NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

Arsyilla melihat di ruang pemberkasan terdapat meja pantry. Ada bermacam varian kopi, gula dan crimer disana. Dan yang membuat Arsyilla senang karena ada mesin pembuat kopi disana.

Rivandra ikut tersenyum lucu saat melihat ekspresi Arsyilla yang terlihat senang. Yah, Rivandra yang menyuruh Dion untuk menyediakan meja pantry itu.

Arsyilla tersenyum sambil melihat-lihat mesin itu. Teringat Ryan sahabat sekaligus tetangganya yang pernah mengajari cara memakai mesin itu di kafenya.

Flashback On....

"Bukan seperti itu, syilla. Pelan-pelan saja saat menuangkan air diatas kopinya. Kalau kamu secepat itu, tentu saja kopinya jadi tumpah!" omel Ryan saat Arsyilla menumpahkan gelas ukur mesin pembuat kopi.

"Kamu tadi kan hanya bilang untuk menuangkan air setelah memasukkan kopi. Tanpa ada instruksi harus pelan!" omela Arsyilla balik.

"Aku tadi sudah memberikan contoh dengan sangat pelan biar kamu paham, Syilla. Masa iya akau harus mencontohkan dan juga memberikan teorinya."

"Itu lebih baik, biar aku segera bisa."

"Terserah kamulah, Syilla!" seru Ryan kesal, "lebih baik belajar saja dari youtube."

"Issshhh... Dasar memang kesabaranmu saja yang setipis tisu." sindir Arsyilla sambil tertawa.

Flashback off...

“Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Rivandra sambil menatap Arsyilla.

Arsyilla mendongak mendengar suara yang makin terdengar melunak padanya. Tidak seperti saat dia harus memberikan laporan proposalnya yang berakhir penolakan.

'Kenapa Pak Rivandra semakin hari semakin bersikap ramah padaku?'

“Pak Rivandra,” ujar Arsyilla kaget.

“Aku bisa mengajarimu menggunakan mesin ini." kata Rivandra antusias.

“Saya sudah bisa, Pak.” jawab Arsyilla bangga.

“Karena itu kamu senyum-senyum sendiri?”

“Saya hanya teringat sahabat yang mengajari saya waktu itu,” jawab Arsyilla apa adanya.

“Apa dia juga bekerja disini?” tanya Rivandra mulai kesal karena ini pertama kalinya ada yang menolak bantuannya.

“Tidak, Pak. Ryan mempunyai kafe yang di kelolanya sendiri.”

“Ryan? Laki-laki?!” hardik Rivandra setengah membentak.

Emosi yang sedari tadi di tahan Rivandra langsung memuncak. Saat tahu orang yang berjasa, yang telah mengajari mesin itu seorang laki-laki.

Arsyilla mengangguk bingung.

‘Kenapa tiba-tiba saja marah?’ batinnya bingung.

“Karena kamu sudah bisa menggunakannya. Kamu harus menyiapkan kopi latte untukku. Setiap pagi dan siang. Atau kapanpun yang aku mau. Lanjutkan pekerjaanmu, jangan melamun saja!” Tegasnya sembari keluar dari ruangan pemberkasan menuju ruangannya.

Arsyilla menggelengkan kepalanya bingung. "Apa salahku? Kenapa tiba-tiba marah-marah gak jelas?" gumam Arsyilla.

lalu, mulai memisahkan dan menyiapkan berkas-berkas teman-temannya terlebih dulu. Setelah itu membuatkan kopi latte untuk masing-masing meja. Begitupun dengan kopi latte untuk bosnya.

“Sejak kapan mesin kopi ini ada disini?” tanya Shayna heran.

“Sejak pagi ini.” jawab Arsyilla senang.

“Untuk apa?”

“Mungkin karena Pak Rivandra merasa pekerjaanku lebih mudah daripada kalian semua.”

“Apa ada yang terjadi kemarin?”

“Kemarin? Tidak terjadi apapun. Memangnya kenapa?” tanya Arsyilla heran.

“Tumben sekali si Rivan minum kopi.”

“Memang apa salahnya?”

“Gak ada yang salah sih. Tapi, si Rivan itu selera makan dan minumnya agak rewel, Syilla. Banyak yang tidak cocok di lidahnya. Kamu pikir sudah berapa kali orang tuaku gonta ganti chef untuk menyesuaikan selera si Rivan.”

