Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 : UDANGAN PESTA
BALI.
Pulau dewata bali, adalah tujuan kedua sejoli yang tidak tau malu itu bulan madu dan menghabiskan uang mereka.
Siska memesan Vila bintang lima untuk tempat tinggalnya sementara, dan Seno sama sekali tidak mempermasalahkan jika uangnya habis. Karna baginya Siska begitu menggairahkan dan pantas untuk di bahagiakan.
Sementara Nandini adalah wanita kampung yang sengaja ia nikahi hanya untuk di jadikan selingan dan menjadikan pembantu gratisan di rumahnya sambil mengurusi sang Ibu.
''Mas ...'' panggil Siska dengan manja.
Seno yang tengah memasak langsung menoleh dan tidak di sangka jika Siska langsung melahap bibirnya dengan rakus. Inilah yang ia sukai dari Siksa, ia bisa menggoda dan liar ketika bersamanya tidak kaku seperti Nandini.
Di sela-sela mereka berciuman, Seno mematikan kompor dan memangku Siska tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Kedua kaki Siska melilit di pinggang dengan kedua tangan melingkar di leher Seno, sedangkan Seno langsung menahan bokong istrinya dan membawanya ke arah sofa.
Keduanya tidak pernah bosan untuk melakukan penyatuan siang dan malam, walau bukan pertama kali mereka melakukannya ... tapi penyatuan ini selalu membuat keduanya menggila karna nikmat.
Suara erotis akan errangan dan dessahan keluar dari mulut keduanya, saat milik sang suami terus menghentak berirama dengan nada yang syahdu akan decapan kulit yang beradu menjadi satu.
Seno terus mendorong pinggulnya diikuti dengan Siska yang bergerak seirama ... setiap peluh yang keluar dari keduanya menjadi saksi akan cinta yang mereka ungkapkan lewat bahasa tubuh.
Hingga kedua insan itu mengerang secara bersamaan saat berhasil mendapatkan pelepasan nya. Deru nafas keduanya terengah-engah dan saling berpelukan.
Sungguh miris bukan? kedua orang itu berbagi keringat satu sama lain, namun memanfaatkan keringat seorang gadis yang tidak berdosa selama lima tahun.
••••
DISISI LAIN...
Nandini baru saja keluar dari bank setelah menabungkan semua uangnya, ia hanya menyisahkan beberapa ratus ribu untuk pegangan saja.
Hari ini ia jalan jalan dan melihat lihat kedalam mall, tidak membeli, hanya mencuci mata agar rasa bosan dan rasa jenuh dalam hatinya berkurang. Nandini sudah meniatkan akan membeli rumah dengan uang hasil curiannya dan memboyong sang Ibu ke kota dan tinggal bersamanya.
Tidak perduli itu uang haram atau tidak, yang pasti Nandini akan melepaskan rasa sakit hatinya dan akan menguras setengah kekayaan sang suami yang sebenarnya adalah hak dirinya.
''Ada apa ini, kok ribut ribut?'' Tanya Nandini, saat banyak sekali kerumunan yang tidak jauh dari tempatnya.
Seorang gadis menoleh pada Nandini dan menjawab, ''Ini loh ... konglomerat ngadain pesta.''
''Pesta?'' Tanya Nandini dengan bingung.
''Iya, kamu nggak tau? ini pesta untuk para gadis di atas dua puluh tahun. Biasalah yaaa ... orang kaya mah suka hambur-hamburin duit.'' tuturnya sambil memberikan salah satu undangan yang ia dapat pada Nandini.
Nandini melihat undangan itu dengan kening melipat.
''Memangnya orang seperti aku bisa hadir?'' Tanya Nandini melihat dirinya sendiri dari kaki sampai rambut, lalu Nandini mende sah kecewa sambil berkata ... ''Bahkan, baju pun aku nggak punya.''
Gadis itu menoleh lalu tertawa. ''Ha ha ha, kamu itu lucu! Tentu saja boleh, lihat ini undangan di bagikan ke seluruh kota. Lagian kamu tau nggak, disana itu banyak makanan mahal-mahal yang belum pernah kita kita orang kismin ini coba. Soal baju atau gaun, gampanglah ... sekarang banyak tuh yang nyewain gaun dua ratus ribu mah.''
Senyum Nandini langsung cerah ketika mendengar makanan gratis, apa lagi makanan yang belum pernah iya coba. Benar kata gadis itu, soal baju bisa di cari ke penyewaan.
''Kenalin ... aku Rida, kamu siapa?'' Rida mengulurkan tanganya.
''Nandini.'' Jawabnya dengan senyuman mengembang.
''Baiklah, berhubung kita sudah kenalan ... bagaimana kalau kita temenan?'' Rida mengalungkan tanganya ke pundak Nandini, sedangkan Nandini terpaku karna ini pertama kali dirinya mempunyai teman selama di kota.
Nandini terlalu sibuk berkutat dan mengabdikan diri pada keluarga suami, hingga ia tidak pernah mempunyai teman.
