Ziva adalah seorang penulis novel romantis yang di gemari banyak orang, suatu karya nya di notis oleh seorang sutradara.
namun mereka meminta Ziva untuk menambah sosok baru untuk membuat cerita lebih menarik lagi.
dan malam itu Ziva menciptakan tokoh figuran dengan kehidupan menyedihkan,di hamili oleh antagonis pria yang tergila-gila pada protagonis perempuan.
namun karena sesuatu yang terduga keesokan harinya, Ziva malah bertrasmigrasi ke tubuh figuran itu, dan sial nya dia berpindah setelah figuran melakukan malam panas nya.
bagaimana kelanjutan kisah nya, staytune yaaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia setiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8 kejadian di kantin
Agnetta terus berjalan menuju ruangan kepala rektor di sana, ia akan mengambil surat cuti di sana.
Agnetta mengetuk pintu dan masuk setelah menerima Jawaban di dalan ruangan.
"Permisi." ucap Agnetta pelan.
"ouh iya, silahkan Agnetta. " ucap seorang wanita berumur, menyuruh Agnetta duduk di kursi.
Wanita itu membenarkan kacamata nya, lalu mengambil selembar kertas dan membacanya dengan teliti.
"Meminta ijin cuti. " ucap wanita itu pada Agnetta, dia adalah kepala Rektor di sini.
"Benar bu. " jawab Agnetta sopan.
"Kenapa mengambil cuti?, karena harus ada alasan yang pasti. " ucap wanita itu.
"Saya mau... Menikah bu. " ucap Agnetta tersenyum.
"Ouh, menikah muda ya. " ucap wanita itu tersenyum.
"Benar bu. " ucap Agnetta lagi.
"Baiklah jika begitu, semoga di lancarkan semuanya ya Agnetta, saya turut bahagia. " ucap Rektor itu.
"Terima kasih bu. " ucap Agnetta tersenyum.
"Baiklah, ini sudah di tandatangani, lalu ambil foto mu dan berikan pada dosen pembimbing mu, suruh dia tanda tangan juga. " jelas wanita itu.
"Baik." jawab Agnetta.
Setelah di rasa selesai, Agnetta pun ijin keluar dan berjalan langsung menuju ke ruangan anggota Bem.
Karena kebetulan ruangan itu yang ada tempat cocok untuk foto formal, setelah sampai dia mengetuk pintu dan masuk.
"Ouh, Agnetta dari fakultas manajemen, kenapa kesini. " tanya seorang gadis, dia Clara sekertaris BEM, sekaligus sahabat dekat Michelle.
"Aku mau di foto formal, buat formulir ini. " ucap Agnetta sambil menyerahkan formulir nya.
"Pengajuan cuti ya. " ucap Clara.
"Iya." ucap Agnetta tersenyum.
"Oke, aku bantu, kamu duduk di sana ya. " ucap Clara tersenyum.
Tidak alasan bagi Clara untuk membenci Agnetta, gadis cantik dan baik juga ramah itu, adalah salah satu primadona di kampus ini.
"Oke." ucap Agnetta tersenyum.
Ia duduk di sebuah kursi dengan background cat polos di belakang nya.
"Oke kita mulai ya. " ucap Clara tersenyum.
Agnetta mengganggukan kepala nya, ia pun bergaya formal untuk foto di formulir nya nanti.
Clara tersenyum puas melihat hasil jepretan nya, memang dasarnya Agnetta sudah cantik mau bagaimana lagi.
"Sudah." ucap Clara.
"Terima kasih atas bantuan nya. " ucap Agnetta tersenyum bahagia.
"Sama-sama, jangan sungkan dengan ku. " ucap Clara tersenyum.
Agnetta tersenyum dan mengangguk kepalanya pelan, lalu ia pamit keluar.
"Huh, cape juga. " gumam Agnetta lirih.
Ia melihat jam di tangan nya, sudah menunjukan pukul 09:00 ternyata, perasaan baru sebentar ia berjalan kesana kemari.
Pantas saja ia lemas, karena memang sarapan tadi hanya sedikit, alhasil sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantin.
Agnetta berjalan menuju kantin, setelah sampai cukup banyak mahasiswa juga ternyata.
Agnetta memesan makanan dan duduk di kursi, ia melihat sekitar, semakin ramai para mahasiswa berdatangan.
Mungkin dari yang baru selesai kelas, dan sebagian lagi yang menunggu jam kelasnya.
"Ini nona,pesanan nya. " ucap seorang ibu ibu pada Agnetta.
"Ah Terima kasih. " ucap Agnetta tersenyum manis.
Di depannya sudah ada satu porsi bakso, dan jus lemon kesukaan nya, gak papa kali ya.
Jika di dunia nya dulu, ia harus makan nasi dulu sebagai pengawal sarapan.
