Bangkit Nya Gadis Tersisih

Karena dari tadi di tanya hanya menjawab iya saja, Edwin menarik Nara pergi kebelakang agar bisa memprotes jawaban dari gadis ini. Untung Jeff belum datang sehingga belum seberapa malu, Kalau begini cara nya sangat susah mau menjadikan Nara pacar bohongan karena gadis ini begitu kaku di ajak bicara, Orang akan langsung tahu hanya dengan sekali bicara saja. Apa lagi Tuan Joshua yang pengetahuan nya sangat luas, Pasti sejak tadi sudah tahu bahwa Edwin sengaja ngajak gadis ini untuk melindungi diri agar tak banyak di tanya tentang pernikahan, Sayang nya tak berjalan mulus karena gadis ini begitu bodoh dan hanya menurut dari ajaran pertama.

Nara hanya menerima latihan untuk menjadi kuat dan tidak lemah saat menghadapi bahaya, Cara untuk membunuh siapa pun yang jadi musuh nya. Memegang pistol dan juga pisau lah yang latihan Nara dapat, Bukan bertanya jawab kepada calon mertua seperti ini. Andai saja mereka memang pacaran, Mungkin saja Nara tak akan kaku bila di ajak bicara dengan calon mertua nya, Tapi ini mereka memang sama sekali tidak ada hubungan apa apa, Mendadak saja Edwin mengajak Nara untuk bertemu Tuan Joshua dan dari rumah sudah mewanti wanti agar Nara nanti selalu menjawab Iya bila di tanya Sang Papa, Jadi Nara manut saja dan menjawab Iya walau itu sangat tidak nyambung dengan pertanyaan yang di berikan oleh orang. Tak peduli keluarga Edwin menganggap nya bodoh dan tidak nyambung, Karena sang Tuan sudah memberi peringatan sebelum mereka berangkat tadi. Apa pun tanggapan orang akan di anggap nya saja angin lalu, Yang penting dia nurut saja.

"Kamu gimana sih, Ra? Papa ku tanya apa kok kamu jawab IYA saja dari tadi." Kesal Edwin.

"Lah kata nya kalau di tanya apa saja aku cukup jawab, IYA! Salah saya apa lagi, Tuan?" Bingung Nara.

"Ya tapi di lihat dulu dong apa pertanyaan nya! Masa tadi Papa nanya aku gila, Kamu jawab iya juga." Protes Edwin.

"Padahal dia memang gila." Jawab Batin Nara.

"Apa?!"

Nara menggeleng karena Edwin tahu hati gadis ini pasti mengatai diri nya, Malu sekali rasa nya sekarang mau kembali ngobrol bersama. Mana suara Jeff juga sudah datang, Pasti nanti akan lebih heboh lagi karena Abang nya itu agal gila juga.

"Pokok nya kamu harus jawab bagai mana pacar palsu." Tegas Edwin.

"Lah kok begitu, Tuan? Awal perjanjian saya di kenal kan bukan sebagai pacar palsu." Kaget Nara.

"Lalu untuk apa saya bawa kamu kemari?" Edwin menatap mata Nara lekat.

Membuat gadis ini salah tingkah dan melihat kearah lain, Ternyata mata Edwin menyimpan sejuta pesona sehingga membuat hati gadis yang menatap nya jadi bergetar tak menentu, Pantas saja Celia bertahan begitu lama untuk menunggu hati Edwin terbuka. Nara mendadak saja ingat dengan pelatih nya, Dia merasa. Sudah menghianati.

"Maafkan saya, Tuan! Tapi saya ingin pulang sekarang." Nara panik.

"Ada apa dengan mu? Acara keluarga ku belum selesai!" Cegah Edwin menarik tangan Nara.

"Ini tidak benar, Aku tidak mau jadi perusak seperti Ibu ku." Nara sangat panik tak karuan.

