NovelToon NovelToon
Pelarian Cinta Termanis

Pelarian Cinta Termanis

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Anandhita

Terjebak dalam badai cinta yang penuh intrik dan pengkhianatan, Rasmi dan Daud harus menghadapi ujian tak terduga ketika jarak dan pandemi memisahkan mereka.

Selang dua minggu pernikahan, Rasmi dan Daud terpaksa tinggal terpisah karena pekerjaan. Setelah dua tahun mengadu nasib di negeri seberang, Daud pun pulang ke Indonesia. Namun, sayangnya Daud kembali di tengah wabah Covid-19. Daud dan Rasmi pun tak dapat langsung bertemu karena Daud terpaksa harus menjalani karantina. Satu minggu berlalu, kondisi Daud pun dinyatakan positif covid. Rasmi harus kembali berjuang melawan rindu serta rahasia gelap di balik kepulangan sang suami.

Dalam konflik antara cinta, kesetiaan, dan pengkhianatan, apakah Rasmi dan Daud mampu menyatukan hati mereka yang terluka dan memperbaiki ikatan yang hampir terputus? Ataukah sebaliknya?

Temukan kisah mendebarkan tentang perjuangan cinta dalam novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Anandhita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ide Terlarang

"Mbak, Mbak bangun, Mbak! Hujannya makin kenceng, mari kita pindah ke dalam gedung!"

Sayup-sayup Rasmi mendengar seruan seseorang, tetapi matanya terasa begitu lengket terpejam hingga ia kesulitan merespons.

"Ada apa, Bu?" tanya Rasmi dengan suaranya yang parau sambil melawan kantuk yang membelenggu. Mata Rasmi mengerjap-ngerjap, merasakan cipratan demi cipratan air yang mengenai wajahnya.

"Cepat pindah, Mbak! Hujannya semakin deras!" seru wanita tua berkerudung biru tersebut.

Seketika Rasmi terbangun, menyadari situasi yang kini terjadi. Sebagian kardus yang ia gunakan sebagai alas berbaring pun tampak sudah basah terkena air hujan. Ah, bisa-bisanya ia tetap terlelap padahal tubuhnya terancam basah kuyup.

"Di sini lebih aman, Mbak. Tapi, sayangnya kita tidak punya kardus cadangan. Semuanya sudah basah," ujar wanita tua tadi.

Rasmi hanya bisa menatap kosong, lalu menyisir area yang minim pencahayaan ini. Rupanya, lantai dasar gedung bertingkat ini sempat dijadikan pasar tradisional, terlihat dari deretan kios yang tertutup rapat oleh rolling door. Posisi Rasmi kini berdiri tepat di bawah tangga.

Untungnya, di saat seperti ini ia tidak benar-benar sendiri, sebelum tidur di teras tadi ia sempat berkenalan dengan salah satu pengunjung yang ternyata memiliki tujuan serupa.

Wanita tua di hadapannya ini mengaku sudah dua hari berada di sini, demi untuk menjemput putri semata wayangnya yang bekerja di luar negeri. Namun, hingga detik ini ia belum mendapat kabar yang pasti.

Petugas setempat tidak dapat menjelaskan secara rinci perihal keadaan di dalam sana, hanya meminta pengertian pihak keluarga untuk menunggu tanpa menyediakan tempat yang layak.

"Tidak apa-apa, Bu Yanti. Yang penting kita tidak kehujanan," kata Rasmi coba menenangkan. Wanita tua yang Rasmi panggil Bu Yanti itu pun mengangguk lemah, lalu menarik tangan Rasmi agar duduk berdampingan dengannya.

"Ibu saja," kata Rasmi, menolak. "Saya mau mencari info dulu. Siapa tau ada petugas yang bisa ditanyai." Rasmi mengatakannya sambil tersenyum ramah, lalu berjalan sedikit menjauh.

Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari saat Rasmi memeriksa ponsel berharap Daud kembali mengabarinya. Namun, nyatanya sama sekali tidak ada riwayat telepon atau bahkan pesan sekalipun.

"Aku tau kamu melarangku kemari, Mas. Tapi, setidaknya kamu mau menemaniku melalui sambungan telepon, atau ... sekadar mempertanyakan keadaanku saat ini. Apa yang kamu lakukan di atas sana, Mas Daud?" monolog Rasmi di dalam hati.

Entah mengapa dadanya mendadak nyeri, hingga terasa ngilu dan sesak.

Tidak ada larangan resmi bagi pihak keluarga yang ingin menjemput sanak-saudaranya. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang dari segala penjuru negeri. Di dalam gedung memang terbilang sepi, tetapi di luar sana Rasmi dapat melihat semua aktivitas para petugas, dan mobil-mobil jemputan yang masih berdatangan.

Kurang lebih dua tahun lamanya wabah korona merajalela di tanah air, pemerintah pun sigap memberlakukan lockdown. Menutup akses kedatangan dan keberangkatan baik jalur darat maupun udara. Guna membendung virus mengerikan tersebut. Kini, setelah situasi mulai mereda da kondusif, jalur transportasi pun beroperasi kembali seiring protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Jadi, wajar saja bukan jika semua orang sudah tak sabar ingin bertemu kerabat karena terlampau rindu? Termasuk Rasmi.

