Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 35
MENCARI SESUATU
Grace memperhatikan isi dalam kamar yang sangat indah, luas dan sangat harum serta bersih. Semua barang di sana tersusun rapi dengan dekorasi mewah modern bercampur vintage sangatlah klasik dan cocok.
“Kau pasti suka tinggal di kamar ini!” ucap Maida sedikit bernada bak sindiran.
Grace menoleh ke wanita tua itu sehingga mereka saling beradu pandang. “Apa Bibi tahu tentang Vin?”
“Tuan Vincent.” Tegas Maida membenarkan ucapan Grace ketika menyebut nama majikan sekaligus pemilik Mansion saat ini.
Wanita cantik dengan kemeja putih itu mendengus kesal seraya mengangguk faham. “Ya. Maksudku Tuan Vincent. Apa kau mengetahui sesuatu tentangnya?” tanya Grace sangat serius.
Maida menyipitkan matanya, menatap penuh curiga. “Kenapa kau bertanya?” tanya balik wanita itu malah membuat Grace berputar-putar. Dia hanya ingin tahu tentang kehidupan Vincent saja, atau masa lalu nya.
“Hanya sekedar bertanya saja.” Jawab Grace asal.
Maida tak percaya begitu saja. Wanita tua itu berjalan mendekati Grace yang kini tertegun menatapnya. Kini jarak Maida begitu dekat, tatapan tegasnya selalu berhasil membuat lawan bicaranya terbungkam namun Grace masih mencoba tenang.
“Jika kau ingin tahu sekali. Kenapa kau tidak bertanya langsung saja kepada orangnya, bukankah kau maid yang pemberani, melawan sang majikan. Maka tanyakanlah sendiri kepadanya.” Ujar Maida masih menatap tegas.
Grace tak ingin emosi karena ucapan Maida juga ada benarnya. Namun yang membuatnya malas bertanya langsung adalah— jika saja Vincent mau mengatakannya, maka itu akan mudah.
Maida kembali mundur namun sorot matanya masih ke Grace. “Jika kau ingin sesuatu maka keluarlah, dan iya... Sekarang kau sudah menjadi maid pribadi tuan Vincent, jadi ada baiknya kau bersikap baik layaknya seorang maid jika tidak aku sudah memperingatimu garis keras. Kau bisa mati di sini.” Jelas Maida kau berjalan pergi.
Grace sudah mendengarnya bahkan dia juga hampir mati karena Vincent.
Tangan Grace bergerak mengusap lehernya yang terasa gerah. “Tak ada gunanya jika kau melawan mereka Grace. Ikuti saja alurnya.” Ujar wanita itu pasrah menoleh ke kanan dan kiri lalu melangkah ke kamar mandi.
...***...
“Selamat sore Tuan!” sapa para karyawan di perusahaan Vincent Global Vincent. Pria itu tak membalasnya dan tetap berjalan lurus dengan sorot tajam seperti biasa.
Sampai di depan ruangannya, langkah Vin berhenti. “Tunggu di sini.” Pinta pria itu kepada Jack yang sedari tadi mengikutinya dengan setia.
Pria itu menurut, mengangguk faham. Setelah itu barulah Vin masuk ke dalam.
“Selamat datang Tuan Vincent!” sapa Ben, manager perusahaan yang mengambil ahli di saat Vincent tidak datang dan begitulah pekerjaannya.
Melihat kehadiran pria tersebut di sana, Vincent sangat mempercayainya. “Bagaimana keadaan di sini?” tanya pria itu yang kini berdiri menatap dinding transparan sehingga memperlihatkan keindahan tengah kota.
Sementara Ben berada di belakang bosnya.
“Semuanya berjalan lancar. Kerjasama juga masih terjalin baik!” ujar Ben yakin. Tak ada tanda-tanda mencurigakan dari tatapan serta ucapan Vincent saat ini.
“Bagaimana dengan mereka semua?” seketika Vin menoleh ke kiri hingga siluet garis wajahnya nampak jelas, hidung mancungnya serta rahangnya yang tegas.
Ben berjalan maju hingga berdiri sejajar dengan bosnya.
Keduanya sama-sama menatap lurus. “Semuanya sudah diurus! Mereka masih tidak ada yang tahu bahwa kita sudah mengetahuinya. Hanya tinggal tunggu waktu saja Tuan.” Jelas pria tampan berkulit putih itu.
Bibir Vin tersungging kecil sambil mendongak puas. “Aku tidak sabar menunggu wajah ketakutan mereka. Aku tidak menyukai kebohongan apalagi menyusup ke dalam Mansion ku.” Ujar Vin yang masih di dengar baik oleh Ben.
