Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 : Sakit parah
Adam mengurai pelukannya, mengangkat wajah Azalea lalu menatapnya lekat.
"Matamu tidak cocok mengeluarkan air mata,jangan menangis lagi."Ujarnya dengan tangan yang ikut mengusap kedua pipi Azalea bergantian dan kembali memeluk sang istri.
Adam tau jika beberapa saat lalu,Azalea menangis dalam diam.Menangis dalam pelukannya.Mata sembab dengan sisa air mata yang masih terlihat di kedua sudut mata Azalea adalah bukti nyata yang membuat hati Adam teriris.Tidak,dia tidak akan bisa melihat istrinya menangis lagi.Wanita solehah yang ia nikahi dalam keadaan terpaksa itu ternyata mampu membuat dunianya berubah hanya dalam waktu singkat.Wanita dengan kesabaran luar biasa,wanita dengan segala akhlak baik yang ia miliki,wanita yang selalu menjaga pandangannya,semua itu ada dalam diri Azalea,cantik?Tentu saja.Lalu,kurang baik apa Allah pada Adam?
"Aza,selama mas tidak ada bersamamu,kembalilah ke Mesir,lanjutkan kuliah mu dan belajar yang giat,sisa tiga bulan kan?"Ujar Adam mengelus pelan rambut Azalea.
"Benarkah mas?"Azalea yang berada dalam pelukan Adam mengangkat kepalanya,memastikan perkataan Adam barusan.
Adam mengangguk.
"Tapi dengan satu syarat."
Azalea mengernyit.
"Apa itu?"
Adam merogoh saku celananya.
"Pakai ini.Aku tidak ingin ada yang melirik mu di negara orang.Ini adalah jimat pengganti diriku."Lanjut Adam kemudian memasangkan cincin yang di tinggalkan Azalea di kamar Adam saat meninggalkan rumah.
Azalea tersenyum,kini ia merasa jika Adam terlalu posesif.Karena itu,timbul niatnya untuk sedikit memberi suaminya itu pelajaran.
"Terima kasih mas.Oiya,,tamu Abi tadi siang,bukankah itu Gus Damar?"Azalea memasang wajah ingin tahunya.
Mood Adam seketika berubah mendengar nama musuhnya di sebut sebut Azalea.Ya,semenjak nama Gus Damar bergaung di telinga Adam,semenjak itu pula ia memasang bendera perang melawan pria itu.
"Kenapa?"Adam melepas pelukannya,raut wajah dokter tampan itu kini tidak bersahabat.
"Aza penasaran saja,kata umi,Gus Damar itu tampan."Ujar Azalea dengan senyum tertahan.
Bertambah marahlah Adam, seketika ia berbalik memunggungi Azalea.
"Tidurlah,aku mengantuk."Adam menutup paksa matanya,kedua tangan ia lipat di dada,belum lagi rahangnya yang mengeras,sungguh kekanak kanakan.
Azalea tertawa tanpa suara.
Telunjuk kanannya ia arahkan di punggung Adam.
"Mas,,kamu marah?"
Adam tidak merespon.
Sekali lagi Azalea mengarahkan telunjuknya,tapi kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Mas,,mas sudah tidur?"
Adam tetap tidak menghiraukan panggilan Azalea.
Azalea tersenyum puas.Dengan keberanian penuh,perlahan ia melingkarkan tangannya di perut Adam.
Adam terkesiap,jantungnya berdemo,untung Azalea tidak bisa mendengar nya.
"Aku hanya bercanda,jangan marah ya mas?"Azalea membujuk Adam.
Kali ini permainan di tangan Adam.Pria tampan itu tersenyum jahil.
Ia berusaha menahan hatinya agar tetap sinkron dengan otaknya.
Azalea menggoyang goyangkan tubuh Adam,dari tadi yang ia ucapkan hanyalah permintaan maaf.
Azalea kapok,mungkin ini yang terakhir kali dirinya mengerjai sang suami.Azalea sebenarnya penasaran dengan perkataan umi tadi siang.Dan ternyata,kecemburuan Adam sangat mengerikan.
