Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirain Nyata
“Bisakah kamu tidak mengagetkanku, Asher?” ujar Audrey saat dia menatap Asher yang sudah membuka mata menatap ke arahnya.
“Kenapa kamu menatapku seperti tadi? Ada yang salah dengan wajahku? Kau tahu, kan, aku tidak suka ditatap seperti itu?!” ketus Asher yang masih berbaring di atas sofa.
Audrey kelabakan mencari jawaban dari pertanyaan Asher karena dia ketahuan sedang mengagumi pria berwajah dingin itu. “ Um... Aku hanya ingin memakaikan kamu selimut. Tidak ada maksud lain,” jawab Audrey berkilah.
Asher mengangkat satu alisnya. “ Benarkah? Kalau hanya memberikanku selimut, kamu tidak mungkin menatapku lebih dari 15 menit. Apa maksudmu menatapku? Apakah kamu ingin mencabuliku?” sentak Asher.
Mata Audrey melotot, terkejut mendengar ucapan Nathan. ‘Mana ada wanita yang mau mencabuli seorang pria? Jika ada, tentu wanita itu stress!’ Audrey mengumpat di dalam hati.
Tapi, pipi Audrey seketika memanas saat mengingat adegan semalam. ‘Ta-tapi semalam itu? Bukankah aku memang cabul? Karena bermimpi menyentuh tubuh Asher? Tapi, salahnya diakan? Diakan suamiku.’ Audrey melirik ke dada Asher.
“Asher, maaf jika aku membuatmu salah paham. Aku tidak memiliki niat untuk mencabuli mu dengan meraba-raba dadamu atau perutmu semalam. Tidak demikian, aku benar-benar tidak ada niat seperti apa yang sedang kau pikirkan.” Audrey mencoba menjelaskan.
Alis Asher semakin naik. “Merabaku? Semalam? Aku baru tiba tadi pagi dan langsung tidur di sofa. Apakah kau memang benar-benar ingin melecehkanku?” tekan Asher.
Deg!
Audrey menggigit bibir bawahnya, wanita itu merasa semakin panik dan terkejut dengan situasi ini. Dia ingin menjelaskan dengan jelas bahwa tidak ada niat buruk di balik tindakannya, tetapi dia juga tidak ingin membuat Asher semakin marah atau tidak nyaman.
‘Astaga, ternyata adegan semalam benar-benar hanya mimpi? Apa yang kamu pikiran, Audrey? Kamu benar-benar terlihat seperti wanita cabul,’ Audrey mengutuk dirinya sendiri atas kebodohannya.
Kruk kruk
Suasana canggung itu terpecah oleh bunyi perut Audrey yang tiba-tiba menggemuruh. Audrey menutup matanya merasa semakin malu dan ingin segera menyudahi situasi ini dan pergi dari hadapan Asher.
“Kamu lapar?” tanya Asher yang segera bangkit dari sofa.
Audrey menganggukkan kepala dengan cepat, mencoba mengalihkan perhatian dari kegugupannya. “Ya, sedikit lapar. Tapi tidak perlu khawatir, aku bisa menunggu perawat datang membawakan makanan untukku.”
Asher menggelengkan kepalanya. “Tidak, tidak. Aku akan membelikan makanan untukmu.”
Audrey terkejut dengan tawaran itu. “ Tidak perlu, Asher. Aku bisa mengurusnya sendiri.”
Namun, Asher menatapnya dengan tajam. “Aku tahu kau bisa, tapi aku ingin melakukannya untukmu. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman.”
Audrey merasa hatinya meleleh melihat kepedulian Asher. Meskipun awalnya mereka terjebak dalam situasi yang canggung, Nathan tetap bersikap baik padanya. “Baiklah, kalau begitu terima kasih, Asher. Aku akan menghargainya.”
“Tunggu di sini dan naiklah ke tempat tidur. Kakimu tidak pakai alas. Jangan sampai masuk angin. Atau... Kamu menungguku untuk menggendongmu?” tanya Asher.
Audrey dengan cepat menggeleng lalu berdiri. “Ti-tidak perlu. Aku bisa sendiri,” jawab Audrey.
Audrey berjalan menuju ranjang dengan hati yang masih berdebar-debar. Tanpa berkata-kata lagi, Asher segera keluar dari ruangan di mana Audrey dirawat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kini Asher memasuki sebuah bangunan kafetaria dengan masker mulut yang dia kenakan karena tidak ingin jika identitasnya terlihat publik.