“Tapi soal pria itu— ” Ben menghentikan ucapannya sehingga Vin menoleh ke arahnya dan menunggunya. Kontak mata mereka menunjukkan bahwa kini mereka tengah sama-sama membicarakan seseorang yang sama, seseorang yang mereka curiga.
“Selidiki saja dia secara diam-diam. Aku tahu Sam mengirim orangnya padaku. Aku tidak suka gegabah jadi lakukan saja rencana kita.” Ujar pria itu melangkah pergi setelah berbincang ringan namun cukup serius.
Jika sudah menyangkut perbincangan ke pria bernama Sam, maka Ben sangat yakin tuannya itu tak begitu suka sehingga melengos pergi setelah memberi perintah. Ya! Sam Casas— Remember that!
Vincent berhenti sekilas dan menoleh ke arah Ben. “Beritahu istrimu untuk tetap menjaga sikap, dia sedikit ceroboh dengan lisannya.” Setelah itu Vincent keluar ruangan.
Ben yang masih berdiri di sana menghela napas beratnya. “Dasar Zea!” lirihnya lelah jika harus berurusan dengan istrinya yang cerewet itu.
Melihat bos-nya baru saja keluar dari ruangan, Jack langsung menghampirinya.
“Antar aku pulang.” Pinta Vin.
“Anda tidak jadi ke hotel?”
“Tidak. Aku ingin mencari urusan dengan maid ku!” jawab Vincent menyeringai kecil.
...***...
Selesai mandi, Grace memilih pakaian yang sudah tersedia di lemari hitam dengan ukuran besar, itu berada di dalam ruang ganti. Ada cermin cermin sebesar dinding di belakang Grace berdiri.
“Hidup yang sangat mewah.” Gumam Grace sangat tidak begitu menyukainya.
Wanita itu memilih pakaian, semuanya nampak terbuka ala wanita Barat, namun ada juga yang tertutup. Tak ada pilihan lain, Grace memilih pakaian sederhana namun sayangnya itu lebih ke elegan tapi itu tertutup bagaimana lagi.
Selang beberapa menit setelah berganti, Grace memberanikan diri untuk keluar dari kamar. Wanita itu tak tahu harus pergi kemana, selera makannya hilang hanya karena mencium kembali aroma khas menyegarkan Mansion VincentDo.
Di saat para maid hanya menatapnya sinis, namun hanya ada satu maid yang menghampirinya. “Ingin sesuatu?” tanya Sia— si maid berkulit sawo matang.
Sejak awal melihat Sia, Grace merasa curiga, pasalnya wanita itu sedikit cuek tapi kenapa sekarang dia berubah dengan senyumannya.
“Tidak, terima kasih!” jawab Grace melangkah pergi namun bukannya pergi, Sia malah mengikutinya sampai ke lorong menuju ruang api unggun.
“Maksudku... Sesuatu yang lain!” langkah Grace berhenti, ia berbalik badan dan menoleh ke arah maid tadi dengan kerutan di alisnya.
“Kau wanita satu-satunya yang akan mendampingi tuan Vincent! Welcome, Grace!”
Entah apa maksudnya, Grace hanya menatap bingung kepergian Sia yang tersenyum miring. -‘Ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Aku sangat yakin.’ Batin Grace menatap tajam.
Dengan langkah cepat wanita itu segera menuju ke ruang perapian, mungkin saja ada foto keluarga atau sesuatu yang mencurigakan dari seorang mafia seperti Vincent.
Sampai di sana. Langkah Grace bersamaan dengan roda mobil Vin yang baru saja masuk ke kawasan Mansion nya.
“Aku akan temukan sesuatu. Apa yang kau sembunyikan dariku dan yang lain, Vincent.” Ketus Grace yang mulai mencari disetiap laci kosong hingga menekan-nekan dinding di sana berpikir bahwa dibalik dinding mungkin ada tombol rahasia di sana.
Degupan Grace berpacu cepat saat dia masih gagal menemukan sesuatu. Namun ada satu lukisan yang cukup mencurigakan. Sebuah lukisan seperti tembok China klasik dengan cat hitam putih abu-abu. Ukurannya cukup besar.
Grace mendekati lukisan indah itu, jari lentiknya menyentuh lukisan 3 dimensi yang nampak hidup.
“Apa yang kau cari?” tiba-tiba suara khas dari seorang pria yang ia kenal, muncul begitu saja dari arah belakang.