Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______
Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.
"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target Utama Terdeteksi
Dalam pandangan Luri, Mara adalah gadis kecil yang mudah dikendalikan olehnya. Di rumah itu hanya dia pemilik satu-satunya dan dia selalu hidup nyaman. Meskipun dia menganggap keberadaan Mara tidak enak dilihat, tapi dia akan selalu menjadi sempurna dalam mencapai keinginannya.
Selama dua tahun menikah, dia tak pernah mendapatkan masalah. Dia juga sangat jarang bertengkar dengan Wilson. Masalah Mara selalu dia tuntaskan dengan baik di depan suaminya itu. Hidup putrinya pun bahkan lebih baik. Semua perbuatan-perbuatan yang pastinya tidak disukai Wilson selalu ia sembunyikan dengan baik.
Yang membuat ia lebih nyaman ialah Mara tak pernah berbicara apapun pada Ayahnya karena hubungan mereka sangat buruk, sehingga tentu saja itu membuat dirinya semakin aman.
Tapi ada apa dengan gadis itu hari ini?
Luri merasa seolah-olah sesuatu yang ia kendalikan menjadi liar dan kabur dari bawah kendalinya. Mara yang bahkan tak pernah berbicara saat ayahnya di rumah, kini tiba-tiba ia ikut sarapan bersama.
Tentu saja ia melakukan banyak hal baik dan curahan kasih pada Mara sayang selama Wilson ada di rumah. Mara setuju sarapan pun ia sudah sangat kaget. Dari sana ia sudah merasakan firasat buruk.
Benar saja. Gadis itu seolah menjadi orang lain. Dia pintar berbicara dan untuk pertama kalinya berhasil memojokkannya. Hatinya berdebar kencang karena panik.
"Sayang! Aku tidak—!" Situasi tak terduga ini benar-benar membuatnya tidak tahu harus berkata apa untuk menyangkal. Luri hanya bisa memelototi Mara.
Mara terisak dan menutup wajahnya, padahal dia menahan senyum kesenangan. Ia mengusap air matanya dan menatap wajah menahan marah Wilson.
"Ayah pasti lebih percaya pada Ibu. Tapi tidak apa-apa. Jika Ayah tidak percaya, maka aku bisa memberikan bukti bahwa aku bekerja. Ayah bisa datang ke alamat tempat kerjaku yang akan kuberikan nanti."
"Luri! Kita harus bicara! Datang ke ruang kerjaku sekarang!" Wilson melenggang pergi dengan wajah agak pucat karena marah.
Meskipun perlakuannya menyakiti Mara sebelumnya, tapi Luri tidak pernah memperlihatkan wajah aslinya secara terang-terangan meskipun Wilson tidak ada. Tapi saat ini setelah Wilson pergi berjalan duluan meninggalkan ketiganya, Luri menatap Mara seolah ingin mencabik-cabiknya, sayang sekali itu hanya sekilas.
Setelah mengalihkan pandangan sebentar, Luri berekspresi selembut biasannya dan berkata menyedihkan pada Mara. "Ibu tidak tahu kesalahan apa yang Ibu lakukan padamu, Mara. Mengapa kamu—"
"Aktingmu sangat bagus." Mara berkata santai pada Luri sembari memakan puding cokelatnya dan tersenyum. Lalu pandangan beralih pada Melody. "Tapi aktingmu sangat buruk. Kenapa kamu tidak belajar dengan ibumu? Ekspresimu sangat jelek tadi. Cobalah untuk mengontrolnya jika merasa marah saat di depan Ayah."
Mara menutup mulut sambil terkikik. Lalu dia langsung melenggang sembari tertawa mengejek. Pasti sikapnya sangat menyebalkan bagi mereka.
"Dasar jal*ng!!" Melody menendang kursi dengan marah. "Ibu, aku sangat marah! Apa yang harus kulakukan untuk membunuhnya!"
"Pelankan suaramu, Melody!" Luri juga marah, tapi ia harus menahan kesabaran. Ia menarik nafas dan mengontrol emosinya. "Jangan terpengaruh. Berikanlah semua barang anak itu yang kamu ambil jika kamu masih ingin tinggal di rumah ini!"
"Ibu—!"
"Jangan membantah! Apakah kamu ingin hidup miskin di jalanan lagi?!"
Melody mengepalkan tangannya dengan gemetar. Ia menangis karena kesal dan terus mengutuk Mara.
"Ibu akan pergi ke ruang kerjanya. Jika nanti kamu ditanya oleh Ayahmu, akui kesalahanmu."
"Baik, Bu."
Mara yang bersembunyi masih bisa mendengar obrolan mereka. Ia merasa sangat puas sehingga tidak bisa menahan tawa.
Ia berlari bebas keluar rumah dan berniat berjalan pagi ke luar.
"Sistem! Apa kamu melihat itu! Haha! Aku sangat puas!"
"Bip—Citra baik Luri menurun 8. Sisa: 80."
"Bip—Citra baik Melody menurun 5. Sisa: 75."
Langkah Mara berhenti. "Tunggu! Mengapa ada hal seperti itu? Ah, kenapa sisanya sangat banyak, Sistem!!"
Sistem: "Jika citra baik keduanya jatuh pada sisa angka 0, maka tugas Anda mengalahkan musuh Anda akan sempurna. Begitu pula jika nilai baik target Anda nanti mencapai angka 100, maka tubuh asli di dunia Anda akan pulih total dari penyakit dan bangun dari koma."
"Tapi, angka sisa sangat banyak! Apakah kesan mereka di mata Ayah sebaik itu?"
Sistem: "Itu benar. Anda harus lebih berusaha."
"Hmp! Menyebalkan."
Mara berjalan acak untuk menghindari orang-orang di rumah, dan dia tidak tahu dirinya tengah berada di mana sekarang. Satu hal yang yang terpikirkan olehnya saat ini adalah 'dunia novel' ini benar-benar realistis dan tidak ada bedanya dengan dunianya sendiri. Jika dia tidak kenal sistem pasti ia akan menduga jika ia hanya hidup bersama orang lain, bukan hidup di dunia novel.
"Sistem hari apa ini?" tanya Mara sambil melihat orang-orang asing.
"Hari minggu. Mulai besok Anda akan sekolah dan ingatlah untuk tidak terlibat para protagonis."
Mara hanya mengangguk. Pantas saja hari minggu, di perkomplekan elit yang nyaman ini, banyak orang tengah melakukan joging dan tidak jauh ada lapangan kecil di mana banyak anak-anak bermain bola di sama.
"Bip—target utama terdeteksi. Jarak 30 meter dari Anda."
"APA?!
Sangat tiba-tiba?
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk