Perfect Husband

Selama rapat, perasaan Fabby tidak enak karena khawatir dengan keadaan neneknya. “Kok, Bi Nunung gak menghubungi aku sih, bagaimana keadaan nenek?” batin Fabby.

Fabby terus saja melihat jam tangannya dan berharap rapat akan segera berakhir. Hingga 1 jam kemudian, rapat pun selesai dan Fabby segera masuk ke dalam ruangannya. Ternyata bersamaan dengan ponsel Fabby yang berdering.

“Halo bi, bagaimana keadaan nenek?” tanya Fabby.

“Nona, lebih baik segera pulang,” sahut Bi Nunung dengan nada khawatirnya.

Fabby panik, dia pun segera mematikan sambungan ponselnya. “Poppy, aku pulang dulu dan sepertinya tidak akan kembali lagi,” ucap Fabby panik.

“Baik, bu.”

Fabby pun menyambar tasnya dan segera pergi meninggalkan kantor. Fabby mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, hatinya merasa tidak enak dan khawatir dengan keadaan neneknya. Fabby takut terjadi kenapa-napa kepada neneknya.

Beberapa saat kemudian, Fabby pun sampai di rumah dan dia melihat motor butut milik Arga. “Ngapain dia ada di sini?” gumam Fabby.

Fabby tidak terlalu memikirkannya, dia pun segera berlari masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Andin. “Nek.”

Semua orang menoleh ke arah Fabby dan Fabby pun segera menghampiri neneknya. “Dok, bagaimana keadaan nenek?” tanya Fabby khawatir.

“Tadi Nenek Andin terkena serangan jantung, untung saja tidak berakibat fatal,” sahut Dr.Ridho.

“Apa? Terus bagaimana, apa sebaiknya nenek dibawa ke rumah sakit saja?” tanya Fabby panik.

“Tidak usah, sekarang nenek sudah baik-baik saja, beliau terlalu banyak pikiran jadi diusahakan untuk tidak membuat nenek sedih apalagi sampai banyak pikiran,” jelas Dr.Ridho.

“Pikiran? Memangnya apa yang sedang nenek pikirkan?” tanya Fabby dengan mata yang berkaca-kaca.

“Nenek ingin kamu segera menikah, kita tidak tahu umur kita sampai kapan. Seperti halnya barusan, nenek langsung terkena serangan jantung. Bagaimana kalau nenek meninggal? Nenek belum mau meninggal sebelum nenek melihat kamu menikah,” lirih Nenek Andin.

Air mata Fabby seketika menetes, dia segera memeluk neneknya itu. “Nenek pasti akan sembuh, Fabby belum sanggup kalau harus kehilangan nenek.” Fabby menangis sesenggukkan, sedangkan Andin tampak mengedipkan sebelah matanya ke arah Dr.Ridho.

Andin memang sudah merencanakan semuanya, dia pura-pura sakit supaya Fabby mau menikah dengan Arga. Dulu Fabby sempat menjalin hubungan dengan seorang pria, namun pria itu hanya memanfaatkan Fabby dan setelah semuanya tercapai, dia meninggalkan Fabby begitu saja. Dari semenjak itu, Fabby tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun dan Andin memutuskan menjodohkan Fabby dengan Arga karena ia sudah tahu kalau Arga adalah pria yang sangat baik dan tulus.

“Fabby, lebih baik kamu kabulkan permintaan nenekmu karena saya takut jika nenek banyak pikiran lagi, beliau akan kembali drop,” ucap Dr.Ridho.

Fabby melepaskan pelukannya dan menatap neneknya. “Nek, Fabby akan melakukan apa pun demi nenek tapi kalau untuk menikah dengan pria miskin itu, Fabby tidak mau,” ucap Fabby dengan menunjuk ke arah Arga.

“Nenek hanya ingin kamu mendapatkan pria yang tulus, nenek tidak mau kamu sampai tertipu lagi dan Arga adalah pria yang cocok untukmu,” ucap Nenek Andin.

“Nenek tahu dari mana kalau dia pria yang tulus?” tanya Fabby.

“Nenek sudah lama mengenal Arga,” sahut Nenek Andin.

“Tapi nek, bagaimana nanti dengan omongan orang-orang apalagi rekan bisnis Fabby kalau Fabby menikah dengan seorang sekuriti? Fabby malu, nek,” rengek Fabby.

“Fabby, dengarkan nenek. Carilah calon suami yang sederhana, namun mampu menjadikanmu wanita paling istimewa. Carilah calon suami yang suka bercanda hanya demi untuk melihatmu tertawa, tapi sangat serius membimbingmu menuju surga,” nasihat Nenek Andin.