Lelah meminta maaf,Azalea putus asa dan berusaha melepas pelukannya.Adam yang merasakan lilitan di perut mulai melonggar,tentu saja tidak akan membiarkan itu terlepas.Adam menahan tangan Azalea.Lalu berbalik arah.Kini mereka kembali berhadapan.
Adam tersentak,ternyata di belakangnya,Azalea sedang menangis.
"Kenapa nangis?"Adam buru buru menghapus air mata Azalea.Ia yang baru saja berjanji untuk tidak membuat Azalea menjatuhkan bulir bulir air bening dari matanya,justru kembali mengulangi kesalahan.
"Maafkan mas.Mas tidak bermaksud mendiamkan mu.Jangan menangis ya.."Adam menarik Azalea dan membawa tubuh gadis cantik itu ke dalam pelukannya.
"Habisnya,Aza sudah berkali kali minta maaf,tapi mas tidak menggubris nya."Ujarnya sesenggukan.
Adam menarik kedua sudut bibirnya,Azalea yang ia kenal pendiam,tenang,sabar,mandiri dan tidak banyak menuntut ternyata punya sisi manja juga.Adam terkesima.Dan terus terang ia sangat menyukai sikap manja istrinya itu.
"Mas hanya tidak suka kamu menyebut nama pria lain.Dan jangan pernah lagi melakukan itu.Aku cemburu Aza."Adam berterus terang.
"Ya,,,Aza kan hanya bercanda mas.Kata umi,mas Adam cemburu,jadi Aza penasaran,apa benar mas seperti itu?"Lanjutnya sesekali mengurai air mata yang masih menetes di ujung matanya.
"Lalu bagaimana?Masih penasaran?"
Azalea menggeleng.
"Aku jadi takut."
"Takut?"
"Aza takut,mas marah dan mendiamkan ku."
Adam kembali tersenyum.
"Tidak akan sayang."Ujarnya.
Deg...
"Sa..sayang?"Mata Azalea mengerjap.Netra amber itu terlihat sangat menawan.
"Tidak suka dengan panggilan itu?"Selidik Adam menatap dalam ke mata Azalea.
"Bu..bukan begitu,aku hanya kaget dan tidak terbiasa saja."Azalea salah tingkah,bola matanya mulai berputar ke mana mana.Tidak berani menatap Adam.
"Kamu itu sangat menggemaskan."Adam tidak tahan melihat kepolosan itu,lalu ia menciumi seluruh wajah Azalea hingga Azalea tertawa di akibatkan rasa geli dari rambut rambut halus yang tumbuh di dagu dan sebagian pipi Adam,dan karena rambut itulah yang semakin menambah nilai ketampanan Adam.
"Tidurlah ini sudah malam."
Azalea mengangguk.
Akhirnya mereka tidur sambil berpelukan.
***
Brawijaya hospital.
Lily membuka mata setelah kurang lebih sehari semalam ia tidak sadarkan diri.Lampu terang yang berada tepat di atasnya membuat netra nya silau.Karena itu,ia kembali menutup mata lalu perlahan membuka dan mulai menyesuaikan diri.
Dinding bercat putih perpaduan abu abu dengan bau khas mengingatkan nya pada waktu sekitar dua minggu lalu.Ia melirik ke kiri dan ke kanan,suara monitor di sekelilingnya seketika menjadi sebuah de javu.
"Di mana ini?" Gumamnya dengan suara lemah.
Pergerakan berlebih yang ia lakukan menjadikan monitor yang terpasang pada tubuhnya ikut berbunyi dan tidak stabil,karena itu perawat yang sedang berjaga menghampiri Lily.
"Apa yang nona rasakan?"Tanya petugas itu.
"Apa ini di rumah sakit?"
"Iya nona."
"Mama mana?"
"Sebentar saya panggilkan."
Perawat keluar dan memanggil mama Irene.Setengah berlari,mana Irene menyusul di belakang petugas dan menghampiri Lily.
