Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2: Langkah Baru dalam Kebersamaan
Beberapa minggu setelah pernikahan mereka, kehidupan Keisha dan Raka mulai memasuki ritme yang baru. Mereka tinggal di sebuah apartemen kecil yang nyaman di pinggiran kota, sebuah tempat yang terasa seperti rumah bagi mereka. Setiap pagi, sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela, menerangi ruang tamu yang sederhana namun penuh dengan kenangan baru.
Meskipun mereka telah menyepakati untuk berbagi kehidupan, tantangan baru mulai muncul seiring berjalannya waktu. Keisha, yang baru saja memulai pekerjaan baru di sebuah perusahaan pemasaran digital, merasa tertekan dengan deadline yang ketat dan tuntutan pekerjaan yang meningkat. Raka, di sisi lain, sedang fokus mengembangkan bisnisnya sendiri, dan meskipun ia sangat antusias, kadang-kadang ia merasa kewalahan.
“Raka, aku merasa sangat lelah,” keluh Keisha suatu malam, setelah pulang kerja dan menemukan Raka sedang mengerjakan presentasi di meja makan. “Aku merasa seperti tidak memiliki waktu untuk diri sendiri.”
Raka mengangguk, matanya tetap fokus pada layar laptop. “Aku mengerti, Keisha. Tapi kita pasti bisa mengatur waktu lebih baik. Bagaimana kalau kita membuat jadwal bersama untuk kegiatan kita?”
Keisha menghela napas, merasa sedikit lega mendengar tawaran Raka. “Itu ide yang bagus. Kita bisa membuat waktu untuk bersantai di akhir pekan. Aku rindu saat-saat kita hanya duduk dan berbincang tanpa merasa tertekan.”
Setelah beberapa hari berdiskusi dan merencanakan, mereka akhirnya menyepakati waktu untuk bersama. Mereka menyiapkan malam film di rumah setiap hari Jumat dan merencanakan petualangan kecil di akhir pekan.
Suatu hari, saat Raka pulang lebih awal dari biasanya, ia membawa pulang kejutan untuk Keisha — sepiring sushi dari restoran favorit mereka. “Aku ingin kita merayakan hari jadi pernikahan kita yang pertama bulan ini,” katanya sambil tersenyum lebar.
Keisha terkejut dan sangat senang. “Wow, terima kasih, Raka! Ini sangat manis! Mari kita nikmati makanan ini dan merayakannya bersama.”
Mereka duduk di meja makan, membagikan sushi, dan mengobrol tentang hal-hal kecil yang terjadi selama minggu itu. Tawa dan canda mengisi ruangan, dan Keisha merasakan kehangatan di hatinya. “Aku tidak pernah berpikir, hidup setelah menikah bisa begitu menyenangkan,” ungkap Keisha.
Raka menatapnya dengan penuh cinta. “Selama kita bersama, aku yakin kita bisa membuat setiap momen berharga.”
Namun, tidak semua hari berjalan mulus. Beberapa bulan setelah pernikahan, Keisha mulai merasakan tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Banyak yang bertanya kapan mereka akan memiliki anak, dan tekanan itu terkadang membuatnya merasa tidak nyaman.
“Mungkin kita harus memikirkan tentang memiliki anak,” saran Raka suatu malam, ketika mereka duduk di sofa setelah menonton film. “Aku tahu kita masih muda, tapi aku pikir itu adalah langkah selanjutnya.”
Keisha terdiam sejenak, merasa cemas. “Aku ingin memiliki anak, Raka, tetapi aku juga merasa belum siap. Pekerjaanku baru mulai stabil, dan aku ingin memastikan bahwa kita memiliki cukup waktu untuk diri kita sendiri sebelum kita memikirkan hal itu.”
Raka mengangguk, menghargai perasaan Keisha. “Kita bisa membahasnya lebih lanjut. Tidak ada yang terburu-buru. Yang terpenting adalah kita saling mendukung satu sama lain.”
Dari situ, mereka sepakat untuk tidak terburu-buru. Mereka akan fokus pada pekerjaan dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka sebelum mengambil langkah besar tersebut.
Selama beberapa bulan ke depan, kehidupan mereka terus berjalan. Mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan dan menikmati waktu bersama. Raka mulai memperluas bisnisnya, mendapatkan klien-klien baru, sementara Keisha berhasil mendapatkan promosi di tempat kerjanya. Keduanya merasa bangga dengan pencapaian masing-masing.
Suatu malam, setelah hari yang melelahkan, Keisha mencium Raka dan berkata, “Aku sangat bersyukur kita bisa melalui semua ini bersama. Meskipun ada tantangan, aku merasa kita semakin kuat.”
Raka tersenyum dan menarik Keisha lebih dekat. “Kita memang menghadapi banyak hal, tapi kita juga mendapatkan banyak hal. Aku bangga padamu, Keisha. Kau selalu berhasil membuatku terinspirasi.”
Mereka menghabiskan malam itu berbicara tentang mimpi-mimpi mereka dan semua hal yang ingin mereka capai di masa depan. Keisha tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan tantangan yang akan datang hanya akan membuat cinta mereka semakin kuat.
Beberapa bulan kemudian, saat Keisha merayakan ulang tahunnya, Raka memberikan hadiah yang sangat istimewa — sebuah buku catatan kosong. “Aku ingin kita mengisi buku ini dengan semua impian dan rencana kita ke depan,” katanya.
Keisha terharu melihat perhatian Raka. “Ini ide yang luar biasa! Mari kita mulai menuliskan semua hal yang ingin kita capai bersama.”
Dan begitu mereka mulai menulis, mereka menemukan bahwa cinta mereka bukan hanya tentang momen indah, tetapi juga tentang tumbuh dan belajar bersama dalam setiap langkah perjalanan. Mereka tahu bahwa tidak peduli apa yang terjadi, mereka akan selalu menjadi satu tim, saling mendukung dan menguatkan.
Malam itu, di bawah bintang-bintang yang bersinar, mereka menulis bab baru dalam kisah hidup mereka. Mereka berkomitmen untuk selalu saling menggenggam tangan, menghadapi dunia dengan penuh keberanian, dan menemukan kebahagiaan dalam perjalanan yang tak terduga.
Setelah menikah, kehidupan Keisha dan Raka terasa seperti petualangan baru yang penuh warna. Mereka mulai menempati rumah kecil yang nyaman di pinggiran kota, tempat di mana mimpi-mimpi mereka bisa tumbuh dan berkembang. Suatu pagi yang cerah, Keisha sedang menyiapkan sarapan saat Raka masuk ke dapur, terlihat segar setelah berolahraga.
"Selamat pagi, sayang!" seru Keisha, menyajikan roti panggang dan telur ceplok. "Kau ingin kopi atau teh?"
"Teh saja, ya. Koperasi harus tetap berjalan," jawab Raka sambil tersenyum, mengedipkan matanya. "Tapi roti panggang ini yang membuatku bersemangat. Aroma harumnya menggoda sekali!"
Keisha tertawa, menggelengkan kepala. "Kau tahu, kadang aku merasa lebih senang memasak untukmu daripada untuk diriku sendiri. Rasanya seperti merayakan setiap hari dengan makanan!"
Raka mendekat, mencuri sepotong roti panggang. "Ah, begitulah cara kita saling mencintai, kan? Makan bersama dan menciptakan kenangan di setiap suapan. Jadi, apa rencana kita hari ini?"
"Bagaimana kalau kita berkunjung ke pasar seni? Aku mendengar ada banyak karya lokal yang menarik," usul Keisha, matanya bersinar penuh antusiasme.
"Setuju! Kita bisa mencari dekorasi untuk rumah kita, sekaligus mencari sesuatu yang unik," Raka menjawab sambil menyeringai. "Tapi ingat, tidak ada yang lebih mahal dari dompet kita, ya!"
Keisha pura-pura cemberut. "Huh, kau tahu aku tidak bisa menolak barang-barang yang indah. Tapi oke, aku janji tidak akan menghabiskan semua uang kita."
