Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Akhirnya Lia pun tiba di kampung halamannya. Ia tiba di rumahnya dengan keadaan baik setelah tadi di jemput si bungsu di bandara.
“ Sudah tiba kamu nak? “ tanya mama Lina sambil menyambut dan memeluk putri sulungnya.
“ Sudah mama. Syukur perjalanan semua dalam keadaan baik. ‘ jawab Lia.
“ Kalo begitu, kamu istirahat saja langsung. Sudah malam ini dan kamu dari perjalanan jauh. “ ujar mama Lina.
“ Baik mama. Aku langsung ke kamar dulu ya. “ jawab Lia menuju kamarnya.
Di kamarnya, Lia segera membersihkan diri sebelum tidur. Ia sejenak mengamati kamar yang sudah lama ia tinggalkan. Ternyata masih dijaga oleh mamanya. Setelah itu, ia pun tidur karna badannya sudah lelah setelah aktivitas seharian ini.
Keesokan harinya, setelah kedua orang tua dan adiknya pergi kerja, Lia pun pergi ke rumah sepupunya untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pendamping pengantin untuk acara besok.
“ Hei, akhirnya kamu datang juga. “ ujar Diana menyambut Lia.
“ Jadi dong, aku kan sudah janji. Tadi aku sudah ngobrol sama mama. Katanya ada baiknya aku tidur di sini nanti malam , menemanimu agar tidurmu tidak terlalu malam, supaya fres pas hari H nya. “ jelas Lia.
“ Baik lah kalo begitu. Nanti malam kau datang saja. “ ucap Diana.
“ Segala keperluanmu sudah lengkap kan. Jangan lupa walau itu sekecil apa pun, kak. “ ujar Lia.
“ Sejauh ini semua sudah komplit sih, tinggal acara besok aja. Nanti malam kita cek aja untuk lebih pastinya. “ ucap Diana.
“ Baik lah kak, kalau begitu, aku pulang dulu untuk membereskan perlengkapan yang akan ku bawa nanti malam. Aku permisi ya. “ ujar Lia sambil berpamitan.
Kemudian Lia meninggalkan kediaman sepupunya dan kembali ke rumah. Di rumah hanya ada ART mamanya yang sedang membersihkan bahan makanan yang akan d masak.
" Aku boleh bantu, mbok? " tanya Lia.
" Eh, si neng, kaget aja mboknya. " ucap sang ART.
" Maaf ya tapi si mbok terlalu asyik sih metikin sayurnya jadi gak ketahuan akunya datang. " ujar Lia.
" Neng lanjutin aja membersihkan sayur ini, biar mbok bersihkan ikannya. Kemarin si mas kecil pesannya minta di masakin ikan ini. " kata sang ART.
" Baik mbok. " ucap Lia sambil mengambil alih pekerjaan sang ART.
" Mbok betah gak kerja di sini? " tanya Lia di sela kegiatan mereka mempersiapkan makan siang.
" Betah dong neng. Orang tua dan si mas kecil baik sama mbok dan kerjaan di sini tidak terlalu memberatkan bagi mbok yang sudah agak tua. " ucap sang ART.
Karna kota Tanjung masih merupakan kota kecil, orang tua dan adiknya saat makan siang masih bisa pulang ke rumah.
Keesokan harinya, acara pernikahan sepupu Lia berjalan dengan lancar dan semua dalam keadaan baik.
“ Terima kasih ya Lia, atas bantuanmu mendampingiku tadi sehingga semua berjalan dengan baik. “ ucap Diana pada malam harinya setelah seluruh acara resepsi selesai.
“ Sama-sama kak. Itu semua karna berkat doa dan dukungan dari semua pihak untuk kelancaran acaramu, aku hanya mendampingimu sebentar saja. “ jawab Lia.
“ By the way, aku pamit pulang ya, sekalian izin Senin aku kembali ke Jakarta dengan penerbangan siang. “ lanjut Lia.
“ Wah, cepat sekali kau kembali, padahal kita belum banyak ngobrol atau aku belum mengajakmu jalan-jalan, tapi terima kasih ya atas bantuanmu. Semoga kamu segera menyusul ya. “ ujar Diana.
