Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Rencana Licik
Sementara itu, Tuan Foster dan Hazel sedang asyik dalam percakapan mereka. Hazel menceritakan kejadian yang menimpa dirinya, mulai dari dipecatnya dari pekerjaannya hingga pengkhianatan John.
"Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, Ayah. Aku merasa hidupku hancur," keluh Hazel.
Tuan Foster mengusap lembut tangan Hazel, "Anakku, jangan khawatir. Ayah dan Ibu selalu ada untukmu. Lagipula kita berada disini untuk menyenangkanmu, kenapa kamu jadi sedih seperti ini"
Hazel tersenyum dan sedikit tertawa mendengar kata-kata penyemangat dari ayahnya, "Terima kasih, Ayah. Aku benar-benar bersyukur menjadi bagian dari keluarga ini."
Di meja seberang, Lucas mencoba mengorek informasi lebih lanjut dari pembicaraan mereka. Namun, percakapan mereka terdengar cukup umum, tidak memberikan petunjuk jelas tentang hubungan sebenarnya antara Tuan Foster dan Hazel.
Saat Tuan Foster memesan makanan untuk Hazel, Lucas mulai merasa penasarannya semakin memuncak. Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka? Apakah ini hanya pertemuan kebetulan atau ada sesuatu yang lebih dalam?
Lucas memutuskan untuk menunggu momen yang tepat untuk mengajukan pertanyaan atau mencari tahu lebih lanjut. Ia tidak ingin terlalu cepat membuka rahasia yang mungkin dimiliki Tuan Foster dan Hazel.
“Hazel, jadi setelah kau dipecat, sekarang kau beralih menjadi wanita simpanan?” suara pria yang sangat dia kenal terdengar di telinganya, ketika dia ingin mencuci tangannya di wastafel restoran.
“Jaga bicara anda, Pak Lucas! Saya bukanlah wanita simpanan seperti yang anda katakan!” kesal Hazel.
“Oh ya? Lantas kalau bukan, lalu apa? Tidak mungkin sekelas Tuan Foster mengenal anda kalau bukan hanya karena anda wanita simpanannya, bukan?” tanya Lucas dengan nada merendahkan.
Plakkk…
Satu tamparan keras terlintas di pipi Lucas hingga meninggalkan tanda bekas merah di pipinya. Hazel tanpa ragu memberikan pelajaran kepada Lucas yang suka merendahkan orang lain.
“Anda harus tahu bahwa saya bukanlah lagi bagian dari karyawan anda. Jadi, saya tidak perlu mengklarifikasi kepada siapa dan ke mana pun saya pergi. Baik buruk saya, tidak akan pernah mempengaruhi perusahaan Bapak. Permisi.” Geram Hazel meninggalkan Lucas yang masih terpaku di tempatnya, menahan rasa malu dan amarah. Dia kembali ke meja tempat Tuan Foster menunggunya.
“Cih, wanita menjijikan. Berani sekali dia menampar wajahku yang tampan seperti ini” Lucas berdecak kesal, mengelus pipinya yang terasa panas itu.
Lucas tidak lagi memperdulikannya, benar yang dikatakan Hazel bahwa dirinya bukanlah lagi bagian dari karyawannya, jadi bukan urusan dia mau kemanapun dan kepada siapapun Hazel pergi.
Namun, tidak bagi Lucas. Pria itu merasa bahwa kesal jika melihat Hazel melakukan hal buruk. Padahal apa yang dilihat Lucas belum tentu benar adanya.
Akhirnya Lucas memutuskan untuk pergi dari restoran dan pergi ke salon untuk menemui Reina, sesampainya di sana rupanya Reina belum selesai. Lucas pun menunggunya di salon dengan duduk di ruang tunggu. Pria itu masih teringat dengan insiden di restoran, pikirannya terus menerus menerawang tentang Hazel dan Tuan Foster.
Beberapa saat kemudian, Reina keluar dari ruangan salon dengan senyuman angkuh. “Lucas, sayang, kenapa kamu lama sekali?” tanya Reina yang sembari duduk di kursi salon untuk mengeringkan rambutnya.
Lucas mengangguk santai, “Aku duduk dulu disana. Lagipula kamu juga belum selesai kan” jawabnya malas, menyandarkan tubuhnya di sofa.
30 menit telah berlalu…
Reina selesai merawat rambutnya dengan senyum angkuh. Setelah itu, dia mendekati Lucas yang tengah terdiam, lalu mencium pipinya. Kejadian itu membuat Lucas terkejut.
"Maaf, sayang. Kenapa kamu diam saja? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Reina sambil duduk tepat di sebelah Lucas.
Lucas menatap Reina dengan serius, "Reina, jika aku tidak lagi bisa memberikan segalanya... apakah kamu akan tetap menerimaku?" Tanya Lucas ragu, matanya memandang dalam ke mata Reina.
"Maksud kamu apa, sayang?" tanya Reina heran. Dia tidak mengerti mengapa Lucas tiba-tiba membicarakan hal itu.
"Aku ingin dijodohkan. Jika aku menolaknya, maka segalanya, termasuk jabatanku sekarang, akan diambil oleh ayah."
"Apa!" Reina terkejut. Dia merasa cemas memikirkan nasibnya. Bahkan, dia sadar bahwa hubungannya dengan Lucas hanyalah karena harta, bukan karena cinta tulus. Tapi, pikiran liciknya tidak berhenti di situ. Reina sangat ambisius ingin menjadi istri Lucas agar bisa menguasai harta warisannya.
