NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Klub Film Ini Bermasalah!

Pada saat jam istirahat kedua. Dika langsung mengunjungi klub film yang berada di lantai empat. Dia berniat untuk melihat-lihat kondisi ruang klub sebelum bergabung ke dalam klub tersebut.

Dika berjalan Melewati ruang OSIS yang terdapat beberapa gadis sedang mengobrol di koridor. Entah kenapa, ketika Dika melewati mereka. Dika merasa ada tatapan menusuk yang mengenai punggungnya.

Dika menemukan kalau pintu ruang klub film sedikit terbuka. Merasa penasaran, dia membuka pintu dengan pelan. Secara mendadak, Dika merasakan keadaan intens yang terjadi di dalam ruangan tersebut.

Ada seorang laki-laki dan seorang gadis yang bersujud di depan gadis dengan wajah penuh amarah. Gadis yang berdiri di depan kedua orang itu memiliki rambut hitam panjang dengan wajah serius.

Dika perlahan menoleh ke sisi lain dan menemukan sosok gadis yang duduk di sebelahnya saat di kelas. Dika ingat kalau nama gadis tersebut adalah Mona. Dia sangat ketakutan melihat sosok gadis dengan wajah serius itu.

"Aku minta maaf karena telah menganggu kalian," kata Dika sambil perlahan menutup pintu ruang klub.

Seorang laki-laki yang bersujud itu menarik tangan Dika dan mengaku kalau dia ingin bergabung ke dalam klub film. Dika yang terkejut langsung mundur beberapa langkah untuk melihat situasinya.

Kedua mata Dika melihat ke sosok gadis dengan wajah yang serius itu. Dika baru menyadari kalau gadis itu mengenakan tanda pengenal bertuliskan 'KETUA OSIS' di lengan kirinya.

Dika bercerita kalau dia memang berniat untuk bergabung ke dalam klub film. Namun, Dika ragu untuk memantapkan niatnya karena belum melihat kondisi klub film.

"Apa kamu murid baru?" tanya Ketua OSIS dengan wajah yang serius.

Dika mengiyakannya. Sebab hari ini adalah hari pertama Dika masuk ke sekolah ini. Mendengar perkataan Dika, Ketua OSIS itu mengangguk pelan.

Ketua OSIS menjelaskan kalau klub film kekurangan anggota. Menurut aturan sekolah, jika anggota klub kurang dari empat orang dan tidak produktif. Maka klub tersebut akan dibubarkan. Karena masih banyak klub berpotensi untuk mengganti posisi dari klub yang dibubarkan.

Dika menghembuskan napas panjang. Melihat situasinya jelas sangat mendadak. Dika berniat untuk membantu laki-laki yang berada di depannya. Tapi, disisi lain. Menurut perkataan Ketua OSIS, klub film sepertinya tidak produktif.

Kedua mata Dika melihat ke banyak sisi. Dia bahkan menemukan kalau ruang klub film seperti ruang untuk bersantai dan tidak melekat identitas dari klub film itu sendiri.

"Boleh aku melihat kondisi klub film untuk saat ini?" tanya Dika dengan penasaran, "Mungkin aku bisa menghilangkan keraguanku sampai sore nanti. Karena aku tidak bisa memastikan dengan jelas. Apakah aku memang ingin masuk ke klub ini atau tidak."

"Tuh, dengar Tio," kesal Ketua OSIS, "Anak baru ini mempunyai mata yang tajam. Dia saja bimbang untuk masuk klub yang meragukan seperti ini."

"Gue mohon, Siska. Berikan gue dan Nuri waktu lagi untuk mencari anggota klub baru, " pinta Tio dengan kedua mata yang berkaca-kaca, "Berikan gue waktu seminggu lagi. Eh, lima hari lagi, deh."

Siska sebagai Ketua OSIS hanya bisa menghembuskan napas berat melihat Tio yang memohon seperti itu. Namun, Siska sangat memikul tanggung jawab peraturan sekolah. Walau Siska mengenal Tio sebagai teman. Aturan tetap aturan di mata Siska.

"Masalahnya kalian ini udah kekurangan anggota. Kalian juga tidak produktif untuk membuat ciri khas dalam klub kalian," jelas Siska sambil melipat kedua tangan dibawah dadanya, "Aku ini bertanggung jawab untuk memberikan informasi ke setiap klub jika ada acara di luar sekolah. Setiap aku memberikan informasi ini ke kalian. Kalian berdua hanya bisa lari dari kenyataan."

Nuri bersandar pada dinding ruang klub, "Masalah yang kami hadapi juga membuat kami pusing. Orang yang sebelumnya ada di Klub Penggemar Film dan bekerja sama dalam pembuatan film pendek tahun lalu sudah pindah sekolah. Klub ini juga nyatanya mempunyai masalahnya sendiri."

