Thomas dan Sarah pernah menikah selama 2 tahun sebelum akhirnya bercerai karena Thomas takut pekerjaan aslinya sebagai Intelijen membahayakan Sarah. 7 Tahun kemudian mereka di pertemukan kembali. Sarah menjadi manager event di hotel yang membantu persiapan pernikahan Thomas dan anak pemilik hotel luxury, Rachel. Pernikahan itu adalah misi dari Badan Intelijen tempat Thomas bekerja, yaitu untuk menangkap dan mengungkap bisnis internasional terkait obat terlarang oleh Ayah Rachel, Alex. Setelah menikah, Thomas menduduki jabatan sebagai General Manager di hotel Luxury. Pertemuan setiap hari dengan Sarah tidak bisa di hindari. Benih cinta kembali tumbuh di hati Thomas. Namun, Sarah masih membenci Thomas karena dulu seketika meninggalkan dan menceraikannya. Kehadiran Maxim sebagai Manager Humas baru di hotel luxury, membuat Thomas makin cemburu karena ternyata Maxim menyukai Sarah dan Sarah pun menyukai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chubby_Writter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Thomas
Keesokan paginya, Sarah kembali gelisah. Ia menghubungi Thomas berkali-kali dan tetap tidak ada jawaban. Ia ingin mencari Thomas, tapi Ia tidak tau harus kemana. Ia juga tidak memiliki satupun kontak teman Thomas. Bahkan Ia lupa minta kontak Valery kemarin.
Ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
"Kamu dimana sayang? Apa kamu baik-baik saja? Tidak mungkin kamu meninggalkanku kan?" Lirih Sarah dalam hati.
Seharian Kelly tidak berada di rumah. Ia pergi bekerja sebagai Apoteker di sebuah klinik. Sejak pagi Ia berangkat dan baru sore menjelang malam Ia kembali ke rumahnya.
Kelly sangat kaget melihat kondisi Sarah yang sangat berantakan. Matanya sembab. Tubuhnya terkulai lemas, nyaris pingsan dan tersungkur di lantai. Dengan sabar Kelly memapah tubuh sepupunya ke kamar dan membaringkannya di atas ranjang.
Ia juga menyuapi Sarah dengan obat demam, karena suhu tubuhnya hampir mencapai 40°C. Sarah hanya bisa terbaring lemas. Kepalanya sangat nyeri seakan mau pecah.
Kelly kembali dari luar kamar dengan membawa handuk dan air untuk mengompres kepala Sarah dan mengelap tubuhnya yang penuh dengan keringat.
Dengan lembut Kelly menggenggam tangan Sarah. "Coba cerita padaku Sarah. Apa yang membuatmu seperti ini?"
Wajah Sarah kembali menjadi datar. Hanya air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Suamiku sejak kemarin tidak bisa dihubungi Kelly. Aku sangat panik. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
"Tenanglah Sarah. Kamu harus menenangkan dirimu dulu, baru kamu bisa memikirkan tindakan apa yang akan kita ambil."
Sarah hanya mengangguk.
"Ayo makanlah dulu." Ucap Kelly sambil menyuapi Sarah dengan bubur yang dibuatnya.
Dengan terpaksa Sarah membuka mulutnya, walaupun Ia sama sekali tidak memiliki nafsu makan.
Hari telah beranjak menuju tengah malam.
Sarah tidak kuat lagi menahan gejolak rasa cemasnya karena memikirkan Thomas.
Hujan deras disertai petir malam itu, tidak menjadi hambatan bagi Sarah yang sudah sangat putus asa ingin mencari Thomas.
Ia mengendap-endap keluar dari kamarnya. Suasana ruang tamu juga sudah gelap dan sunyi, menandakan bahwa Kelly sudah terlelap di kamarnya. Perlahan Ia menuju kamar Kelly dan meletakan sebuah surat di atas nakas yang ada di samping ranjang Kelly.
Segera Ia bergegas meninggalkan rumah Kelly dengan kopernya.
Baru beberapa langkah Ia menyusuri jalan raya di dekat rumah Kelly, tubuhnya sudah basah kuyup terkena derasnya air hujan. Payung yang di bawanya dari rumah Kelly seakan tidak mampu menangkal derasnya hujan malam itu.
Tubuhnya mulai menggigil. Namun Ia menguatkan dirinya untuk menyusuri jalan sepi itu. Tujuannya adalah bandara tempat Ia tiba kemarin. Rencananya Ia akan kembali ke Macau untuk mencari Thomas. Ia yakin akan mendapat petunjuk mengenai keberadaan Thomas disana.
Semakin kuat Ia berusaha menahan rasa dingin, tubuhnya tetap saja kalah. Di tambah kondisinya yang masih belum terlalu sehat. Akhirnya Ia tumbang di pinggir jalan raya yang sangat sepi.