Setelah sarapan, mereka bersiap-siap untuk pergi ke pasar seni. Dalam perjalanan, Raka memegang tangan Keisha, mengingatkan betapa beruntungnya mereka bisa bersama.
"Keisha, aku sangat bersyukur memiliki kamu di sisiku. Setiap hari bersamamu seperti petualangan baru," Raka berkata, menatap Keisha dengan penuh kasih.
"Sama-sama, Raka. Setiap momen yang kita habiskan bersama terasa sangat berarti. Aku berharap kita bisa menjelajahi lebih banyak tempat dan membuat kenangan indah," jawab Keisha, meremas tangan Raka dengan lembut.
Sesampainya di pasar seni, mereka terpesona oleh berbagai karya seni yang dipamerkan. Keisha dengan penuh semangat menghampiri stan yang menampilkan lukisan warna-warni.
"Look at this one, Raka! Bagaimana menurutmu? Ini begitu indah!" teriaknya, menunjuk lukisan pemandangan laut yang menakjubkan.
Raka mendekat, menatap lukisan itu. "Wow, ini benar-benar menarik. Tapi mungkin kita perlu bertanya kepada pelukisnya tentang inspirasi di balik karya ini."
"Mau kubeli?" tanya Keisha, menggoda.
"Ya, kenapa tidak? Selama kita tidak menghabiskan seluruh tabungan kita," Raka membalas sambil tertawa.
Setelah mengobrol dengan pelukis dan membeli lukisan, mereka melanjutkan menjelajahi pasar. Saat mereka berjalan, Raka tiba-tiba melihat sebuah kerajinan tangan yang unik.
"Keisha, lihat! Itu nampaknya merupakan tempat penyimpanan kunci. Kita butuh ini!" Raka menunjuk sambil melirik Keisha.
"Ah, itu bagus! Dengan ini, kita tidak akan kehilangan kunci rumah lagi," Keisha menjawab, terkesan dengan ide Raka. "Mari kita beli!"
Setelah menghabiskan beberapa jam di pasar, mereka merasa puas dengan penemuan-penemuan mereka. Dalam perjalanan pulang, Raka mengemudikan mobil sambil tersenyum lebar.
"Rasanya menyenangkan, ya? Kita harus melakukan ini lebih sering," ucapnya.
"Benar! Ini adalah hari yang sempurna. Aku suka bagaimana kita bisa menemukan hal-hal baru bersama," balas Keisha, tak dapat menyembunyikan senyum di wajahnya.
Sesampainya di rumah, mereka mulai menata barang-barang baru mereka. Raka menggantung lukisan di dinding sementara Keisha menata kerajinan tangan di meja.
"Wow, rumah kita semakin terasa seperti rumah," kata Raka, melangkah mundur untuk melihat hasil kerja mereka. "Ini sangat keren!"
"Semua ini berkat kerja sama kita," jawab Keisha dengan bangga. "Mungkin kita bisa mengadakan pesta rumah kecil untuk teman-teman kita setelah semuanya selesai."
"Bagus! Aku suka ide itu. Kita bisa menunjukkan rumah baru kita sekaligus merayakan kebersamaan kita," Raka menyetujui, semangatnya terlihat jelas.
"Setuju! Mari kita buat undangan dan rencanakan menu!" Keisha berseru, bersemangat.
Malam itu, mereka duduk bersama di sofa, saling berbagi impian dan harapan untuk masa depan.
"Raka, bagaimana jika kita mulai memikirkan tentang anak-anak kita di masa depan?" tanya Keisha dengan lembut.
Raka menatap Keisha, mengangguk pelan. "Aku ingin memiliki anak-anak yang penuh semangat dan baik hati, seperti kamu. Tapi, kita harus siap untuk semua tantangan yang datang."
"Aku percaya kita bisa melaluinya bersama. Kita sudah melewati banyak hal," Keisha menjawab dengan optimis. "Dan aku ingin mereka tahu betapa berharganya keluarga."
"Benar. Keluarga adalah segalanya," Raka setuju, meraih tangan Keisha. "Kita akan menjadi orang tua yang baik. Aku yakin itu."