NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

garis dua

Calista merasa tubuhnya benar-benar tidak enak sejak kemarin. Rasa mual setiap kali mencium bau makanan dan nafsu makan yang hilang semakin membuatnya cemas. Kini, ia berada di perpustakaan kampus bersama ketiga sahabatnya. Tubuhnya mulai gemetar dan terasa lemas, membuat ketiga sahabatnya khawatir melihat kondisi tersebut.

"Lo kenapa, Cal?" tanya Riana dengan nada cemas.

"Iya, lo kenapa? Gue perhatiin belakangan ini lo jarang banget makan," tambah Lily yang juga kebingungan.

"Gapapa, biasa aja," jawab Calista singkat, mencoba menenangkan diri.

"Seriusan lo gak apa-apa?" tanya Jehana memastikan.

"Iya, bener kok... huekk..." Calista tiba-tiba merasa mual dan segera berlari menuju toilet terdekat. Jehana, Riana, dan Lily, yang semakin khawatir, langsung menyusul Calista ke toilet. Mereka membantu memijat leher belakangnya agar Calista bisa mengeluarkan semua isi perutnya.

"Kita ke ruang kesehatan yuk, lo kayaknya butuh istirahat," ajak Riana sambil memegang pundak Calista. Mereka pun membawa Calista ke ruang kesehatan kampus.

Jehana sibuk membuatkan minuman hangat untuk Calista, sedangkan Lily dan Riana menemaninya yang sedang mencoba menghirup aroma minyak angin untuk mengurangi rasa mual.

"Nih, minum dulu," ujar Jehana sambil menyodorkan segelas minuman hangat kepada Calista.

"Makasih, Na," jawab Calista lemah. Jehana tersenyum kecil, namun tatapan khawatir masih tampak di wajahnya.

Tiba-tiba Lily mengeluh, "Aduh, pinggang gue sakit banget."

"Kok lo, Nyet?" Riana bertanya dengan nada kaget.

"Hari kedua gue datang bulan selalu bikin nyiksa begini," jawab Lily sambil memegangi pinggangnya.

"Hahaha, gue juga sering begitu, tapi bedanya di punggung," sahut Riana.

Calista terdiam sejenak. Ia baru ingat bahwa sudah lama ia tidak mengalami menstruasi. Bahkan, seperti tidak ada tanda-tanda akan datang bulan seperti biasanya. Pikirannya langsung dipenuhi kecemasan.

"Lo kenapa, Cal? Kok kayak orang ketakutan gitu?" tanya Jehana, melihat raut wajah Calista yang semakin gelisah.

"Nggak, nggak... gue gak apa-apa," jawab Calista gugup, berusaha menenangkan diri.

"Pasti ada yang lo sembunyiin ya dari kita?" Lily mulai menebak.

"Nggak, Ly... gue gak nyembunyiin apa-apa," Calista panik. Rasanya ia harus segera menghubungi Kenneth.

"Jadi nanti ke mal gak, guys?" tanya Riana untuk mengalihkan perhatian.

"Jadi," jawab Lily dan Jehana serempak. Sementara Calista hanya diam dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh.

"Heh, Cal! Lo aneh banget deh!" Riana menepuk pelan lengan Calista, membuyarkan lamunannya.

"Hah?! Apa?" jawab Calista bingung.

"Ck, nanti lo jadi ikut ke mall gak?" tanya Riana lagi.

"Nggak, gue batal ke mall, ada urusan mendadak," jawab Calista, masih terlihat canggung.

"Urusan apaan?" tanya Jehana, penasaran.

"Ada sesuatu... kalian gak perlu tahu dulu... huekk..." Calista kembali merasakan mual yang tak tertahankan. Ia langsung berlari ke toilet, dan ketiga sahabatnya kembali menyusulnya dengan khawatir.

Setelah Calista selesai mengatasi rasa mualnya, mereka pun pergi ke kantin. Calista duduk menunggu bersama Jehana, sedangkan Lily dan Riana pergi membeli makanan. Tak lama, makanan pun tiba. Riana dan Lily dengan semangat memberikan makanan kesukaannya kepada Calista, berharap ia bisa mengisi perutnya yang kosong setelah muntah.

Namun, begitu Calista mencium aroma makanan tersebut, perutnya langsung bereaksi. "Huekk... jauhin, jauhin!" suruh Calista, dan Riana segera menjauhkan makanan dari hadapannya.

"Ih, lo kenapa sih, Cal?! Sumpah deh!" Lily merasa kesal.

"Iya, lo kayak ibu hamil aja, sensitif sama bau," ceplos Jehana tanpa berpikir panjang.

Calista terdiam, menatap ketiga temannya dengan tatapan aneh. Apakah mungkin mereka yang menjebaknya? Apakah mungkin mereka yang memasukkan obat perangsang ke dalam alkohol malam itu? Pikirannya dipenuhi berbagai kecurigaan.