Di saat bersamaan, sebuah mobil melintasi jalanan sepi itu. Derasnya air hujan membuat, mobil tersebut melaju dengan kecepatan rendah. Sepasang suami istri paruh baya tengah dalam perjalanan menuju ke rumah mereka.
Pandangan wanita paruh baya menangkap sosok yang tengah tergeletak di pinggir jalan raya.
"Sayang, bisa kamu tepikan mobilnya? Sepertinya ada orang yang pingsan di jalan." Ucap wanita paruh baya itu.
Tuan dan Nyonya Ferguson adalah sepasang suami istri yang tengah berada dalam mobil itu. Keduanya merupakan pasangan suami istri yang hingga usianya senja, belum juga dikarunia keturunan. Mereka mendedikasikan hidupnya untuk membuat yayasan amal yang membantu seluruh panti asuhan yang ada di negara Singapura.
"Baiklah Sayang." Ucap Tuan Ferguson yang segera menepikan mobilnya.
Dengan hati-hati, keduanya keluar dari mobil menggunakan payung.
Nyonya Ferguson langsung merasa iba saat melihat kondisi Sarah. "Ya Tuhan. Malang sekali gadis ini. Kita harus segera menolongnya Sayang."
"Oke sayang. Aku segera menelpon ambulance."
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Ambulance sudah tiba di lokasi dan membawa tubuh Sarah menuju ke rumah sakit untuk segera ditangani.
Tuan dan Nyonya Ferguson pun mengikuti ambulance tersebut dengan mobil mereka.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, kondisi Sarah pun sudah stabil dan telah di pindahkan ke kamar perawatan. Tuan dan Nyonya ferguson memutuskan kembali ke kediaman mereka.
Keesokan paginya, Tuan dan Nyonya Ferguson sudah kembali ke rumah sakit untuk menengok keadaan Sarah. Keduanya dengan tulus merawat Sarah, walupun mereka belum kenal dan tau identitas Sarah.
Baru sekitar 1 jam kemudian, Sarah sudah siuman. Nyonya Ferguson memanggil perawat dan dokter telah memeriksa keadaan Sarah.
Sarah heran saat mendapati dirinya tengah berada di rumah sakit. Ia juga bingung saat Tuan dan Nyonya Ferguson di kamarnya, karena Ia tidak mengenal mereka sebelumnya.
"Kamu sudah merasa baikan Nak?" Tanya Nyonya Ferguson dengan lembut.
Sarah pun menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu. "Sudah Nyonya. Maaf Nyonya dan Tuan ini siapa? Dan kenapa saya bisa berada di rumah sakit?
Nyonya Ferguson tersenyum. "Semalam kami menemukanmu pingsan di pinggir jalan dan kami membawamu ke sini Nak. Syukurlah kalau kamu sudah lebih baikan sekarang."
"Terima kasih banyak atas bantuan Nyonya dan Tuan. Apa boleh saya tau nama Nyonya dan Tuan. Saya janji akan segera membalas kebaikan kalian berdua."
"Panggil saja kami Tuan dan Nyonya Ferguson. Kami dengan senang hati membantumu Nak dan kami tidak mengharap kamu membalas apapun. Yang paling penting, sekarang kamu cepat pulih. Namamu siapa Nak?"
Sarah tersenyum lega. "Namaku Sarah Nyonya. Sekali lagi terima kasih atas kebaikan kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan hati kalian."
"Sama-sama Nak. Oh iya, kopermu masih ada di mobil kami. Maaf kalau boleh tau, kamu ingin pergi kemana Nak? Kenapa malam saat hujan kemarin kamu berjalan sendirian dengan membawa koper?"
Seketika wajah Sarah berubah menjadi sedih. Ia mencoba menutupi kesedihannya dengan menundukan kepalanya. Namun air matanya tetap saja lolos dari kedua matanya. Tubuhnya tampak gemetar menahan tangis dan suara sesenggukan Sarah pun terdengar oleh Nyonya Ferguson.
Nyonya Ferguson segera bangkit dari kursinya. Dengan lembut Ia memeluk Sarah hingga cukup lama. Pelukan Nyonya Ferguson membuat Sarah makin menangis sejadi-jadinya. Ia membiarkan Sarah menumpahkan kesedihannya agar Sarah merasa lebih lega.
Akhirnya tangisan Sarah sudah semakin melemah dan perlahan menghilang. Ia mulai melepas pelukannya dan mengambil tisu dari tasnya untuk menyeka air mata Sarah.
"Aku mencari suamiku Nyonya. Kami berangkat ke sini dengan pesawat berbeda. Namun sejak kemarin dia tidak bisa dihubungi. Aku cemas dan takut terjadi sesuatu padanya. Makanya aku memutuskan kembali ke rumah kami di Macau untuk mencari petunjuk tentang keberadaannya."
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya