Pelarian Cinta Termanis

Pelarian Cinta Termanis

Ujian Sang Pengantin

Hembusan angin malam menyelinap masuk melalui jendela terbuka, menciptakan suasana hangat dan intim di dalam kamar yang dipenuhi cinta.

Rasmi dan Daud yang baru saja menyelesaikan keintiman mereka sebagai sepasang suami istri, saling berpelukan dalam keheningan yang penuh makna. Mata mereka beradu, memancarkan kebahagiaan dan cinta yang tak terbantahkan.

Sementara napas keduanya masih tersengal disertai peluh yang bercucuran.

Daud, dengan sorot mata yang tampak penuh cinta, mencium lembut kening Rasmi sambil tersenyum penuh arti. "Terima kasih, Ras, untuk segalanya. Aku menyayangimu lebih dari apa pun di dunia ini," ucapnya dengan suara parau yang penuh emosi.

Rasmi membalas pelukan Daud dengan erat, merapatkan dirinya dalam dekapan hangat sang suami, merasakan kekuatan emosi yang mengalir di antara mereka.

Namun, kebahagiaan mereka terhenti ketika Daud tiba-tiba menyinggung perihal keputusannya untuk pergi.

"Ras, sudah waktunya Mas berpamitan, pesawat Mas empat jam lagi take off. Mas harus siap-siap," ujar Daud dengan suara yang penuh penyesalan.

Meskipun Rasmi sudah mengetahui bahwa hari ini suaminya akan pergi ke luar negeri, nyatanya mendengar lagi dari mulut Daud secara langsung membuat hatinya kembali sesak.

Pernikahan mereka baru terhitung dua minggu, tetapi mau tak mau Rasmi harus rela melepas kepergian sang suami untuk bekerja.

"Baiklah, Mas," balas Rasmi lirih, mencoba menahan air mata yang ingin meluncur dari sudut matanya.

Rasmi hendak beranjak dari kasur, tetapi Daud buru-buru menyentuh kedua bahu sang istri, lalu menyentuh pipi putih itu dengan gerakan lembut.

"Cukup nangisnya, ya. Dari kemarin air mata kamu tumpah terus. Nanti mata cantik ini bengkak lagi, hem!" tuturnya. Kemudian melabuhkan kecupan ringan di kedua kelopak mata Rasmi secara bergantian.

Bukannya tenang, justru Rasmi kian terisak. Napasnya tersendat-sendat karena sekuat tenaga menahan diri agar tangisnya tidak pecah.

Beberapa hari lalu, Daud menjelaskan bahwa ia telah mendapat kesempatan untuk bekerja di Malaysia sebagai mandor proyek konstruksi. Meskipun posisinya sebagai mandor, tugas sebagai buruh bangunan tetap menantinya di sana.

Perpisahan yang mendadak ini menjadi ujian pertama bagi pernikahan mereka, di mana jarak dan waktu akan menjadi rintangan besar yang harus dihadapi.

"Hei ..., Sayang." Daud merengkuh kembali sang istri. "Kepergian Mas hanya sementara, Ras. Bukan selamanya. Lagipula ... Mas ke sana, kan, untuk bekerja. Menjalankan kewajiban Mas dalam upaya mencari menafkah. Semua demi dirimu, Ras. Demi masa depan kita ... terutama demi kebahagiaan kamu. Jadi, daripada terus larut bersedih, lebih baik kamu doakan Mas agar selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa."

Kepala Rasmi mendongak, menatap suaminya dengan mata penuh air mata. Ia cepat-cepat menyekanya kemudian mengusap lembut jambang halus sang suami. "Mas Daud adalah suamiku, kebahagiaanku. Di mana pun Mas berada, Mas harus selalu baik-baik saja. Nama Mas selalu kulangitkan di setiap untaian doaku."

"Terima kasih, Sayang!" Daud menciumi kepala Rasmi secara bertubi.

Waktu berlalu, Rasmi dan Daud pun berangkat menggunakan taksi menuju bandara. Dalam dekapan terakhir sebelum perpisahan, sepasang suami istri itu saling bertukar janji, bahwa cinta dan kesetiaan mereka akan tetap ada meskipun terpisah jauh.

"Jaga dirimu baik-baik, Ras. Kamu akan selalu berada di hati Mas, semoga kamu pun begitu. Bisa menjaga fitrahmu sebagai seorang istri selama Mas tak ada di rumah. Mas pasti bakalan kangen kamu." Daud menangkup wajah Rasmi dengan tatapan teduh, tenang, dan dalam. Seakan mampu menenggelamkan diri Rasmi hingga terperangkap bersama kerinduan.

Rasmi hanya bisa mengangguk lemah, tenggorokannya serasa tercekat hingga ia tak mampu membalas pesan cinta dari suaminya. Keduanya berdiri berhadapan di tengah ramainya lalu-lalang para pengunjung bandara.

"Jangan terlalu lama bersedih, hem! Begitu pekerjaan Mas selesai, Mas janji akan segera pulang, lalu kita akan kembali berkumpul dan menikmati bulan madu kita yang tertunda."