Arsyilla melongo tidak percaya. 'Kehidupan orang kaya memang enak. Semuanya serba di fasilitasi. Bahkan, mempekerjakan seorang chef untuk menyesuaikan selera makan mereka.' pikir Arsyilla.

“Secara tidak langsung, kamu mau bilang, kalau kakakmu itu sedang mencari cara agar bisa memarahiku lagi? Dengan alasan tidak cocok dengan kopi yang aku buat? Aku gak becus lagi?” omel Arsyilla kesal.

Shayna tertawa mendengar asumsi Arsyilla. “Kok kesannya kakakku benar-benar jahat ya.”

“Bukan aku yang bilang lho ya,” Arsyilla menyodorkan segelas kopi latte hangat ke depan Shayna.

“Coba cicipi, apa kira-kira bisa cocok dengan selera kakakmu itu?”

Shayna kembali tertawa tapi tetap mencicipi kopi buatan Arsyilla. Tidak sampai hati membuat Arsyilla kecewa.

“Ini sih perfect ya. Aku rasa dia cocok.” puji Shayna.

“Terakhir kalinya laporanku kamu bilang perfect, tapi ternyata masih di tolak juga. Sebenarnya kamu itu memahami kakakmu tidak sih.” omel Arsyilla kesal.

Setidaknya, segelas kopi tidak membuat Pak Rivandra kembali bersikap dingin padanya lagi.

“Rivandra itu tidak bisa di tebak. Selalu spontanitas, aku kan adiknya bukan calon istrinya, kenapa aku harus susah-susah memahaminya.”

“Ya gak gitu juga sih. Setidaknya kan tahu gimana selera kakakmu,” kata Arsyilla sambil kembali membuat kopi latte untuk bosnya,

Arsyilla teringat dengan kejadian sewaktu di lift kemarin, lalu sikapnya yang tiba-tiba kembali dingin dan marah-marah.

“kakakmu itu punya kepribadian ganda ya, tiba-tiba baik tiba-tiba dingin, lalu marah-marah gak jelas.”

Shayna mendekat ke Arsyilla, “Kakakku? Tiba-tiba baik? Padamu, Syilla?” tanya Shayna setengah berbisik.

“Iya. Tiba-tiba saja bertanya apa aku marah padanya karena memutasikan aku. Tapi kalau ada teman-teman, pasti sikapnya dingin lagi. Kakakmu itu menakutkan, Shay.”

“Hemmmm... Sepertinya ada yang aneh. Apa sebenarnya kakakku itu menyukaimu, Syilla?”

Arsyilla tertawa mendengar kalimat Shayna hingga memegang perutnya.

“Pak Rivandra? Menyukaiku? Dengan setiap hari marah pada orang yang disukainya? Suka sama pegawai biasa sepertiku? Kamu itu lucu, Shay.”

“Siapa tahu sikap dinginnya itu hanya cara... Ehhmmm... Dia yang ingin menarik perhatianmu!”

Arsyilla mencubit pipi Shayna dengan gemas.

“Bangunlah, Shayna! Sudah waktunya bekerja! Jangan terlalu larut dalam lamunan.”

Shayna mengusap pipinya dengan kesal, “Aku tahu gimana si Rivan itu. Kita lihat saja nanti!” seru Shayna sambil keluar dari ruangan pemberkasan. Meninggalkan Arsyilla yang masih terdengar tawanya.

Shayna duduk di meja kerjanya, sejenak melihat ke arah Rivandra yang tengah mengerjakan sesuatu, entah apa itu.

"Tiba-tiba baik? Baiknya yang bagaimana?" gumam Shayna penasaran.

"Si Rivan itu, kalau sudah benci sama orang, pasti bisa dengan mudah menyingkirkan orang yang di bencinya. Tapi, sikap reseknya pada Syilla... Aku yakin itu bukan karena benci." gumamnya lagi.

Shayna tidak bisa konsentrasi karena memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Pandangannya melihat Rivandra dan Arsyilla bergantian.

"Syilla itu,,, wanita pertama yang selalu membuat si Rivan uring-uringan sejak magang dulu. Apalagi kalau Syilla sedang membantu pegawai-pegawai laki-laki. Atau,, saat Syilla sedang bergurau dengan teman-teman. Sebenarnya, bagaimana perasaan si Rivan pada Syilla?" kata Shayna bermonolog.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!