Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5.
“Bu Ariana tunggu....” suara seorang perempuan lagi memanggil Ariana dan terdengar suara langkah kaki berjalan sangat cepat.
Ariana dan Shelly menghentikan langkah kaki nya dan menoleh ke belakang ke arah sumber suara , terlihat satu teman guru nya melangkah dengan cepat di belakang mereka sambil membawa satu tumpuk kertas..
“Ada apa Bu?” tanya Ariana
“Bu Ariana saya bisa minta tolong untuk koreksi pekerjaan siswa, Maaf ya saya perlu sekali bantuan Bu Ariana ini kunci jawaban sudah ada.. saya ada acara keluarga yang tidak bisa saya tinggalkan padahal nilai nilai ini harus segera di input.. “
“Ini saya beri tanda terima kasih seadanya..” ucap Bu guru itu sambil menyodorkan satu tumpuk kertas yang di tumpukan paling atas ada amplop kecil yang berisi uang.
“Iya Bu, saya bantu..” ucap Ariana sambil menerima tumpukan kertas dan satu amplop kecil dari ibu guru yang sudah PNS.
“Terima kasih Bu Ariana..”
“Sama sama Bu..” ucap Ariana lalu memasukkan tumpukan kertas dan satu amplop itu ke dalam tas kerja nya..
Seperti itu lah hari hari Ariana bekerja sebagai guru honorer, mencari kerja sampingan membantu pekerjaan teman, kadang ada teman yang baik hati tetapi ada juga yang pelit dan hanya memanfaatkan tenaga nya dengan alasan kerja sama antar tim atau sesama guru.
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam hari berganti hari.. sudah lima hari Ariana dan anaknya tinggal di rumah kedua orang tuanya.
“Ar, itu ada surat undangan sidang perceraian kamu dan surat undangan pernikahan Respati dengan istri baru nya.” Ucap Nenek saat Ariana pulang bekerja.
“Biar saja Bu, aku tidak akan hadir di acara sidang. Aku sudah iklas seiklas iklas nya dicerai Bu.. aku lebih memilih Arumi anakku.. undangan pernikahan itu sengaja untuk membuat hati kita panas Bu.. pernikahan mereka kan diadakan besar besar an, istrinya sekarang anak pejabat anggota DPRD. “ ucap Ariana sambil menaruh satu kantong plastik barang dagangan yang ia bawa lagi dari Shelly di meja. Barang yang lima hari lalu di bawa sudah laku terjual.
“Ya sudah aku dan Bapak mu juga jelas jelas tidak akan datang, buat apa coba datang.. mending makan nasi dengan ikan asin di rumah lebih enak dari pada makan di acara pernikahan itu..” ucap Nenek sambil membuka kantong plastik yang dibawa Ariana, dia pun juga membantu Ariana menawarkan barang barang dagangan itu pada tetangga dan teman temannya..
“Rumi di mana Bu?” tanya Ariana selanjutnya.
“Tidur Ar sama Kakeknya. Nanti sore akan diajak Kakeknya ke lapangan ada pasar malam, senang nya bukan main dan habis makan siang tadi dia terus tidur.. oo ya.. obat dan susu nya hari ini habis loh Ar.. besok pagi sudah tidak ada obat untuk Rumi, nanti kalau capek kamu sudah hilang, pergi lah ke apotik beli obat nya..”
DEG
Jantung Ariana terasa mau berhenti mendengar obat Arumi habis.. karena uang nya belum cukup untuk membeli obat Arumi meskipun untuk separo resep saja, karena Ariana harus siap dana satu juta dua ratus hanya untuk beli separo obat Arumi. Meskipun Ariana sudah menyiapkan dengan bekerja sampingan berjualan dan sudah pula pinjam uang koperasi. Gali lobang tutup lobang sudah dilakukan oleh Ariana sejak Respati tidak mau keluar biaya untuk obat Arumi yang mahal. Harga obat Arumi satu resep penuh sekitar empat juta rupiah asuransi hanya menanggung 40 persen saja.
“Iya Bu...” jawab Ariana singkat tidak ingin membuat Ibu nya kepikiran.
“Aku keliling dulu menawarkan barang barang itu, kalau laku uang nya aku pakai dulu, bisa buat tambah beli obat Arumi dulu...” gumam Ariana di dalam hati sambil terus melangkah ke kamar nya..
Akan tetapi sesaat dia berpapasan dengan Sang Bapak..
“Ar datang lah di acara sidang kamu, perjuangkan hak Arumi untuk mendapatkan nafkah dari Ayah kandungnya, juga hak kamu atas rumah yang kamu juga ikut keluar uang untuk membeli rumah itu.” ucap Bapaknya Ariana..
