Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehamilan rahasia 2
...ΩΩΩΩΩ...
Gladys merasakan cengkeraman pada lengannya yang sangat kuat. Ia berusaha untuk melawan, hingga tiba-tiba, Ia terbangun dan kembali tersadar.
"Tidak,"
Gladys berteriak degan sekujur tubuhnya yang basah oleh keringat.
Matanya melihat ke sekeliling ruangan dan baru sadar jika ia hanyalah bermimpi.
"Jadi, itu mimpi?" dengan nafas yang naik turun, Gladys berfikir bagaimana bisa mimpi terlihat seperti nyata.
"Kak, kau sudah bangun?" Suara lembut itu tiba-tiba terdengar dari arah depannya. Gladys mendongak hingga dapat melihat dengan jelas jika Nathan dan Clara sudah berdiri di hadapannya saat ini.
"Syukurlah, Aku terus mengkhawatirkan mu sejak tadi."
mereka, Kenapa mereka ada di sini?
Kemudian Gladys baru merasakan sesuatu yang berbeda, ternyata di dalam ruangannya sudah sangat ramai dengan adanya Nathan dan Juga Clara.
"Sedang apa kalian di sini?"
Gladys berusaha untuk memperbaiki posisinya, Ia juga baru sadar jika ada seseorang yang sudah merubah posisinya menjadi tidur terlentang di atas sofa.
"Bagaimana keadaanmu?"
Kini, gantian Nathan yang menanyakan keadaannya. ia bahkan sudah menghubungi Adiknya Nia untuk segera meluncur ke sana demi memeriksa kondisi Gladys.
"Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir!"
Jawaban Gladys sekali lagi membuat Nathan kecewa. Wanita itu terkesan mengabaikan kesehatannya sehingga kondisinya semakin mengkhawatirkan.
"Bagaimana bisa kau bilang jangan khawatir, jika suhu tubuhmu setinggi ini?"
Nathan sedikit meninggikan suaranya agar Gladys tak lagi mengabaikan kesehatannya.
Namun justru kondisi itu membuat Clara menatapnya dengan curiga, entah bayangan Nathan mulai tertarik pada Kakaknya seketika membuat Clara menjadi cemas.
"Kak, jangan membentaknya!"
Clara mencoba menenangkan Nathan, dengan mengelus bahunya.
Namun kejadian itu hanya berlangsung sebentar akibat kemunculan Nia, yang tiba-tiba dari arah pintu dengan berlari.
"Glad,"
"Ah, akhirnya kau datang juga!"
Nathan menghampiri Nia, yang tengah berjalan cepat menuju ke arah sofa di mana tubuh lemah Gladys terbaring di sana.
Tanpa sadar Nathan lagi-lagi mengabaikan keberadaan Clara, yang sempat mencoba menenangkannya tadi.
"Nia, kau datang...."
Gladys nampak mengedipkan matanya beberapa kali dengan panik, seketika ia jadi ketakutan dengan kedatangan Nia di sana.
Ia takut jika Nia akan mengetahui rahasia yang tah ia sembunyi kan beberapa hari ini, jika sampai adik iparnya itu memeriksa kesehatannya.
"kau sakit? kenapa tidak datang ke rumah sakit untuk berobat? ya, setidaknya kau, menghubungi ku!"
Nia terlihat sigap mengeluarkan beberapa alat pemeriksaan nya untuk segera memeriksa kondisi Gladys.
"Aku hanya masuk angin biasa, Nia."
"Tidak, cepat periksa dia! bila perlu kita bawa dia ke rumah sakit sekarang juga!"
Ucap Nathan dengan nada perintah. dan itu tandanya warning bagi semua yang ada di sana untuk tidak membantahnya lagi.
Sedangkan Gladys, di buat semakin panik dengan kata rumah sakit. menurutnya tempat itu adalah tempat yang paling mengerikan untuk dirinya saat ini.
Tidak, dia tidak bisa ke rumah sakit.
Jika dia ke rumah sakit, kehamilannya pasti akan ketahuan.
Mungkin terdengar konyol, tetapi dia tidak ingin seorang pun tahu tentang anak ini. dia ingin mempertahankan sedikit harga dirinya yang tersisa.
Meskipun Gladys tau sejak ia menyetujui pernikahan palsu itu dengan Nathan, harga dirinya sudah hilang.