"Aku tidak ingin mendengar hal lain. Ada banyak proposal yang masuk ke dalam OSIS mengenai pembuatan klub, baru" ungkap Siska sambil memegang kepalanya, "Kalian masih ingin di ruangan ini atau bukan. Itu semua ada di tangan kalian."

Siska langsung berbalik dan meninggalkan ruangan klub film. Ada raut wajah pasrah diantara semua anggota klub film.

"Oh, iya. Aku lupa memberi tahu kalian. Bulan depan tepatnya bulan agustus akan diadakan festival musim panas," cecar Siska, "Aku ingin kalian berpartisipasi di dalamnya. Jika tidak, aku terpaksa membubarkan klub ini. Ingat ini sudah bukan teguran lagi. Ini adalah ancaman dariku."

Melihat semua yang terjadi. Dika berniat mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam klub film. Nyatanya klub tersebut sudah di ujung tanduk. Kalau dirinya masuk dan klub film tidak berkontraksi dalam kegiatan sekolah rasanya juga percuma saja. Dika mampu membayangkan klub film ini mudah dibubarkan.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Nuri yang menghampiri Dika.

"Dika."

"Apa kamu berniat bergabung dengan kami? Kebetulan kami sangat kekurangan anggota," lanjut Nuri sambil memohon, "Kita punya banyak kegiatan setiap minggunya. Dari menonton film bersama menggunakan proyektor sampai berbagi akun anggota."

Dika mengatakan kalau itu adalah kegiatan yang tidak terlalu spesial untuk mereka penggemar film. Dika justru bertanya mengapa mereka tidak berniat untuk membuat film sendiri.

Tio menjelaskan kalau kemampuan pengambilan gambar setiap orang di ruangan ini sangat buruk. Alhasil belum ada yang bisa mendapat gambar sempurna untuk pengambilan gambar.

Untuk sesaat Dika mengerti. Kemudian dia menanyakan penulis skenarionya. Tio dan Nuri menunjuk ke arah Mona yang sedang mengetik di depan laptopnya.

"Tunggu-tunggu. Aku belum pernah menulis skenario film. Selama ini aku hanya menulis novel," jawab Mona.

Dika memicingkan matanya, "Bukannya ada klub penulis, ya?"

"Keanggotaan di klub tersebut sudah ditutup. Alhasil aku tidak ada tempat dan berteduh di klub ini."

Dika menarik napas panjang, "Yah, untuk alasan itu aku mengerti."

"Kalau lu bertanya peran gue disini sebagai apa. Gue ini sangat ahli dalam editing video," potong Tio, "Pengajuan dana untuk pembelian komputer dalam klub ini saja bisa dilakukan berkat gue."

Dika mengambil kursi dan duduk di tempatnya. Dia menjelaskan kalau sejak awal dirinya emang berniat untuk bergabung dalam klub film. Tapi, dia masih belum melihat keseriusan dalam klub ini.

Tangan kanan Dika mengambil ponsel dari kantung celananya. Dia membuka beberapa rekaman yang dia buat sejak masa SMP sampai di SMA dulunya. Kemudian dia menunjukkannya kepada semua orang di meja klub.

Kedua mata Nuri langsung terpukau melihat pengambilan gambar yang dilakukan oleh Dika. Menurutnya itu terasa seperti menonton film yang dibuat oleh orang industri film.

Tio mengangguk dan setuju dengan perkataan Nuri. Untuk sesaat Tio bertanya mengenai pengambilan gambar ke kiri dan kanan dengan gerak cepat dalam memperlihatkan dua objek.

"Oh, ini disebut Whip Pan Shot," kata Dika sambil mendongakkan kepalanya, "Kamu tahu film La La Land? Yang sutradaranya itu Damien Chazelle."

"Film yang dirilis 2016 itu?" tanya Mona.

"Benar. Jika kamu mengingatnya. Disana ada adegan dimana kedua pemeran utama yang bermain piano dan menari secara bersamaan," jelas Dika sambil mencontohkan pengambilan gambarnya, "Karena posisi kedua pameran utama tidak dalam satu gambar. Sutradaranya menggunakan teknik pengambilan gambar gaya cepat seperti ini."

"Baiklah, susah sepakat untuk acara festival musim panas. Lu yang megang kendali, Dika," kata Tio.

"Tunggu-tunggu. Kenapa mendadak malah aku?"

"Kamu ingin klub ini terselamatkan atau tidak?" tanya Nuri dengan wajah berharap.

Pada akhirnya, Dika bergabung dalam klub film. Masih ada sebulan untuk masuk ke bulan agustus. Kata Tio festival musim panas biasanya diselenggarakan pada pertengahan bulan agustus.

Dengan kata lain, Dika harus menyelesaikan filmnya sebelum akhir juli. Memandangi semuanya membuat seluruh tubuh Dika lemas.

Setelah menyerahkan formulir pendaftaran klub pada Bu Indah ketika jam sekolah berakhir. Dika berjalan menuju atap sekolah dan ingin meluapkan semuanya yang terjadi pada hari ini.

"Klub film ini bermasalah!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!