Setelah akadnya bersama sang suami, Aleta mengetahui fakta yang menyakitkan. Laki-laki yang baru beberapa jam menjadi suaminya ternyata selama ini mengkhianatinya. Lebih menyakitkan lagi selingkuhan dari sang suami yakni orang terdekatnya. Aleta hancur, hidupnya tak berati lagi, namun ia tak ingin hidupnya sia-sia untuk laki-laki yang telah mengkhianatinya. Ia bersumpah akan membalas rasa sakitnya kepada kedua orang yang sekarang menjadi incaran atas rasa sakit hatinya.
Namun siapa sangka? setelah mendapatkan kehancuran dalam hidupnya, Aleta justru dipertemukan dengan seorang laki-laki yang akan merubah hidupnya, ia juga yang membantu Aleta membalaskan dendam.
Arfandra Nanggala, laki-laki mapan,tampan, juga sangat pintar dalam bersandiwara, menyembunyikan setatus dirinya juga termasuk bagian dalam sandiwara Arfandra.
"Kamu tidak ingat perjanjian kita diawal?"
"Untuk sekarang aku masih ingat, tapi tidak tahu ke depannya."
Damn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 4
Kalau ada orang gila yang masih bisa jaga keperawanannya padahal sudah menikah itu hanya Aleta. Gadis cantik itu masih mampu berdiri kokoh disaat derasnya rayuan suaminya.
Sudah 10 hari Aleta dan Dipta menikah, namun sampai detik ini, Dipta masih belum bisa membobol gawang Aleta, penjaga gawangnya begitu tangguh dan tidak pantang menyerah.
Aleta menghela napas sangat dalam seraya meneguk kopi yang sedang dipegang olehnya. Manik matanya meneliti 3 koper besar yang didalamnya terdapat barang-barang juga pakaian miliknya.
Hari ini ia akan diboyong ke rumah Dipta, Aleta tidak punya cara lain lagi untuk menolak setelah 10 hari ia masih berada di rumah kedua orang tuanya. Ada perasaan khawatir dalam dirinya jika hanya berdua dengan Dipta, namun ada sedikit perasaan lega mengingat Dipta juga akan kembali bekerja. Di hari ini tentunya.
"Sayang, ayo sarapan dulu," suara Dipta membuyarkan lamunannya.
Aleta hanya memberi jawaban dengan sebuah anggukan tanpa bersuara. Secangkir kopi yang sedang ia bawa ikut serta menemani sarapannya. Setiap kali ia merasa gelisah, Aleta akan meracik kopi untuk dirinya sendiri agar lebih tenang, kebiasaan aneh memang, tetapi itu cukup berhasil.
"Tata, ingat ya? Sekarang kamu sudah menjadi suami, kalau ada apa-apa bilang dulu sama Dipta," ujar papanya, pak Prabu.
Aleta melirik Dipta sekilas. Lalu mengangguk sebagai jawaban. Dalam hati Aleta mana sudi ia harus lapor dengan Dipta sementara laki-laki itu sudah membuatnya merasa dendam dan benci yang mendalam.
"Mama juga sudah siapkan masakan untuk kalian bawa," jelas mama Aleta, Iranda.
Setelah selesai sarapan. Aleta dan Dipta langsung pamit dengan kedua orang tua Aleta, tidak terkecuali Alesa.
"Baik-baik ya lo?" ujar Alesa diangguki oleh Aleta.
"Tenang aja, gue kan sama suami," balas Aleta dengan sedikit senyum.
Alesa mengangguk, lalu ia menatap Dipta yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Jagain adik gue, awas aja kalau lo berani bikin dia nangis," ujar Alesa seketika membuat Aleta ingin muntah rasanya.
"Bisa banget ya aktingnya?" ujarnya dalam hati.
"Lo tenang aja Sa, Tata aman dan bahagia sama gue," balas Dipta yang semakin membuat Aleta kegerahan terus berada di antara kedua orang tersebut.
Keduanya sama-sama pintar menyembunyikannya, sangat apik dan rapih sampai membuat semua orang disekitar tidak akan curiga. Jika saja Aleta tidak memergokinya secara langsung di ponsel Dipta, mungkin Aleta juga menjadi salah satu orang yang masih dibohongi oleh mereka sampai detik ini. Namun meski Tuhan tidak adil membongkarnya di hari bahagianya, tetap saja ada kelegaan dalam hati Aleta sudah mengetahuinya sebelum malam pertama bersama Dipta dilakukan.
Ngomong-ngomong tengang malam pertama kini Aleta melirik Dipta yang sudah fokus dengan setir mobilnya. Ia jadi merinding mengingat akan hal itu.
Bahkan terlalu larut dengan segela isi pikirannya tentang kedua orang yang telah mengkhianatinya Aleta sampai tidak sadar jika mobil Dipta kini sudah berhenti di depan rumah. Tidak terlalu besar memang, namun untuk tinggal 2 orang saja itu sudah lebih dari cukup.
"Sayang ayo," ajak Dipta hanya dibalas senyum tipis oleh Aleta.
Dipta sibuk menurunkan koper milik Aleta, sementara gadis itu masih berdiri menatap rumah di depannya.
Tiba-tiba tangan kekar Dipta melingkar pada pinggangnya. Aleta dibuat terkejut dengan perbuatan Dipta.