Sebetulnya, di awal Daud pun tentu merasakan perasaan serupa. Namun, dalam sekejap isi pikirannya telah tergantikan oleh sosok Eva. Ia merasa iba, lalu kemudian timbul keinginan untuk melindungi sang wanita serta putra kecilnya. Lambat laun, baik Eva maupun Ziel, berhasil memasuki relung terdalam di hati Daud. Membuat pria itu seolah lupa akan janji setianya terhadap sang istri.

Bahkan kini, bagi Daud menyentuh tubuh Eva meberikan candu yang berbeda. Segalanya terasa jauh lebih nikmat dan indah jika dilakukan bersama sang janda muda.

Deru napas Eva yang memburu saja terdengar syahdu di telinga Daud, kala ia menjamah setiap inci tubuhnya. Rasanya sekali permainan saja tak cukup, Daud bahkan mencuri-curi kesempatan di tengah tidur pulas semua orang.

Setelah mereka melakukannya di kamar mandi tadi, Daud kembali menyentuh Eva di atas tempat tidur, meski sesekali harus sambil memastikan keadaan bahwa pria asing yang satu kamar dengan mereka benar-benar terlelap.

Situasi dan kondisi rupanya tengah berpihak pada Daud dan Eva. Sebab, pria asing itu tampak tak terganggu dan damai dalam tidurnya.

"Kamu nakal banget, sih, Mas," ucap Eva pelan sembari mengelus kepala Daud yang bertengger di atas dada polosnya. Permainan mereka sudah selesai, tetapi Daud masih begitu manja dan menempel padanya. Seakan enggan menyudahi semua.

"Tapi kamu suka, kan?" balas Daud. "Sensasinya luar biasa kalau sambil curi-curi kesempatan begini."

Eva hanya bisa mengangguk, lalu mengukir senyum sambil menatap pergerakan Daud yang menarik diri dari tubuhnya.

Tak lama, terdengar tarikan napas halus dari Daud, Eva pun perlahan bangkit dan memakai kembali pakaiannya.

"Tidur yang nyenyak, Mas!" ucap Eva. Wanita itu menggulung rambut panjangnya ke atas, lalu berjalan mengendap-ngendap keluar kamar.

"Maaf, tapi aku harus melakukan ini," bisik Eva sambil menutup pintu kamar sepelan mungkin.

"Bagaimanapun caranya, aku harus segera menukar sample darah Mas Daud dan laki-laki asing itu." Eva yakin betul, bahwa kondisi pria berkepala pelontos di dalam sana tidak baik-baik saja karena ia sempat mendapati hidung si pria mengeluarkan cairan merah.

Ide terlarang itu muncul begitu saja setelah ia mengetahui istri sah dari Daud datang kemari. Apa pun yang terjadi, ia tidak ingin berpisah dengan laki-laki itu. Dan untuk memuluskan rencananya, sebagian darah pria asing yang diyakini positif covid itu akan ia campur sebagian dengan sample darahnya.

Maka dengan begitu, Daud dan dirinya akan terus bersama, lanjut dikarantina di suatu tempat yang lumayan jauh.

Di luar sana, hujan pun mulai reda. Tepat di saat itu, Rasmi melihat seorang petugas berseragam TNI tengah berjaga di dekat pintu keluar. Rasmi buru-buru menghampiri sebelum laki-laki bertubuh tegap itu kembali bergerak.

"Selamat malam, Pak, permisi numpang tanya," seru Rasmi dengan nada ramah.

"Ya, ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya petugas tersebut sambil membalikkan tubuhnya ke arah Rasmi.

"Kalau boleh tau, apa malam ini ada jadwal kepulangan yang masuk ke sini seminggu lalu? Suami saya salah satu dari mereka yang harusnya keluar hari ini, Pak, tapi sampai detik ini saya belum dapat kabar lagi," jelas Rasmi.

"Mohon ditunggu sampai besok siang, ya, Bu! Setahu saya, hasil lab-nya akan keluar sekitar pukul sembilan pagi."

Tanpa sadar, Rasmi membuang napas lega. Akhirnya ia dapat kepastian dan semakin tidak sabar menjemput hari esok tiba.

Mas, akhirnya kita akan bertemu. Setelah sekian lama terpisah oleh jarak dan waktu. Aku ingin menghambur ke dalam pelukan hangat yang selalu menjadi favoritku, melepaskan segala kerinduan yang membelenggu.

1
Sunaryati
Suka, ini tak kasih bintang 5 , tolong up rutin
Sunaryati
Ceritanya bagus buat deg- degan bacanya, ikut merasakan sakit hati dan marahnya Rasmi. Lancarkan proses perceraian Daud dan Rasmi, Rasmi bisa mengamankan rumahnya dan jika perlu penjarakan Daud karena membawa uang dan perhiasan Rasmi serta menikah lagi tanpa izin istri pertama
Sunaryati
Segera terbongkar pengkhianatan Daud, shg ada alasan Rasmi menggugat cerai
Yuli
nyesek bgt thor 😩 tapi aku suka
Yuli
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!