Bijak dalam membaca😊
❗HANYA HALUAN AUTHOR, DAN NOVEL INI TIDAK MENGENAL AGAMA APAPUN❗
"Ahh..! " pekik Reqy sambil membuang jutaan kecebong ke dalam kantung pengamannya di dalam sana. Setelah itu bergegas mengeluarkan uang warna merah dari pouch bagnya dan mengusir wanita itu.
Reqy Sebanan adalah seorang duda matang, berusia 38 tahun yang dipecundangi oleh istri yang sangat dicintainya 10 tahun yang lalu. Reqy tahu istrinya mendesah di bawah kungkungan laki-laki lain, tapi dia tak bisa melakukan apapun.
Cinta yang teramat dalam membuat Reqy membiarkan dan memendamnya dalam hati, sampai talak itu jatuh ketika istri yang dicintainya berani menampar putra mereka.
Hingga Reqy dipertemukan dengan daun muda 19 tahun dari desa yang membuatnya kelimpungan.
Bagaimana kisah hot duda satu ini?
Ikuti ceritanya
by : Roro Halus
❗DILARANG PLAGIAT ❗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Bertemu gadis baik
"Boleh request gak? yang perawan misalnya?" tanya Reqy sambil membuka matanya lebar.
Ck!
Boni berdecak melihat ketangkasan Bosnya saat membahas tentang kesejahteraan gagak hitamnya.
"Sudah ku duga, Bos akan langsung bangun jika tentang wanita, yang bawah pun juga ikut bangun!" jawab Boni sambil melirik bagian bawah Reqy.
"Aku laki-laki normal! Kamu gak bangun ya pagi? ati-ati, impoten lu, Bon!" jawab Reqy ngasal sambil berdiri menuju kamar mandi dan memulai ritualnya.
Sedangkan Boni duduk di kasur sambil menghubungi cleaning service sambil menggerutu akibat hinaan Reqy padanya.
Akan tetapi Boni tidak berani membalas ucapan bosnya itu!
Setelah semua ritual mandinya selesai, Reqy dan Boni bergegas menuju ruang pertemuan hotel ini untuk melakukan pertemuan bisnis.
Rapat berlalu sekitar lima jam sampai selesai menandatangi proposal kerja sama antara perusahan cabang milik Reqy di Jogja dengan salah satu perusahaan yang tak kalah terkenal juga.
Setelah semua selesai, karyawan kembali ke perusahaan dan Reqy ditemani Boni pergi ke sebuah tempat yang dulu Reqy bangun untuk para anak-anak yang tidak memiliki keluarga dan pendidikan yang cukup.
Yah, Bersamaan dengan membangun perusahaan cabang di Jogja, Reqy juga membangun rumah singgah dan beberapa panti asuhan di sana.
Dibalik semua sikap dingin Reqy, Reqy tetaplah laki-laki yang mencintai anak-anak dan penyayang. Sikap dinginnya hanya pada wanita karena tak ingin di dekati wanita manapun.
"Apa pengajar masih sama?" tanya Reqy.
"Tidak, Bos! Sekarang banyak pengajar baru, salah satunya perempuan berusia 19 tahun. Dari tiga tahun lalu, selepas pulang sekolah dia mengajar adik-adik di sana!" jawab Boni sambil mengecek beberapa pekerjaan di tabletnya.
"Gadis baik!" gumam Reqy.
Boni hanya diam mendengar gumaman Reqy dan melanjutkan tugasnya mengatur beberapa jadwal di Jogja dan beberapa pertemuan.
Setelah beberapa menit mereka sampai di rumah singgah itu!
Reqy menatap tempat yang sama seperti lima tahun lalu saat di bangun, hanya semakin banyak anak-anak di sana yang belajar dan bermain.
Rumah singgah diisi anak-anak dari pengemis atau pemulung yang tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Rumah singgah mengajari mereka pelajaran umum dan agama. Setelah mereka cerdas dan mumpuni mereka akan di alihkan kejar paket oleh pengurus rumah singgah dan semua dana dari rekening pribadi Reqy.
Tak sedikit pula yang akhirnya bekerja di perusahaan Reqy sebagai cleaning servis, satpam, kantin, dan lainnya setelah mendapat ijazahnya.
Reqy kemudian masuk ke dalam sana dan disambut meriah oleh para anak-anak itu.
"Kalian semua sehat?" tanya Reqy pada anak-anak itu.
"Sehat, Bapak. Terima kasih banyak!" jawab mereka serempak.
