NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: pralam

Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengejaran dalam Kabut

Kabut tebal menyelimuti Hutan Seribu Roh, membuat bahkan kultivator tingkat tinggi pun kesulitan melihat lebih dari beberapa langkah di depan mereka. Namun Liu Wei bergerak dengan pasti di antara pepohonan kuno yang menjulang, matanya yang kini sepenuhnya hitam mampu menembus kabut dengan mudah - hasil dari ritual berbahaya yang dia lakukan semalam.

Jejak spiritual yang ditinggalkan rombongan Lao Tianwei masih terasa jelas baginya - seperti benang merah yang berpendar dalam kegelapan. Tiga hari telah berlalu sejak dia meninggalkan Kota Yong'an, dan jarak antara dia dan mangsanya semakin menipis.

"Berhenti!" sebuah suara menggelegar, membuat burung-burung beterbangan dari pepohonan.

Liu Wei menghentikan langkahnya. Di hadapannya, kabut mulai berputar, membentuk sosok seorang pria tua dengan jenggot panjang - sebuah proyeksi spiritual.

"Siapa yang berani memasuki wilayah Sekte Kabut Ungu tanpa izin?" tanya sosok itu.

Liu Wei membungkuk sopan, menutupi aura membunuhnya dengan sempurna. "Maafkan kelancangan saya, Tetua Yang Terhormat. Saya hanyalah pengembara yang tersesat."

"Tersesat?" Sosok itu mendengus. "Di hutan yang dijaga seribu formasi pelindung? Kau pikir aku akan percaya?"

"Kalau begitu," Liu Wei mengangkat wajahnya, seringai dingin tersungging di bibirnya, "bagaimana dengan kebenaran?"

Dalam sekejap mata, Liu Wei telah berada di belakang pohon tempat kultivator yang menciptakan proyeksi itu bersembunyi. Pedang Penyerap Jiwa bergerak cepat, tapi lawannya lebih cepat - sebuah tongkat ungu menangkis serangannya.

"Teknik Kabut Seribu Wajah!" Kultivator itu berseru, tubuhnya pecah menjadi ribuan titik kabut yang segera membentuk puluhan salinan dirinya.

Liu Wei tetap tenang. Tangannya membentuk segel rumit, dan tiga bayangannya muncul, masing-masing dengan Pedang Penyerap Jiwa yang identik.

"Mengesankan," kata kultivator itu. "Tapi di Hutan Seribu Roh, kabutlah yang berkuasa!"

Kabut di sekitar mereka menebal, berubah menjadi ungu gelap dan mulai berputar dengan kecepatan tinggi. Liu Wei merasakan energi spiritualnya mulai tersedot oleh kabut itu.

"Formasi Penyerap Energi Tingkat Tujuh," Liu Wei bergumam. "Sekte Kabut Ungu memang pantas dengan reputasinya."

Tapi Liu Wei tidak gentar. Dia menggigit ujung jarinya, membiarkan setetes darahnya jatuh ke tanah.

"Teknik Terlarang: Domba Kurban Seribu Bayangan!"

Ketiga bayangan Liu Wei tiba-tiba berubah menjadi kabut hitam yang segera bercampur dengan kabut ungu. Suara jeritan kesakitan terdengar saat kabut hitam itu mulai "memakan" kabut ungu, menciptakan pusaran energi yang mengerikan.

Kultivator Sekte Kabut Ungu itu terkesiap. "Ini... tidak mungkin! Teknik ini telah dilarang sejak ribuan tahun lalu!"

"Benar," Liu Wei muncul di belakangnya, Pedang Penyerap Jiwa terarah ke lehernya. "Dan kau akan membawa rahasia ini bersamamu ke alam kematian."

Pertarungan berakhir dalam sekejap. Jiwa kultivator itu tersedot ke dalam Pedang Penyerap Jiwa, sementara tubuhnya yang kosong jatuh tanpa suara ke tanah yang tertutup kabut.

Liu Wei berlutut di samping tubuh itu, tangannya bergerak cepat menggeledah pakaian sang kultivator. Dia menemukan apa yang dia cari - sebuah tablet giok dengan simbol Sekte Kabut Ungu.

"Terima kasih atas bantuanmu," Liu Wei bergumam pada tubuh yang tergeletak itu. "Berkat kau, aku bisa melewati wilayah Sekte Kabut Ungu tanpa halangan."