“Percuma Pak, pasti tidak mau dengan banyak alasan, andai hakim memberi keputusan Arumi mendapatkan nafkah, pasti juga tidak iklas dan akan mengundat undat tentang itu sampai Arumi dewasa.. kasihan Arumi, Pak.. biar saja Arumi menjadi tanggungan ku Pak... maaf jika aku dan Arumi merepotkan Bapak dan Ibu..” ucap Ariana yang kedua mata berkaca kaca karena sebenarnya tidak tega masih memberi beban pada kedua orang tua nya..
“Ya sudah kalau begitu mau kamu.. aku dan ibu kamu iklas dan senang jika masih bisa membantu anak dan cucu, Ar... jangan begitu kamu pikirkan.. “ ucap Bapaknya Ariana..
“Terima kasih Pak...” ucap Ariana dan selanjutnya dia masuk ke dalam kamar nya..
Setelah sembahyang dan makan siang Ariana segera akan pergi lagi sambil membawa barang barang dagangan nya..
“Bu, nanti kalau Arumi bangun dan menanyakan aku, katakan aku sedang keliling jualan ya Bu.. “ ucap Ariana pamit pada Ibu nya..
“Iya Ar, hati hati ya.. nanti juga Ibu bantu jual kan itu barang barang kalau masih sisa.. syukur syukur kalau sudah laku semua.. “ ucap Ibu nya Ariana.
“Aamiinnn Bu.. semoga laku semua, Ibu sudah membantu merawat dan menjaga Arumi itu sudah sangat membantu aku.. maaf ya Bu.. aku belum bisa membahagiakan Ibu malah masih merepotkan Ibu...” ucap Ariana dengan tulus dia sebenar nya juga tidak sampai hati membebani kedua orang tua nya yang sudah di masa pensiun yang seharusnya beristirahat menikmati hari tua nya dan melihat anak cucu hidup bahagia, tetapi kenyataan yang dihadapi lain, adiknya juga masih butuh biaya kuliah ditambah lagi dirinya dan anaknya numpang.
“Ibu tidak repot kok Ar, Ibu dan Bapak kamu malah senang Arumi di sini, sudah jangan kamu bersedih.. kalau bersedih orang jualan tidak laris...” ucap Sang Ibu sambil mengusap usap pundak Ariana..
Ariana menaruh barang dagangannya pada motor tua nya..
“Hati hati Ar bawa nya, jangan sampai jatuh..” pesan sang ibu saat Ariana mulai menyalakan mesin motor nya..
“Iya Bu... assalamualaikum ...” ucap Ariana dan mulai melajukan motornya pelan pelan.
“Waalaikumsalam....” ucap Sang Ibu..
Ariana terus melajukan motor nya, tujuan pertama nya ke rumah guru Sekolah Dasar nya dulu yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Beberapa menit kemudian motor Ariana berhenti di depan sebuah rumah yang berpagar tembok dan besi baja. Setelah memarkir motornya Ariana mengambil kantong plastik besar dan tebal yang berisi barang dagangan..
“Assalamualaikum......” suara Ariana agak keras..
“Wa alaikum salam.... “ suara seorang perempuan dari dalam rumah..
Tidak lama kemudian muncul sosok perempuan setengah baya memakai kaca mata dan memakai baju daster.. Ariana menarget nya untuk jadi pembeli karena sudah tahu Ibu guru nya itu penyuka baju daster jika di rumah.
“Ariana ya?” ucap perempuan setengah baya itu yang tidak lain adalah Ibu Guru Ariana jaman masih masih sekolah dasar. Dulu dia juga yang membantu Bapak nya Ariana masuk bekerja sebagai penjaga sekolah.
“Iya Bu Retno...” ucap Ariana dengan santun..
“Apa kabar kamu Ar?” ucap Bu Retno sambil membukakan pintu pagar..
“Alhamdulillah saya sehat Bu, semoga Bu Retno dan keluarga juga sehat sehat.” Ucap Ariana sambil menjabat tangan Bu Retno dan mencium punggung tangannya.
“Alhamdullilah...” ucap Bu Retno sambil tersenyum.
“Dan terus terang saja Bu.. perekonomian saya yang tidak sehat masih sebagai tenaga honorer Bu, maka saya datang ke sini mau menawarkan barang dagangan. Mungkin Bu Retno perlu baju daster untuk ganti...” ucap Ariana to the point karena dia juga mengejar waktu jika Bu Retno tidak membeli dia akan segera pamit dan pergi ke target sasaran pembeli lainnya, berharap sore ini ada uang di tanganya yang cukup untuk membeli obat anaknya, meskipun hanya separo resep.