"Terima kasih Tuhan.Kamu sudah sadar nak?"Mama Irene memeluk Lily dengan deraian air mata.
"Apa yang terjadi dengan ku ma?"
"Kamu pingsan sayang?"
"Pingsan?Tapi kenapa aku berakhir di ruangan ini?"
"Kamu tau ini ruangan apa?"
"ICU."
"Mungkinkah sakit ku bertambah parah ma?"
Mama Irene berusaha memasang senyum terbaiknya agar Lily tidak melihat kegundahan hati sang ibu.
"Kata dokter kamu hanya kelelahan nak."Mama Irene mulai berakting.
"Lily mau pulang."
"Nanti ya,kalau anak mama yang cantik ini sudah lebih baik,baru kita pulang,oke?"
Ibu mana yang akan sanggup melihat putri yang sangat ia sayangi terbaring di ruangan intensive dengan vonis dokter yang membuat mama Irene terduduk di lantai sambil menangis sejadi jadinya,tumor otak stadium akhir.Apa yang harus ia lakukan?Mama Irene tidak bisa berfikir jernih.
Beberapa jam lalu.
"Anak saya sebenarnya sakit apa dok?Pemeriksaan yang di lakukan sebelum dia pulang beberapa minggu lalu tidak memperlihatkan apapun."Mama Irene dan papa Zaid duduk di hadapan dokter yang menangani Lily.
"Maaf pak,bu.Dengan terpaksa saya harus memberitahu penyakit nona Lilyana.Pemeriksaan di awal memang saya tidak menemukan apa apa,tapi setelah pemeriksaan ulang di lakukan,ternyata terdapat tumor yang menekan sistem sarafnya."
Dokter Farel memperlihatkan hasil CT scan kepala Lily pada papa Zaid dan mama Irene.Menunjukkan di bagian mana letak tumor itu.
"Tu..tumor otak?"Mama Irene terbata.
Matanya seketika berkunang-kunang,apa ini?Cobaan apa lagi ini?
"Tumornya sudah menjalar ke tulang.Jadi kemungkinan besar,lambat laun,Nona Lily akan kesulitan untuk berjalan,di tambah penekanan di daerah kepalanya,jadi bapak dan ibu jangan kaget jika ada memori yang tiba tiba nona Lily lupakan."
"Maksud dokter,anak kami kemungkinan tidak mengenali papa dan mamanya?"Tanya Papa Zaid.Pria paruh baya itu sangat terpukul.
Dokter Farel mengangguk lemah.
Papa Zaid menghela nafas berat,sementara mama Irene sudah histeris.
"Berapa lama dok?"Sekuat tenaga papa Zaid memberanikan diri menanyakan pertanyaan yang bahkan tidak pernah terlintas di kepala nya sampai pada detik di mana ia mendengar penjelasan dokter Farel.
"Saya bukan Tuhan pak,saya tidak bisa menentukan umur manusia."
"Saya tau,tapi sebagai dokter yang berpengalaman seperti anda,anda pasti bisa memprediksi nya kan?"Kembali papa Zaid meluaskan hatinya,mempersiapkan kemungkinan yang terburuk.
"Satu tahun."
Tak terbendung lagi,cairan bening yang papa Zaid tahan sejak tadi luruh juga,gadis cantik yang ia besarkan dengan limpahan kasih sayang,bisa jadi mendahuluinya menghadap sang pencipta.
"Itupun jika kondisi pasien tetap stabil.Jadi saran saya,jangan membuat nona Lily stres.Usahakan ia berada dalam lingkungan yang nyaman dan di kelilingi oleh orang orang terdekatnya.
"Baik dok,terima kasih atas penjelasannya."
Kembali ke ruangan ICU.
"Kamu tidak ingin bertemu Adam?"Mama Irene mengalihkan pembicaraan,ia berharap dengan adanya Adam di samping Lily,anaknya itu bisa merasakan sedikit saja bagaimana itu kebahagiaan.
"Adam?Adam itu siapa ma?"
...****************...