Sekarang di hadapan Nathan pula. Juga di hadapan wanita yang di cintai pria itu, harga diri mana yang ingin dia pertahankan?
Gladys mengikuti pergerakan Nia yang ingin menempelkan stetoskop pada dadanya. nafasnya mulai tercekat dan bodohnya itu membuat Nia semakin curiga.
"Glad, Are you oke?" Setelah selesai memeriksa keadaan Gladys, Nia hanya menduga jika Gladys kelelahan, apalagi semalam ia juga kehujanan bedasarkan ucapan Mommy nya.
Terlebih usia kandungan Gladys masih enam minggu hingga sulit terdeteksi.
"Bukankah sudah aku katakan jika aku hanya masuk angin, tapi kalian tidak ada yang percaya!"
Keluhnya, lalu memilih bangkit dari sofa untuk kembali ke meja kerjanya.
"Baiklah, aku berikan kau obat, jangan lupa di minum!"
Nia tak ingin berdebat dengan kakak iparnya, terlebih ia tau jika kakak iparnya itu mungkin saja merasa keberatan dengan keberadaan Clara di kantornya.
Setelah mendengar penjelasannya, pria itu semakin mengerutkan keningnya. lalu mencoba untuk bersikap tenang agar tak terkesan marah pada Sikap istrinya itu.
"Pulanglah! kau ku ijinkan untuk beristirahat beberapa hari di rumah." Ucap Nathan sesaat sebelum melangkah ke luar dari ruangan Gladys.
Gladys yang sudah duduk di tempatnya semula, kini mendongak untuk melihat tubuh suaminya itu menghilang dari balik pintu.
Ada rasa lega dalam hatinya karena Nathan tak lagi memaksanya untuk ke rumah sakit. Namun, ada rasa kecewa lainnya yang menggerogoti hatinya saat melihat Clara, berjalan mengikuti suaminya.
Meskipun Clara sudah bekerja di sana, tapi tidak seharusnya adiknya itu terus mengikuti kemanapun Nathan pergi apalagi sejak tadi wanita itu terus berada di ruang kerja kakak iparnya.
Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana, yang jelas pasti akan banyak menimbulkan prasangka dan spekulasi buruk tentang hubungan mereka.
"Glad, " Tiba-tiba Nia sudah berada di sisinya dan menggenggam tangannya.
Adik kembar Nathan itu seolah tau apa yang ada di dalam otak kakak iparnya sekaligus adik sepupunya itu.
Raut wajah pucat Gladys tak bisa menutupi bagaimana kekecewaan hatinya, meskipun sudah di tutupi oleh senyum yang sejak tadi ia Sungging kan di depan Nathania.
"Ku harap kau bisa lebih bersabar, Glad!"
Ucap Nia, sembari mengangkat satu tangannya seolah memberikan semangat untuk Gladys.
Gladys hanya menjawabnya dengan anggukan, lalu keduanya berpelukan sebelum berpisah karena Nia akan kembali ke rumah sakitnya.
Namun sebelum itu, Tidak lupa Nia memberikan obat untuk di minum kakak iparnya.
"Ingat! jangan lupa di minum ,Glad! awas jika besok kau masih tetap kepayahan seperti ini, maka aku akan menyeret mu ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. siapa tau ada Nathan junior di sini!"
Deg
Nia dengan bercanda mengusap perut Gladys yang masih datar. namun, tanpa sepengetahuan nya apa yang di ucapkannya itu benar.
Hanya saja, Gladys enggan memberitahunya karena tak ingin Nathan menyingkirkan bayu mereka seperti ucapannya yang sudah-sudah jikalau dirinya hamil.
Gladys tersenyum kecut mengantar kepergian Nia, sementara Yuda, pria itu sejak tadi hanya diam menyimak obrolan dari seluruh anggota keluarga Collins, sembari berpura-pura fokus pada pekerjaan nya.
meskipun ia bukan bagian dari keluarga Collins Haditama. namun, Yuda dapat merasakan jika keluarga Collins lebih menyayangi nona Gladys ketimbang nona Clara.
Bukan berarti keluarga membedakan status Gladys sebagai anak kandung dan Clara sebagai anak angkat. hanya saja, karakter Clara yang buruk lah yang membuat keluarga Collins lebih memilih Gladys untuk menjadi menantu mereka.