Tapi sekali kali ia ingin mencoba hal baru, juga ia sedang sangat ingin memakan bakso, rindu rasanya.
Agnetta meracik bakso itu hingga menjadi merah, lalu memakan nya, suapan pertama yang memuaskan.
Rasa pedas, gurih bercampur menjadi satu, ini surga kuliner untuk Agnetta.
Ia dengan senang terus memakan bakso nya, ia menatap ponsel nya yang berdering, tanda notifikasi masuk.
Ia mengeceknya, ternyata pesan dari sahabat Agnetta, Priska Wilson namanya.
'Lagi ngapain ta?' isi chat dari priksa.
"Lagi di kampus, kenapa?. " tanya Agnetta.
'Engga si, tapi aku kangen.' ucap Priska.
Agnetta terkekeh melihat balasan dari Priska, gadis itu terlihat sangat manja padanya.
Sekarang priksa sedang cuti dan ikut orang tua nya yang sedang bertugas di luar negeri.
Priksa meminta cuti selama 2 bulan, dan ini sudah satu bulan lamanya gadis itu di negri orang.
"Makanya jangan lama-lama di sana. " ejek Agnetta.
'Iya nyesel tau aku. ' balas priksa dengan emot sedih.
"Gak papa, satu bulan lagi kan. " ucap Agnetta tersenyum.
'Iya, ah aku udah beli banyak oleh oleh untuk mu. ' ucap priksa dengan emot bangga.
"Benarkah, aku ingin cemilan. " ucap Agnetta tersenyum.
'Okey, aku bawakan, ah sudah dulu ya, aku di panggil daddy, pay Agnetta, aku selalu merindukan mu. ' isi chat priksa dengan mengirim emosi love.
Agnetta terkekeh melihat itu, ah sahabat ternyata cukup menyenangkan, agnetta bahagia.
Ia yang tadinya tersenyum merubah wajahnya menjadi meringis, saat merasa bahu nya basah dan perih.
Ia melihat ke belakang, di sana ada seorang gadis yang terkejut karena makanan nya tumpah ke baju Agnetta.
"Uh, sorry gak sengaja. " ucap gadis itu, dia Michelle.
Di belakang nya ada Clara dan juga Silas dan kedua temannya, mereka juga sama terkejut nya.
"Shh, gak papa. " ucap Agnetta ia tidak ingin mencari keributan.
Ia berdiri dan mengibaskan sisa kuah panas yang seperti nya masuk ke dalam baju nya.
'Untung pakai Almamater. 'Batin Agnetta.
Tapi walaupun begitu, rasa perih muali terasa di bahu nya, agnetta tidak tau kenapa.
Apakah ada luka di sana hingga ia merasa perih, sial matanya berkaca-kaca, rasa perihnya seperti luka menganga yang di siram air panas.
"duh, maaf aku benaran gak sengaja. " ucap Michelle.
"Gak papa kok. " ucap Agnetta.
Gadis itu melihat formulir nya yang masih di atas meja, untung saja tidak terkena air.
Agnetta langsung memasukkan nya ke dalam tas, dan pergi dari sana untuk membersihkan nya di toilet.
"Agnetta kamu marah. " tanya Michelle sambil menarik tangan Agnetta yang akan pergi.
"Shh, jangan di tarik. " ucap Agnetta lirih.
Banyak orang yang memperhatikan nya, mereka juga ikut meringis melihat agnetta yang kesakitan.
Bisa mereka lihat dengan jelas, leher jenjang putih itu, memerah hingga ke bahu, dan kemungkinan masuk ke dalam.
"Jangan menariknya. " ucap Silas sambil melepaskan tangan Michelle dari Agnetta.
Agnetta takut, jangan jangan Silas ingin memarahinya karena para mahasiswa di kampus berbisik membicarakan Michelle.
"Aku duluan. " ucap Agnetta sambil membukukan badannya.
Lebih baik ia pergi dan tidak banyak berbaur dengan para pemeran novel nya.
Jujur setelah apa yang dia lalui selama 2 hari hidup di novel ini, ia memilih menjalani hidup dengan damai.
Bersama calon anaknya nanti, ia tidak ingin berurusan dengan mereka, apalagi Silas.
Biarlah dunia tau jika Agnetta hamil dan suami nya telah meninggal, dari pada di rundung Silas karena tau Agnetta hamil anak dia.
Agnetta segera pergi dari kantin dan berjalan ke arah kamar mandi, meninggal kan orang orang yang masih terdiam melihat Agnetta pergi.
"Kasihan sekali, padahal dia ke sini mau ambil cuti. " ucap Clara sambil duduk di kursi.
"Cuti." tanya Silas terkejut.
"Iya, cuti 1 bulan, katanya mau nikah. " ucap Clara lagi.
'Sialan. 'Batin Silas marah.
***