terpikirkan untuk melawan. Hingga tendangan dari lawannya kembali membuatnya jatuh ke tanah.
Pemuda tadi duduk di atas dada Michael, dan dengan brutal ia terus memukul wajah Michael, terus menerus tanpa jeda hingga darah benar-benar memenuhi wajahnya.
Arya dan Adit bergidik ngeri, namun mereka bersyukur ada seseorang yang membantu mereka. Pemuda tersebut berbalik, dengan tatapan dinginnya ia mengabsen satu persatu wajah para anggota Libas.
"Ketua kalian sudah K.O nih, kalian tidak mau membantu??" Tantang pemuda tersebut dengan tatapan dingin.
Seluruh anggota Libas bergidik ngeri melihat pemandangan kali ini. Pemimpin yang kekuatannya mereka elu-elukan, kali ini dalam keadaan terkapar tak berdaya, dipecundangi oleh pria misterius tersebut.
Rasa takut dan cemas menghinggapi diri mereka. Tak bisa membayangkan jika apa yang terjadi pada boss mereka akan menimpa mereka juga. Timbul niatan untuk melarikan diri dari area pergulatan, namun gelagat mereka sepertinya sudah terbaca oleh salah satu kawan Michael, Billie.
"Si... Sialan, Heii kalian, tidak perlu takut. Ayo keroyok dia!! jika satu persatu mungkin dia bisa menang, tapi jumlah kita 20 orang!!" Billie mencoba meyakinkan anak buahnya.
Sebenarnya hatinya diselimuti ketakutan, namun perhitungannya menenangkan dirinya bahwa 1 orang takkan bisa menahan 20 orang.
Billie menerjang kearah pemuda misterius dengan teriakan berapi-api. Meskipun begitu, nampak dari sorot matanya bahwa ia sedang gelisah dan juga pasrah akan keadaan.
Brakk!!...
Sebuah tendangan A cobra menjemput ulu hati Billie. Ia rebah seusai beberapa langkah lagi menjemput musuhnya. Kepanikan melanda para bawahannya, melihat kedua komandannya dikalahkan, mereka segera ngacir menuju pintu keluar taman.
Namun tinggal beberapa meter untuk sampai di pintu keluar, langkah mereka terhenti usai melihat tiga orang pemuda berdiri tepat di tengah-tengah jalan keluar.
"Wahh kami telat ya~" Seru pemuda yang berada di belakang.
"Kami boleh bergabung kan??" Sahut kawannya yang berdiri disampingnya.
"Tidak usah banyak omong, sikat!!" Pekik orang yang berada di tengah.
Mereka bertiga adalah Damian, Ryan, dan satunya adalah Ariz. Ariz juga merupakan salah seorang yang disegani di sekolahnya, sepak terjangnya tak perlu diragukan lagi.
Note : Ilustrasi wajah Ariz.
"Da... Damian?? Ryan?? A... Ariz?? Kumohon jangan... Jangan sakiti kami" Pinta para anggota Libas.
Namun mereka seakan tak peduli. Damian, Ryan, dan Ariz yang kesetanan membabat habis mereka semua.
Tak mau kalah Adit dan Arya yang baru saja bebas dari pitingan ikut membalas perlakuan yang dialaminya.
Terlihat pemuda misterius tersebut berjalan kearah Kirana yang masih syok dengan apa yang dialaminya. Ia mencoba menenangkan Kirana bersama Maudy, kawan Kirana.
...****************...
Seluruh anggota Libas berhasil diringkus, tepat saat bel tanda pulang berdenting. Para anggota Libas dikumpulkan menjadi satu di tengah tengah taman.
Adit merebahkan dirinya di bangku taman, ia benar-benar kelelahan. Sementara Arya memaksakan diri, ia menemui Ian CS yang tengah sibuk merundung para anggota Libas.
"Terimakasih banyak bang Damian, bang Ryan, dan bang... "
"Ariz"
"Ahh, bang Ariz. mungkin tanpa kalian mereka semua sudah lari dari sini" ucap Arya.
"Haha bukan masalah, lagipula seharusnya kau sampaikan terimakasihmu pada orang itu. Dia yang menyelamatkanmu kan??" Sahut Ian dengan telunjuknya menunjuk kearah pemuda tadi, yang tengah berbincang-bincang dengan Kirana.
Melihat seorang pemuda bisa berbicara dengan kakaknya membuat hatinya agak dongkol. Namun bagaimana lagi, orang itu jugalah yang telah menyelamatkan mereka dan juga kakaknya.
Arya dengan tergopoh-gopoh akibat memar yang dideritanya, mendekati orang misterius tersebut yang kini sedang menenangkan kakaknya.
"Terimakasih atas bantuan yang anda berik..." Kata-kata Arya terputus. Ia mencoba menganalisa wajah pria yang membantunya menyelesaikan masalah ini.
"Tidak... Tidak mungkin.... O.. Orang ini..."
...----------------...