Namun, Calista tidak ingin gegabah dan menuduh ketiga temannya tanpa bukti yang jelas. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Heh! Bengong aja lo," kata Riana, menyadarkan Calista yang tenggelam dalam pikirannya.

"Maaf, gue harus pergi. Gue duluan ya, guys. Tolong titip absen gue," ujar Calista yang langsung beranjak pergi, meninggalkan ketiga temannya yang bingung melihat perubahan sikapnya.

Calista segera menuju taman kampus yang sepi dan duduk di salah satu bangku. Ia membuka ponselnya dan mencari nama Kenneth di daftar kontaknya. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, ia akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Kenneth.

Dengan gemetar, Calista menekan tombol panggil. Tak lama kemudian, sambungan telepon tersambung, membuat perasaan Calista semakin campur aduk.

"Hallo, Calista ya?" suara Kenneth terdengar di ujung telepon.

"Iya, ini gue, Ken," jawab Calista dengan suara yang sedikit ragu.

"Kenapa, Cal?" tanya Kenneth, nadanya terdengar tenang.

"Ken, kita bisa ketemu nggak?" tanya Calista dengan cemas.

"Bisa, mau sekarang?" jawab Kenneth cepat.

"Iya, sekarang," sahut Calista tanpa berpikir panjang.

"Share lokasi aja, nanti gue jemput," kata Kenneth.

"Iya, gue share sekarang," ujar Calista.

Setelah panggilan berakhir, Calista segera mengirimkan lokasi tempat ia berada. Tak lama, sebuah mobil putih berhenti di depannya. Kenneth membuka jendela mobil dan menyapanya. "Ayo, masuk," ajak Kenneth.

Calista segera masuk ke dalam mobil dan duduk dengan perasaan yang semakin tidak tenang. Kenneth sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Calista.

"Ken," panggil Calista, mencoba memulai pembicaraan.

"Ya?" jawab Kenneth sambil menatap Calista sekilas.

"Bisa kita berhenti sebentar di depan rumah kosong itu?" Calista menunjuk ke sebuah rumah kosong di pinggir jalan. Kenneth mengangguk dan segera memberhentikan mobilnya.

"Jadi, kenapa?" tanya Kenneth dengan nada hati-hati.

Calista menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Gue telat datang bulan."

Kenneth terdiam sejenak, lalu bertanya, "Lo udah cek kehamilan?"

"Belum, tapi gue ngerasa ada yang aneh sama tubuh gue," jawab Calista, suaranya terdengar semakin lemah.

"Mau cek bareng-bareng? Nanti kita ke hotel aja, nyewa kamar biar bisa lebih leluasa buat cek dan ngobrol," tawar Kenneth.

Dengan ragu, Calista mengangguk. "Iya, boleh."

"Oke, kita ke apotek dulu beli test pack," ujar Kenneth. Ia segera melajukan mobilnya menuju apotek terdekat, sementara Calista yang panik hanya bisa menggigit kuku, mencoba menenangkan kecemasannya.

Sesampainya di apotek, mereka berdua segera masuk dan mencari test pack. Dengan ragu, Calista mengambil satu test pack dari rak.

"Kayaknya satu gak cukup," ujar Kenneth sambil mengambil dua test pack lain dari merek berbeda.

"Mau beli apalagi?" tanya Kenneth pada Calista.

"Nggak, gak ada lagi," jawab Calista lemah.

"Ya udah," gumam Kenneth sambil membayar test pack yang mereka beli.

Setelah itu, mereka segera kembali ke mobil dan melaju menuju hotel. Sesampainya di kamar hotel, Calista langsung menuju kamar mandi dengan membawa tiga test pack tersebut.

Sementara itu, Kenneth duduk di kasur, menunggu dengan perasaan yang semakin gugup. Ia tahu bahwa apa pun hasilnya nanti, hidup mereka berdua tidak akan pernah sama lagi.

---

Calista menghabiskan waktu beberapa menit di dalam kamar mandi, menunggu hasil dari test pack tersebut. Tangannya gemetar ketika ia melihat hasilnya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Perlahan, ia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat.

"Ken..." suaranya hampir tidak terdengar, dan ia menunjukkan test pack yang telah ia gunakan.

Kenneth hanya bisa terpaku menatap hasil tersebut, perasaan campur aduk antara takut, cemas, dan rasa tanggung jawab yang mulai tumbuh di dalam dirinya.

"Lo hamil, Cal..." ujar Kenneth lirih.

Calista terisak, air mata mulai mengalir di pipinya. "Gue gak tahu harus gimana, Ken... gue takut... gue benar-benar gak tahu harus ngapain..."

1
unknown
apalah nggantung terus, up sampai masalah selesai Thor hari ini
lala
ayo up lagi, suka banget sama Kenneth yang bertanggungjawab
Secca
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!