"Bapak kesini bawa banyak buku dan juga makanan sehat untuk kalian. Kalian harus rajin belajar ya!" kata Reqy pada mereka yang tengah duduk bersila berjejer rapi.
"Terima kasih, Pak, semoga Allah selalu memberi kebahagiaan pada, Bapak!" jawab pengurus rumah singgah itu sambil menunduk.
"Terima kasih, Bapak!" kata mereka semua serempak.
"Adek-adek, Mbak Nia bawa jajan yang banyak!" pekik Nia dari gerbang rumah singgah sederhana itu berlari membawa tiga kresek besar jajanan ringan seperti biasanya dengan suara riangnya.
Deg
"M—maaf... Maafkan saya!" kata Nia pelan sambil menunduk kemudian duduk di pinggir pintu sambil menunduk dalam karena malu.
Tania tidak membuka pesan di wattsAppnya dari pengurus rumah singgah kalau pemilik sekaligus donatur utama rumah singgah akan datang.
Tania tau jika Reqy pemiliknya karena sering melihat di ruang pengurus foto pendiri rumah singgah ini.
Entah kenapa Nia sangat terkejut dan jantungnya berdebar kencang saat bertemu langsung dengan Pak Reqy.
"Santai saja semua, saya hanya melihat-lihat. Kalian bisa lanjutkan aktifitasnya!" jawab Reqy sambil berdiri menuju ruang pengurus rumah singgah di temani pengurus sana.
"Huftttt!" hembusan nafas Tania lega saat Reqy melewatinya tanpa melirik atau menoleh sedikit pun.
"Mbak Nia, bawa jajan banyak sekali ... bapak Reqy juga membawa makanan dan bingkisan untuk di bawa pulang, Mbak!" kata Frida salah satu anak berusia 5 tahun paling cantik dan masih kecil di sana.
"Iya, Mbak Nia lulus sekolahnya, jadi Mbak bawa lebih banyak makanan hari ini untuk kalian!" jawab Nia sambil tersenyum.
"Selamat mbak Nia!" kata Frida dan disusul anak-anak yang lain satu per satu menyalami dan memberi selamat pada mbak Nia. Kemudian dilanjut duduk melingkari Nia untuk belajar dan makan jajan yang di bawa Nia.
Nia tersenyum sambil menggoda beberapa anak sambil sesekali tertawa riang!
Semua kejadian itu tidak lepas dari pandangan Reqy dan Boni dari balik kaca sambil tersenyum. "Gadis yang tulus dan menyenangkan!" gumam Reqy
"Iya Bos, harusnya wanita seperti ini yang menjadi ibu sambung, Reno!" gumam Boni tanpa sadar sambil mengamati Nia sambil tersenyum.
"Jaga ucapan mu! mereka hampir seumuran... Kamu pikir aku pedofil!" pekik Reqy sambil berlalu menuju ruangnya di ujung sana.
kemudian Reqy di ruangan menyibukkan diri dengan mengecek beberapa buku dan keuangan serta beberapa proposal pengadaan barang baru di rumah singgah itu.
Hingga matahari sudah hampir tenggelam Reqy baru menyelesaikan semua itu dan keluar untuk kembali ke hotel.
Namun saat keluar Reqy melihat Pengurus perempuan setengah baya itu berurai air mata sambil memeluk Nia yang juga berurai air mata.
"Ada apa ini?" tanya Reqy pelan pada mereka.
"B—bapak ... Ini, Nia yang selalu bantuin saya di rumah singgah ini pamit tidak bisa lagi bantuin saya, Pak ... Jadi saya sedih!" jawab wanita paruh baya itu terlihat sedih dan Nia hanya menunduk menyembunyikan wajahnya tanpa bersuara.
"Kenapa, Nia?" tanya Reqy
"Saya ... S—saya tidak bisa lagi, Pak. Saya sudah lulus dan S—saya harus—" jawab Nia dengan suara terputus-putus dan menggantung seperti ada beban berat yang dipikulnya.
"Apa ada masalah?" tanya Reqy sekali lagi.
Nia hanya menggelengkan kepalanya sambil terisak karena ditanya seperti itu, Nia terharu dengan kepedulian dari Reqy.
Tidak pernah sekalipun dalam pikiran Nia akan mendapat pertanyaan yang mengisyaratkan kepedulian seperti ini.
"Aku bisa mati dengan tenang sekarang, pak Reqy"
Deg!
Bersambung...
Oh ya, sayang-sayang author, minta tolong jangan baca loncat-loncat atau menabung bab, karena itu bisa merusak retensi buku☺ Dan lagi setiap babnya nanti berkesinambungan..
Terima kasih, Dukungannya semua🥰