Dia memberikan ide cemerlang kepada Lucas. Seorang pria yang buta akan cinta, pasti akan menuruti kata-kata kekasihnya.
"Aku tidak ingin pisah denganmu, tapi jika kamu ingin menikah, menikahlah. Aku tidak masalah." Ujar Reina.
"Maksud kamu?" tanya Lucas keheranan.
"Iya, setelah kamu menikah, hak warismu akan jatuh di tanganmu. Jadi, cerai atau tidak, itu urusanmu. Yang terpenting, kamu sudah mengikuti keinginan ayahmu, sayang." Jawabnya dengan mudah.
Lucas tersenyum sumringah, wajahnya yang sebelumnya terlihat murung, seketika berubah seperti matahari yang bersinar terang. Lucas pun memiringkan posisi duduknya ke arah Reina dan dan menggenggam kedua tangan kekasihnya “kamu sangat pintar sayang, tapi kamu sungguh tidak apa jika aku menikah dengan wanita lain?” tanyanya antusias.
Reina gugup, mengedipkan mata nya berulang kali, mencoba untuk berpura-pura sedih karena Lucas akan menikahi wanita lain “sebenarnya aku sangat sakit, tapi ini untuk kepentingan Bersama kan sayang? Setelah kamu menceraikannya kamu juga akan menikahi ku kan?” tanya Reina memastikan.
“Tentu, jika harus memilih aku hanya akan menikahi kamu tanpa menikahi wanita lain pilihan dari orang tuaku. Terima kasih sayang kamu sudah menyetujuinya” ucapnya seraya tersenyum manis dan memeluk erat Reina.
Pagi itu, rumah keluarga Arthur sudah ramai dengan aktivitas para pelayan yang sibuk menyiapkan meja makan untuk sarapan keluarga. Di ruang makan yang megah, Ibu Nara sudah duduk dengan anggunnya, disusul oleh Ayah Henry yang bergabung beberapa saat kemudian, dan terakhir Lucas, yang tampak rapi dalam pakaian kerjanya.
Tidak ada kehadiran adik perempuan Lucas, yang saat ini sedang mengejar pendidikan tingginya di Paris. Ruang makan dipenuhi dengan suara gemerisik piring dan sendok sementara pelayan-pelayan membawa hidangan demi hidangan ke meja.
Lucas, yang biasanya pendiam selama sarapan, kali ini tampaknya memiliki sesuatu yang penting untuk dibagikan. "Ayah, aku ingin memberitahu sesuatu," mulainya, suaranya penuh ketegasan. "Aku telah memutuskan untuk menikah sesuai dengan pilihan Ayah."
Ayah Henry, yang sedang bersiap untuk menyantap suapan berikutnya, terhenti dengan sendoknya menggantung di udara, terkejut mendengar pengumuman mendadak dari Lucas. "Kamu serius, Lucas?" tanyanya, mencari konfirmasi.
Di sisi lain meja, Ibu Nara menyambut berita itu dengan senyum lebar. "Benarkah itu, Lucas?" ia menambahkan, senang mendengar perkembangan tersebut.
"Iya, Ayah, Ibu. Ini keputusan yang sudah aku pertimbangkan matang," jawab Lucas dengan yakin.
"Apa kamu yakin akan mengakhiri hubunganmu dengan Reina?" Ayah Henry masih ragu, mengetahui betapa kompleksnya hubungan putranya yang sebelumnya.
Lucas mengangguk sambil melanjutkan makan, "Iya, Ayah. Itu akan segera aku selesaikan."
"Baiklah . Minggu ini, kita akan bertemu dengan calon istrimu dan keluarganya," sambung Ayah Henry, kembali menyantap sarapannya dengan suasana hati yang lebih baik.
Lucas menautkan kedua alisnya dan hanya menganggukkan kepalanya. “Ayah sudah menyiapkan wanitanya? Aku pikir ayah hanya mengancamku saja, tetapi ternyata sudah menyiapkannya juga” gumam Lucas dalam hati.
“Kenapa dia begitu sangat membenciku” ucap Hazel lemas sembari memainkan sendok dan garpunya di makanan yang belum juga dia makan di sebuah restoran bersama Ivy.
Ivy menyentuh lengan Hazel hingga membuatnya terkejut “Ada apa Hazel, siapa yang membencimu?” tanya Ivy.
“Kemarin aku bertemu bosmu Lucas, lalu dia mendatangiku dan berkata bahwa aku wanita simpanan” ucap Hazel datar lalu menarik napas berat.
“Apa? Pak Lucas berkata seperti itu padamu? Apa yang terjadi padanya. Aku rasa dia tidak waras” protes Ivy dengan nada kesal.
“Aku tidak mengerti vy, kenapa dia begitu membenciku, padahal selama aku bekerja aku selalu memberikan yang terbaik untuknya, bahkan disaat aku di fitnah dia mencari kesempatan untuk memecatku. Aku sudah merasakan itu, tapi aku tetap menahannya, aku pikir dia akan berubah pikiran, tapi ternyata…” ucap Hazel memegang kepalanya yang terasa sakit karena memikirkan hal yang tersebut yang sudah berlalu.