“Tapi, nek----“

Tiba-tiba Andin kembali memegang dadanya dan meringis kesakitan. “Ya Allah, nenek kenapa?” Fabby merasa sangat terkejut dan panik.

“Ya, sudah kalau kamu tidak mau menikah dengan Arga, terserah kamu saja dan nenek janji, tidak akan menyuruh kamu untuk menikah dengan siapa pun lagi.” Andin memejamkan matanya membuat Fabby merasa sangat bingung dan semakin panik.

Fabby bangkit dari duduknya dan langsung menarik tangan Arga. “Ikut aku, ada sesuatu yang mau aku bicarakan denganmu,” ucap Fabby.

Fabby membawa Arga keluar dari kamar neneknya, sedangkan Andin terlihat tersenyum penuh kemenangan. “Saya yakin, kalau Fabby mau menikah dengan Arga,” ucap Nenek Andin.

“Akting nenek sangat bagus bisa mengalahkan artis sinetron,” ucap Dr.Ridho mengacungkan jempolnya.

“Terima kasih dokter sudah mau membantu nenek, soalnya kalau tidak seperti ini, Fabby tidak akan mau menikah dengan Arga,” ucap Nenek Andin.

“Sama-sama, nek,” sahut Dr.Ridho.

“Nunung, kamu harus tutup mulut ya, jangan sampai Fabby tahu kalau ini cuma sandiwara,” ucap Nenek Andin.

“Siap, Nek.”

Sementara itu, Fabby membawa Arga ke halaman belakang. “Kenapa kamu tidak bicara sama sekali? Apa kamu sengaja membujuk nenek supaya bisa menikahkanmu denganku!” bentak Fabby.

“Aku tidak pernah membujuk nenek. Jujur, aku memang sudah jatuh cinta kepadamu pada saat nenek mengirimkan foto kamu. Tadi aku tidak ngomong karena aku memang berharap bisa menikah denganmu,” sahut Arga.

“Dasar pria tidak tahu malu, apa kamu mau menikah denganku karena aku orang kaya? Jadi, kamu bisa berfoya-foya menghabiskan hartaku, begitu?” bentak Fabby kembali.

Arga mengepalkan kedua tangannya, dia sudah sangat emosi tapi dia tidak bisa marah kepada Fabby. Arga mencoba menenangkan hatinya, lalu menatap kedua bola mata Fabby dengan sangat tajam. Wanita cantik yang dia cintainya ternyata mempunyai rasa angkuh yang sangat tinggi.

“Aku tidak serendah itu, Fabby. Walaupun aku pria miskin, tapi aku masih punya harga diri. Nenek Andin adalah orang yang sangat baik dan selama ini sudah banyak membantu aku, jadi apa salahnya jika aku membalas kebaikan beliau. Beliau ingin aku menikah denganmu dan ternyata aku memang sudah menyukaimu, tapi kalau kamu tidak mau menikah denganku, tidak apa-apa. Dan satu yang harus kamu ingat, jika nanti aku ditakdirkan bisa menikah denganmu, aku janji tidak akan pernah memakai uang kamu sepeser pun jadi kamu tidak usah khawatir,” jelas Arga.

Dengan perasaan emosi, Arga pun memilih untuk pergi dari rumah Fabby. Fabby hanya bisa terdiam mendengar ucapan Arga. Kali ini Fabby benar-benar bingung, apa yang harus dia lakukan.

Fabby melangkahkan kakinya berniat menemui neneknya lagi, namun dia berpapasan dengan Dr.Ridho. “Dokter, bagaimana keadaan nenek?” tanya Fabby.

“Saat ini nenek sedang tidur, barusan saya sudah memberi beliau obat. Fabby, tolong jangan membuat nenek banyak pikiran karena kalau sampai nenek drop lagi, itu akan sangat berbahaya bagi nyawa beliau,” jelas Dr.Ridho.

“Baik, dok.”

“Kalau begitu saya pamit dulu.”

Setelah Dr.Ridho pergi, Fabby pun masuk ke dalam kamar Nenek Andin. Perlahan Fabby duduk di samping Andin dan ditatapnya wajah neneknya yang sudah terlihat tua itu. Air matanya kembali menetes, dia ingin sekali membuat neneknya bahagia tapi dia juga tidak bisa jika harus menikah dengan Arga.

“Sekarang aku harus bagaimana?” batin Fabby.