Lagi-lagi Rasmi hanya mengangguk. Ia menciumi telapak tangan sang suami secara bergantian ketika masih menempel di kedua sisi pipinya, yang kemudian dibalas dengan pelukan erat oleh Daud.

Malam itu, bandara internasional tanah air menjadi saksi segala bentuk janji manis, air mata Rasmi yang mengalir, dan tatapan penuh penyeselan Daud.

Rasmi hanya mampu berdiri sambil terus menatap nanar punggung sang suami yang kian menjauh, ditemani angin kencang kota Jakarta yang mengacak-acak rambut hitam panjang miliknya.

Selagi sang suami berjuang mengais rezeki, Rasmi di rumah tak tinggal diam. Ia rajin menyisihkan sebagian uang nafkah yang rutin tiap bulan Daud kirimkan. Menyimpannya di rekening khusus untuk kebutuhan mendesak di lain waktu.

Secara perlahan, finansial mereka pun meningkat. Rasmi tak perlu risau akan kekurangan uang. Semua berjalan dengan mulus tanpa adanya rintangan berarti.

......................

Enam bulan kemudian, Daud memang sempat pulang, tetapi tak sampai satu minggu pria berparas tampan itu kembali berangkat lagi meninggalkan sang istri yang dirundung kesepian.

Dalam rentang waktu Daud berada di Indonesia pun, ia masih tetap disibukkan dengan pekerjaannya melalui laptop. Alhasil, bulan madu impian yang Daud janjikan pun belum jua dapat terealisasikan.

Tak terasa, jatah libur Daud pun habis. Otomatis keduanya harus berpisah lagi. Meski ini bukan pertama kalinya, tetapi entah mengapa kali ini hati Rasmi sungguh berat melepas sang suami. Sampai-sampai Daud harus menenangkan dan meyakinkan Rasmi berkali-kali.

Namun, Rasmi seolah enggan berpisah, dan malah semakin merapatkan pelukan.

Terakhir kali mereka berpisah, Daud tak henti-hentinya menggaungkan kata cinta sambil memeluk bahkan mengecupnya. Rasmi pun tak pernah bosan mendengar, sepenuh hati ia menyambut perilaku manis itu. Di sini, di tempat yang sama ini. Disaksikan oleh para pengunjung.

Akan tetapi, entah kenapa perpisahan kali ini tak sehangat sebelumnya, tak semanis perlakuan Daud kala meninggalkannya untuk pertama kali.

Walau perasaan Rasmi menjadi tak nyaman, tetapi waktu terus berjalan dan ia tak ada kesempatan untuk membahas perasaannya itu.

Daud pun akhirnya pergi, menyisakan banyak tanya yang bersemayam di dalam dada Rasmi.

Seperti memang firasat seorang istri tak pernah salah. Setelah Daud beberapa bulan di Malaysia, ia pun akhirnya memberi kabar akan segera pulang.

Jikalau tidak meleset, menurut jadwal Daud akan kembali lagi ke Indonesia tepat setelah pergantian tahun 2018-2019.

Namun, takdir sepertinya kurang puas menguji biduk rumah tangga Daud dan Rasmi. Jatah libur Daud terpaksa diundur lantaran ada kendala serius mengenai pekerjaan laki-laki berusia 34 tahun itu di negara tetangga.

Suami dari Rasmi itu pun jadi semakin sibuk, hingga berimbas pada komunikasi keduanya yang semakin berkurang.

Rasmi sempat mengeluh, tetapi hanya sebatas di dalam hati. Tidak tega rasanya jika ia terus merengek sementara sang suami lelah bekerja. Pada akhirnya, ia hanya mampu kembali bersabar, menerima takdir Tuhan dan mendoakan kesehatan dan keselamatan suaminya.

Sampai akhirnya wabah covid -19 melanda seluruh dunia, merebak hingga ke penjuru tanah air. Covid-19 atau korona virus 19 yang disebabkan oleh SARS-COV-2, suatu penyakit dengan risiko penularan cukup tinggi yang menyerang sistem pernafasan, demam tinggi, bahkan mampu melumpuhkan hingga merenggut nyawa orang-orang terkasih.

Lantaran pandemi inilah, mengakibatkan perekonomian negara melemah, berimbas pada setiap usaha tak pandang bulu. Mulai dari pedagang kecil hingga perusahaan besar sekalipun. Termasuk perusahaan tempat Daud bekerja.

Finansial Daud dan Rasmi pun turut goyah, proyek pembangunan yang dijalankan Daud tersendat karena perusahaan terpaksa melakukan PHK besar-besaran. Meski bukan termasuk salah satunya, tetapi Daud justru kian kualahan. Pekerjannya menjadi lebih berat dengan gaji yang justru mengecil.

Daud mulai membatasi, mengurangi, bahkan pernah tidak mengirimkan uang bulanan. Sebagai seorang istri, Rasmi tentu cukup tertekan. Ia yang sejak dulu terbiasa hidup berkecukupan, kini harus pintar-pintar menggunakan uang.

Terpopuler

Comments

Yuli

Yuli

lanjut thor

2024-08-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!