Di hati nya sudah tertanam bahwa dia tak boleh menurun sifat Ibu nya, Walau ini bukan lah menghianati seperti mengambil suami orang, Karena Celia dan Edwin tak pernah pacaran apa lagi menikah. Namun tetap saja Nara akan merasa begitu, Entah bagai mana reaksi Celia nanti.

"Tuan, Tolong jangan tempat kan saya di posisi ini. Kak Celia suka pada mu kan, Jadi tolong jangan buat aku seolah adalah orang ketiga." Pinta Nara.

"Apa yang kau bicarakan?! Aku tidak punya hubungan apa pun dengan dia." Sentak Edwin.

Nara terkejut karena tiba tiba saja di bentak oleh Tuan nya, Siapa yang tidak tahu bahwa Celia sangat menyukai Edwin sejak dulu. Sudah bukan rahasia lagi di mansion tentang cinta Celia kepada Edwin.

"Maaf, Aku tidak mau merusak hubungan kami." Nara bergegas pergi.

Agar tidak ketahuan oleh orang lain, Dia sengaja lewat pintu belakang dan mengandap endap agar tak ketahuan oleh siapa pun. Setelah sampai luar baru lah berjalan normal menurun kan gaun nya yang agak ribet, Bodyguard memperhatikan Nara yang tadi datang bersama Tuan muda mereka namun sekarang malah pulang sendiri.

"Bodoh sekali aku! Bisa bisa nya setuju di ajak dia." Nara menghentak kan kaki kesal.

Berjalan di malam hari dengan gaun lengan pendek, Rasa nya begitu pegal berjalan menggunakan sepatu tinggi. Maka Nara pun membuka nya dan berjalan sambil menikmati malam yang masih ramai, Ada juga orang yang melihat nya karena berjalan sendirian dan wajah nya juga sangat cantik.

Gerimis turun membasahi bumi membuat ingatan Nara kembali saat di baru pertama kali datang kekota, Tanpa terasa kaki nya malah menuju tempat di mana dia di buang dan di tabrak oleh Kakak tiri nya yang begitu kejam.

"Dari sini lah awal mula nya di mulai, Sangat tidak di sangka bahwa aku masih bisa hidup." Nara berkata lirih.

Hujan membasahi rambut nya yang sangat hitam sepinggang, Gaun nya semakin redup karena terkena air hujan. Nara tidak berniat untuk berteduh karena ingin mengingat bagai mana sengsara nya di lima tahun yang lalu, Saat dia berjuang mati matian agar bisa tetap hidup dan menjalani hari hari seperti sekarang.

"Sebentar lagi kau akan merasakan penderitaan yang ku alami." Bisik hati Nara penuh kebencian.

Wajah gadis ini sudah banyak yang berubah karena dia menjalani operasi plastik tiga tahun yang lalu, Untuk menghilangkan bekas daging yang terbakar akibat catok, Edwin yang mengeluarkan banyak biaya untuk dia, Walau wajah Nara tak banyak yang di operasi karena dia tidak membuang atau menambah bagian lain. Nara hanya membuat kulit nya yang cacat itu terbuang, Berganti dengan yang mulus dan bagus.

Puas berada di sini dan mengingat semua kesedihan nya, Nara memutar tubuh dan memilih pulang. Tanpa sengaja berpapasan dengan pria berkemeja hitam yang terlihat sangat tampan, Nara agak menunduk karena dia tahu siapa pria yanh baru datang ini. Alan masih sering datang karena berusaha mencari Nara, Hati nya tidak yakin bahwa gadis itu meninggal.

Dia sudah menjadi Ceo terkenal karena orang tua nya mendirikan perusahaan dan menjadi maju berkat di kelola oleh Alan, Alan yang merasa seperti kenal dengan gadis yang lewat barusan di sebelah nya langsung menoleh. Namun Nara sudah tak kelihatan lagi, Alan hanya menatap udara kosong saja tanpa tahu bahwa Nara bersembunyi di balik tembok gedung.