"Kak, jangan ini masih di luar," ujar Aleta mengingatkan.
Sebenarnya gadis itu sedang menghindar, setiap kali Dipta berusaha memberikan sentuhan pada tubuhnya Aleta selalu berkelit. Namun agaknya Dipta bisa bersabar untuk menunggu Aleta siap, dan akan Dipta pastikan di rumah baru mereka yang hanya dihuni berdua oleh mereka, Dipta akan meminta haknya selama ini yang sudah ditunda-tunda.
"Kita masuk sekarang," ujar Dipta kembali membawa koper milik Aleta.
Rumahnya sebenarnya cukup nyaman, hanya saja penghuninya yang membuat Aleta merasa tidak nyaman. Ia harus berusaha keras supaya terhindar dari marabahaya itu. Bagi Aleta sekarang memberikan kewajibannya sebagai seorang istri untuk Dipta ialah suatu bahaya. Namun untuk meminta berpisah juga tidak mungkin ia lakukan, pernikahan mereka bahkan baru berapa hari. Aleta tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
"Sayang."
Lagi-lagi Dipta menarik tubuh Aleta ke dalam dekapannya. Laki-laki itu memeluk Aleta dan menghujani sebuah ciuman pada pundak gadis itu.
Alarm bahaya langsung menyala dalam diri Aleta. Ia memikirkan cara agar segera terhindar dari hal yang sangat ia takuti.
"Kak Dipta bukannya sekarang mulai bekerja?" suara Aleta seketika menghentikan kegiatan Dipta pada gadis itu.
Dipta sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. "Kamu benar sayang, aku mulai bekerja hari ini."
"Bisakah bos di kantor pengertian sedikit untuk pengantin baru ini? Bahkan kita belum melakukannya," ujar Dipta dibalas Aleta dengan senyum lembut.
Gadis itu juga harus berakting di depan suaminya. Diusapnya lembut wajah Dipta. Lalu Aleta kembali bersuara dengan senyum manis yang membuat Dipta langsung luluh seketika.
"Ini hari pertama kak Dipta kerja setelah cuti kemarin, jangan sampai buat atasan kaka marah, ingat sekarang ada aku yang harus kaka tanggung jawabi," suara Aleta sengaja dibuat semanja mungkin.
Mendengar suara manja Aleta seketika membuat Dipta merasa sudah tidak sabar lagi, laki-laki itu memajukan wajahnya berniat untuk mengecup bibir mungil istrinya, namun lagi-lagi tindakan Aleta membuat niatnya terurungkan.
"Ayo kak, biar aku antar kakak sampai mobil," dengan sengaja Aleta menarik tangan Dipta.
Dipta mengumpat dalam hatinya. Entah kenapa Aleta seperti sedang menghindar.
"Aku kerja dulu ya sayang," pamit Dipta pad akhirnya.
Aleta mengangguk dengan senyumnya. Lalu melambaikan tangannya. "Hati-hati kak," ujar Aleta.
Setelah mobil Dipta sudah tidak terlihat lagi. Aleta baru bisa bernapas dengan lega. Ia segera masuk ke dalam untuk beristirahat.
"Apa yang harus gue lakuin nanti malam?" gumamnya mencari cara agar nanti malam ia masih aman tanpa serangan dari Dipta.
"Devina, iya Devina," senyumnya mengembang kala mengingat sahabatnya.
Dan kebetulan Devina juga masih berada di rumah. Ia akan menggunakan Devina untuk menyelamatkan dirinya, setidaknya malam ini Aleta masih bisa bernapas dengan lega.
Berbeda dengan Dipta yang kembali bekerja setelah sekitar 2 minggu cuti mempersiapkan pernikahannya sampai untuk bulan madunya, namun bulan madu tidak berlaku untuk Dipta, jangankan bulan madu. Tidur bersama saja Aleta sengaja sekali menggunakan selimut tebal agar tidak tersentuh oleh Dipta.
Dan kini cowok itu sedang sibuk dengan lembaran kertas juga komputer di depannya. Keningnya terasa sedikit pusing. Ia memijit pelipisnya dan kembali menatap layar komputer di depannya.
"Nggak bisa gue kaya gini terus," ujar Dipta mengambil secangkir kopi untuk diseruputnya.
Ting
Sebuah pesan singkat masuk di ponselnya yang dibiarkan tergeletak di atas meja kerja. Ia melirik dan segera mengambil benda pipih tersebut, sebelum akhirnya senyumnya terukir dengan jelas kala membaca pesan singkat yang berisi kata-kata romantis dan menggugah gairahnya.
"Sasa memang selalu dapat diandalkan," ujarnya segera bangkit dari kursi kerjanya.
mau tau Fandra berapa lama redmoon nya😁😁🤭🤭🤭
cm seminggu paling kl ga 9 harian laaah.
tp kan hbs itu lgsg bs unboxing kq😁😁
sabar ya mas Fandra😉
nanti bakal ada masa masa indah pernikahan sm Tata🥰🥰
kenapa ketahuan nya setelah menikah.....
Dasar Dipta buaya kadal buntung. udah punya istri hamil masing aja jajan sana sini. awas aja Alesa bakal kena penyakit nya ntr😌😌😌
di dukung kq mas Fandra biar Arfanda Junior nya segera rilis dan mba Tata jg jd lupa sama dendamnya. biar fokus aja sm dede emes nya🤭🤭