''Tentu saja, apa kamu nggak malu temenan sama aku?''
''Ha ha ha ... nggak ke balik tuh? Kamu nggak malu temenan sama cewe tomboy kaya aku.'' Tunjuknya pada diri sendiri, '' sudahlah ... yang penting kamu baik dan nggak neko-neko! Ayo, aku ajak ke tempat kerjaku. Tuh disana, di tempat laundy.'' Tunjuk Rida.
Nandini mengangguk dan mengikuti Rida keempat kerjanya.
''Silahkan, kamu pilih aja mau baju yang mana.'' Ucap Rida sambil melihat baju baju yang berada di rak yang sudah di gantung.
''Ini baju siapa memangnya? bagus-bagus banget gaunnya.'' Nandini meraba gaun yang ada di depannya.m
''Baju pelanggan ku ,hi hi hi ...''
''Astagfirullah ... emang boleh?''
''Nggak boleh sih, tapi nggak papa kalau pinjem mah ... orang cuma sebentar.'' Ucapnya tanpa dosa, sambil nyengir.
''Kamu tau gak, ini itu gaun dan baju yang harganya mahal-mahal. Cik, kita mah nggak bakalan kebeli. Kita pinjem aja ini bajunya ... nggak apa apa, ibuku nggak bakalan marah.'' bisok Rida.
''Oh ... ini laundy Ibu kamu.''
Rida mengangguk.
''Ayo pilih yang mana, nanti aku bawa gaun pilihan mu sama pilihanku. Nanti aku kabari di salon mana kita ketemu.''
Keduanya pun memilah gaun yang akan mereka kenakan, hingga tak lama telpon Nandini berdering.
''Hallo, Ibu.''
(KAMU DIMANA! DASAR MANTU NGGAK GUNA.)
"Lagi jalan-jalan cari angin, Ibu." Jawab Nandini dengan pasrah.
(Cepat pulang! Lena sebentar lagi pulang dari kota sebelah.)
"Baik, Bu."
TUT.
"Ri, kaya nya aku harus pulang. Kamu pilihin aja gaun yang bagus untukku, nanti aku telpon yaa ..." Nandini berlari kecil sambil melambaikan tangannya, ia tidak mau kena damprat sang mertua dan akan menggagalkan rencana yang sudah ia susun dengan rapih.
•••
"Asalamualaikum ..." Ucap Nandini ketika berada di dalam rumah.
''Kemana saja kamu. Hah. Jam segini baru pulang! Lihat itu Lena sebentar lagi sampai, dia pasti lapar!" semprotnya tiada jeda dan koma.
"Maaf, Ibu." Nandini menunduk.
''Maaf maaf! Dikasih hati minta jantung kamu yaaa! Dasar gadis kampung nggak guna!''
"Kalau aku nggak berguna! Mungkin saat ini kamu sudah mati." Rutuk Nandini dalam hati.
"Maa ... mamah, aku pulang ..." Teriak seorang gadis yang tidak lain adalah Lena, ia berlari kecil dan memeluk sang Ibu dengan rindu.
"Anak gadis Mama ya ampun ... cantiknya."
"Lihat Mah, aku dapat undangan pesta dari keluarga Bilal. Aahhhkkk aku seneng banget." teriak Lena meloncat dan memperlihatkan undangan itu pada sang Ibu.
''Mama tau, keluarga Bilal itu keluarga konglomerat. Mereka keturunan arab sultan ... coba Mama bayangin kalau aku sampai nikah sama Adam! Uuhhh ... harta nya nggak bakalan habis tujuh turunan. Mama tau, kebun teh dan pabrik sekaligus kantor YN company itu miliknya mah.'' Lena memaparkan ke kagumannya pada seorang tuan muda Adam yang sampai saat ini belum menikah.
Mata Ibu Sonya melotot.
''Bukan hanya itu saja Mah ... masih banyak lagi.'' tutur Lena yang membuat Ibu Sonya memegang dadanya kaget sekaligus kagum.
Sedangkan Nandini yang masih ada di tempatnya, ia mengerutkan keningnya. Undangan itu sama persis seperti undangan miliknya.
"Benar ternyata, undangannya sama. apa bener yaa yang punya pesta orang kaya? aku jadi penasaran pengen dateng."
Ibu Sonya dan Lena melirik ke arah Nandini yang masih berdiri dekat mereka.
'Heh kamu, upik abu! Ngapain bengong disitu. Cepat bawa koper gue ke atas.''
''Ah iya ...'' Nandini dengan cepat membawa koper itu ke kamar Lena yang berada di kamar atas.
BUK!
''Aduh.''
Nandini terkejut karna kopernya tidak di kunci dan semua barang berceceran. Ia dengan cepat memasukkan semua barang milik Lena, terkecuali sesuatu.
''Kau pun ikut andil menyiksaku, Lena. Maka lihat saja.''
•••
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