Di dalam Kafetaria yang masih berada di dalam kawasan rumah sakit itu, Asher memperhatikan beberapa jejeran menu makan yang tersaji di prasmanan dalam etalase.
“Hmm... Kira-kira, Audrey suka makan apa ya?” gumam Asher kebingungan ketika melihat banyaknya variasi menu.
Beberapa karyawan kafetaria mencoba membuntuti Asher yang sibuk melihat-lihat menu makan sambil memegangi note di tangan mereka untuk siap mencatat pesanan.
“Tuan, sepertinya anda terlihat binggung. Saya bisa pilihkan menu yang laris-“
“Antar semua menu yang ada di sini!” Asher berseru saat para karyawan-karyawan kafetaria tersebut mencoba mengajak Asher berbicara.
Mendengar permintaan Asher, karyawan menggelengkan kepalanya. Dia mencoba mencerna ucapan Asher. "Tuan, maksud anda bagaimana? Menu di sini anda pesan semua?" tanya mereka memastikan.
"Ya, tolong semua menu yang ada di sini segera antar ke ruang inap dengan pasien atas nama Audrey," ucap Asher dengan tegas.
Para karyawan itu terkejut. Jenis menu yang berada di kafetaria, sungguh banyak. Tapi, jika yang memesan adalah pengusaha, mereka tentu tidak masalah. Apalagi dengan jumlah yang banyak mereka pasti sangat bersemangat.
"Hmm... Tapi Tuan, sop-nya akan tidak Enak jika di makan dalam keadaan dingin-"
"Jika sop tersebut hanya enak dimakan saat hangat dan menggunakan panci, bawakan juga pancinya ke ruangan. Segera, aku tunggu!" tekan Asher.
"Haaaah!" para karyawan itu terkejut mendengar permintaan Asher.
Asher memutar tubuhnya menuju ke arah pintu keluar kafetaria. Sedangkan para karyawan itu hanya melongo sambil menggelengkan kepala mereka tidak percaya.
“Sungguh aneh Tuan yang satu ini!” gumam seseorang saat melihat Asher yang sudah berlalu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Astaga! Apa yang kalian antar?”
Audrey begitu syok saat dua orang datang mengantarkan makan di atas troli makanan yang tingginya, mengalahkan gunung Semeru.
Dua orang itu dengan hati-hati mendorong troli tersebut ke arah samping ranjang Audrey. Audrey melotot sambil menelan ludahnya dengan paksa saat dia melihat tumpukan makanan tersebut. Siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini?
“Nyonya, kami diminta untuk mengantarkan pesanan ini.” Ucap seorang yang membawakan makanan.
“What? Aku bukan hewan mamalia! Bagaimana bisa aku menghabiskan semua makanan ini?” celetuk Audrey kepada dua orang itu.
Dua orang itu saling berpandangan sambil mengangkat kedua bahu mereka. “ Kami hanya disuruh, Nyonya. Jika tidak ada hal lain yang kami lakukan, kami permisi!” ucap mereka sambil memutar tubuh.
“Hei, tunggu!”
Teriakan Audrey tak ditanggapi. Dua orang itu berlalu begitu saja dan hilang dibalik pintu. Audrey lagi-lagi menatap makanan-makanan tersebut membuat dirinya mual dan juga sedih. Jika tidak dihabiskan, bukannya ini mubazir?
“Haaa! Asher setan! Aku bukan seekor anak babi yang rakus!” Audrey menjerit frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Audrey merasa benar-benar kewalahan dengan situasi tersebut. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan semua makanan yang telah diberikan oleh Asher.
Krek!
Audrey tertegun saat pintu ruangan itu terbuka. “Asher...,” panggilnya pelan.
Asher berjalan tegap menuju ke arah ranjang Audrey dan meraih sebuah kursi lalu duduk di samping ranjang tersebut.
“Kenapa kau belum makan?” tanya Asher.
“Anu... Itu, makanannya-“
“Tidak enak? Jika kamu tidak suka, aku akan membelikannya lagi. Jika tidak, akan aku angkut restorannya ke dalam ruangan ini !” potong Asher.
Audrey dengan cepat mengangkat kedua tangannya di depan dada sambil melambai. “ Bukan begitu, aku tidak sanggup jika aku harus makan sebanyak ini, Asher. Karena aku tidak punya tembolok atau kantong makanan seperti ayam atau monyet!” ucap Audrey yang sayang melihat makan sebanyak ini akan terbuang sia-sia.
“Makanlah, sisanya, kamu dapat berbagi dengan pasien yang berada di rumah sakit ini. Dan lagi, Nenek mu juga berada di sini," ucap Asher.
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