" Amin.. Terima kasih atas doanya, kak. Soal saling bertukar cerita, semalam sudah kak, hingga tante mendatangi kamar kita, memperingatkan kita agar tidur. Aku yang tugasnya mengawasimu agar istrahat yang cukup, malah mengajakmu bergadang. " ucap Lia.
" Untuk jalan-jalan, kakak nanti aja sama masnya sekalian bulan madu. Aku pamit ya. “ jawab Lia kemudian beranjak pergi pulang ke rumah orang tuanya
Keesokan harinya, untuk mengisi waktu cutinya sebelum Senin kembali ke Jakarta, Lia seorang diri mengendarai motor adik bungsunya. Ia berkeliling kota, melihat perubahan yang ada di pusat kota setelah lama ia tinggalkan kota itu. Puas berkeliling, Lia pun menuju pantai yang ada di sudut kota itu.
Sampainya di pantai, ia duduk di bangku di tepi pantai sambil menikmati angin yang berembus menyapu rambutnya.
Kemarin di resepsi sepupunya, ia tidak mengenali yang hadir kecuali kerabat keluarganya. Semua nampak orang baru bagi Lia dan akhirnya ia hanya duduk di pojok ruangan seorang diri sambil memainkan ponselnya menunggu acara selesai. Ia sengaja duduk di sudut agar tidak terlalu terlihat bagi para anggota keluarga besarnya. Ia merasa pasti mereka akan bertanya dengan pertanyaan keramat jika seseorang yang sudah cukup umur tapi masih sendiri.
" Kapan nikahnya? Kamu sih terlalu banyak memilih jadi belum menikah sampai sekarang. "
Bagi Lia, itu adalah pertanyaan iseng dan terlalu ingin turut campur masalah pribadi seseorang, bahkan kadang terkesan menilai seseorang melalukan sesuatu hal yang sebenarnya orang itu tidak tahu permasalahannya.
Dan pilihan Lia tepat. Tidak ada kerabat yang menghampirinya sampai resepsi selesai.
Kini Lia asyik dengan kesendiriannya, melamunkan keadaannya sekarang yang sebenarnya ingin menjalin hubungan dengan laki-laki yang serius mengingat usianya sudah cukup dan ia juga ingin memberi kebahagiaan untuk kedua orang tuanya tapi sepertinya belum dapat terwujud.
Tanpa ia sadari, ternyata sejak dari parkiran tadi, ada seorang pria yang memperhatikannya. Dia adalah Erwin, cowok teman SMA Lia dulu. Lia adalah adik kelasnya.
Sebenarnya dulu Erwin suka dengan Lia, tapi Erwin tidak berani mendekati Lia karna Lia anaknya pendiam dan suka menyendiri. Hari-harinya dilalui hanya membaca di perpustakaan. Kala itu rasa sukanya sebagai anak sekolah yang belum tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Saat itu perjalanan mereka masih panjang.
Akhirnya Erwin memberanikan diri menghampiri dan menyapa Lia.
“ Permisi, boleh aku duduk di sini? “ tanya Erwin.
“ Silahkan, ini tempat umum kok. “ jawab Lia mempersilahkan Erwin.
“ Eh, kalau tidak salah, kamu kak Erwin kan? “ tanya Lia selanjutnya ketika menyadari siapa yang kini berada di sebelahnya.
“ Iya, aku Erwin. Kamu Lia kan? Ternyata kamu masih ingat aku. “ jawab Erwin.
“ Ya ingat dong, siapa sih yang lupa sama jagoan main gitar di sekolah. “ jawab Lia.
" Tapi aku kok tidak melihatmu di resepsi sepupuku kemarin. Kakak di undang kan? " ucap Lia.
" Aku di undang dan hadir juga kok kemarin. Kamunya aja yang mungkin sibuk sehingga kita tidak bertemu. " kata Erwin.
" Mungkin ya tapi selama resepsi kemarin, aku hanya duduk manis, sudah ada pihak WO sebagai seksi sibuk. " ucap Lia.
Akhirnya mereka berbincang-bincang mengenai masa sekolah mereka dulu.
“ Maaf, aku boleh tanya masalah pribadi tidak? “ tiba-tiba di tengah perbincangan, Erwin berkata.
“ Pertanyaan apa dulu. Jika masih bisa ku jawab, pasti akan ku jawab. “ ucap Lia.