Tapi sebelum Liu Wei bisa melanjutkan perjalanannya, sesuatu menarik perhatiannya. Di saku dalam jubah kultivator itu, dia menemukan secarik kertas dengan tulisan tangan yang dia kenal - tulisan tangan Lao Tianwei.

"Formasi sudah siap. Bawa 'wadah' ke Lembah Bulan Berdarah saat bulan purnama. Kegagalan tidak bisa ditolerir."

Liu Wei meremas kertas itu. Lembah Bulan Berdarah - tempat yang terkenal karena fenomena alamnya yang unik. Setiap bulan purnama, air terjun di lembah itu akan berubah merah seperti darah, dan konon, kekuatan spiritual di tempat itu akan mencapai puncaknya.

"Bulan purnama..." Liu Wei melirik langit yang tertutup kabut. "Tiga hari lagi."

Dengan gerakan cepat, Liu Wei membakar tubuh kultivator itu dengan api hitam - memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Kemudian, dia mengeluarkan peta yang dia dapatkan di Kota Yong'an.

Lembah Bulan Berdarah berada di arah yang berbeda dari Menara Iblis Putih. Liu Wei menggertakkan giginya - ini pasti jebakan. Tapi...

"Apa pun yang kau rencanakan, Lao Tianwei," Liu Wei bergumam, matanya berkilat berbahaya, "aku akan memastikan rencanamu hancur bersamamu."

Liu Wei memejamkan mata, memusatkan konsentrasinya pada jiwa kultivator yang baru dia kalahkan. Perlahan, ingatan dan pengetahuan mulai mengalir ke dalam benaknya.

Sebuah ruangan rahasia di Sekte Kabut Ungu. Lao Tianwei berdiri di sana, berbicara dengan beberapa tetua sekte.

"Anak itu semakin dekat," kata Lao Tianwei. "Pastikan dia mengikuti jejak yang kita tinggalkan ke Lembah Bulan Berdarah."

"Tapi bagaimana dengan ritual di Menara Iblis Putih?" salah satu tetua bertanya.

Lao Tianwei tersenyum - senyum yang membuat Liu Wei ingin mencabik-cabik wajahnya. "Tanpa sadar, dia telah masuk ke dalam jarring kita. Darahnya, dendamnya - semuanya adalah bagian dari ritual itu sendiri."

Liu Wei membuka mata, nafasnya sedikit memburu. Jadi begitu - mereka ingin dia datang ke Lembah Bulan Berdarah. Tapi kenapa? Apa hubungannya dengan ritual di Menara Iblis Putih?

Kabut di sekitarnya mulai bergerak dengan gelisah, seolah merespon emosinya yang bergejolak. Liu Wei menarik nafas dalam, menenangkan diri. Dia tidak bisa gegabah - tidak setelah menunggu lima belas tahun untuk pembalasan ini.

"Baiklah, Lao Tianwei," Liu Wei bergumam, tangannya menggenggam erat tablet giok Sekte Kabut Ungu. "Mari kita mainkan permainanmu. Tapi ingat - dalam permainan bayangan, akulah rajanya."

Dengan tekad yang semakin kuat, Liu Wei melanjutkan perjalanannya menembus kabut. Kali ini, dengan kecepatan yang lebih tinggi - waktu adalah segalanya, dan dia harus tiba di Lembah Bulan Berdarah sebelum bulan purnama.

Sementara itu, jauh di kejauhan, di puncak Menara Iblis Putih yang menjulang, sosok berjubah putih tanpa wajah mengamati sebuah cermin spiritual yang menampilkan sosok Liu Wei.

"Ya... semakin dekat," sosok itu berbisik, suaranya sedingin angin musim dingin. "Biarkan kebencian memenuhi darahmu, Anak Muda. Karena hanya dalam kegelapan absolut... cahaya abadi bisa ditemukan."

1
Yurika23
cresendo teh naon nya?
Yurika23
keren
Yurika23
suka karakter MC ya..kereeen...
ricky suitela
keren thor ceritanya jangan sampe berhenti
ricky suitela
up terus thor
ricky suitela
gasss
ricky suitela
mantap
ricky suitela
mantap
Yurika23
aku mampir ya Thor ..
Siti Komariyah
cukup bagus, semoga terus berlanjut ya
Anonymous
cukup bagus lanjutkan terus ceritanya
yos helmi
go..
asri_hamdani
Menarik. Penyampaian cerita berbeda dari kebanyakan.
Ismaeni
awal cerita yang menarik, bahasanya enak tidak berat. ..semoga selalu update ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!