Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi Malas
Dari semalam Nabil tidak bisa tidur, pikirannya selalu teringat akan ucapan orang tuanya tentang pria yang beberapa hari ini bersamanya.
Terlihat kantung matanya yang lelah karena kurang tidur. Hari ini dia kuliah siang, pagi ini kuliah daring, jadi ia bisa bermalas-malasan di kasur setelah sholat subuh.
"Nak.. Nggak kuliah.?" Tanya Mei yang khawatir.
Nabil membuka pintu kamarnya." Masuk siang Bund. Kebetulan dosen pagi ini daring jadi bisa dari rumah saja." Ujarnya.
Mei bisa melihat ada Letop di atas kasur anaknya, dia pun lega. Semalam ia juga kepikiran apakah anaknya merasa tertindas atau terpaksa harus menerima perjodohan ini. Karena dari awal kuliah dia sendiri yang bilang fokus dengan kuliah dulu. Tapi baru semester dua, a sendiri yang merubah haluan.
"Bunda sangka kakak ngambek sama kita." Ujar Mei. Untung saja Nabil tadi menutup kantong matanya yang bengkak. Karena mau kuliah daring.
"He..he.. Nggak bund. Kakak siap-siap dulu ya Bund." Terlihat sekali anaknya menghindari kontak mata dengannya.
"Oh. Bunda antar aja sarapannya ya, biar kakak semangat kuliahnya." Usul Mei.
"Nggak usah Bund. Belum lapar, nanti kakak ambil sendiri." Jawab Nabil cepat. Dia pun tersenyum saat menutup pintu.
Mei membuang nafasnya dalam. Dia pun akhirnya ke meja makan, di sana suami dan kedua anaknya sedang sarapan.
"Loh. Kakak mana Bund. Nggak kuliah?" Tanya Hendra khawatir.
"Kuliah Ayah, cuma daring. Sekarang lagi siap-siap di depan Letop." Jawab Mei.
Hendra hanya mengangguk-angguk mengerti." Yok.. Sarapan cepat nanti telat." Ujar Hendra pada kedua anaknya.
"Adek aja sekolah di depan, mana telat." Nia memonyongkan bibirnya.
"Ha..ha.. Betul tuh dek, Cekgu besarnya ada di sini. Siapa yang akan marahin adek Yah." Ledek Tata pada adiknya.
"Bunda. Abang tuh." Rajuk Nia.
Mei pun pura-pura marah sama Tata. Tapi bagi Tata itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya, ganggu adeknya hingga nangis.
Nabil di kamar, sambil tiduran menatap letop. Ia tidak fokus pada Dosen yang memberikan materinya, matanya ke layar, tapi pikirannya ke mana-mana. Hingga dosen menegurnya.
"Nabila R.. Coba simpulkan materi hari ini sesuai versi anda.?" Ujar Dosennya. Teman-teman yang lain pada ketar ketir terutama teman akrabnya. Tria dan Cindy. Karena barusan Nabil mengirim pesan ke grop mereka bertiga. Lagi nggak fokus hari ini untuk kuliah.
Untung saja ia sudah melihat sebentar materi kuliahnya hari ini, walau tidak sempurna. Tapi cukuplah untuk membuat dosennya membenarkan setelah ditambah mahasiswa lainnya untuk melengkapi. Ketiga sekawan tersebut bernafas lega. Setelah materi selesai. Kuliah pun di tutup. Baru saja letop di tutup, ada panggilan di grup mereka bertiga di beri nama Tri girls.
Nabil pun mengangkatnya." Ada apa beb. Lagi malas nih." Ujar Nabil menerima panggilan grupnya. Terlihat sekali wajah lelah Nabil oleh kedua sahabatnya.
"Ada apa dek.?" Tanya Tria yang penasaran. Di anggukkan Cindy. Karena diantara mereka bertiga Nabil yang paling kecil.
"Masalah aku berat Teh." Jawab Nabil memijat keningnya.
"Cerita dong.." Cindy penasaran sekali." Nabil menggelengkan kepalanya. Wajahnya sendu.
Hari sudah jam 10 siang. Pasti keluarganya sudah sibuk pada kegiatan masing-masing. Hanya dia yang ada di rumah.
"Kita ke sana ya.sekalian nanti kita berangkat bareng." Ujar Tria yang akhirnya karena Nabil tak kunjung jawab. Nabil mengangguk tanda setuju.
Tria dan Cindy yang satu kost pun berangkat ke rumah Nabil. Karena berdua sudah bersiap-siap kuliah. tapi tiba-tiba saja dosen bilang mau daring dengan alasan sedang di luar daerah.
Hanya 20 menit keduanya sampai di rumah Nabil. Mei menyambut keduanya dengan senyum ramahnya di depan rumahnya.
"Assalamualaikum Bunda. Apa kabar. Bolehkah Kami masuk Bund." Sapa keduanya ramah.
"Waalaikumsalam nak. kabar Bunda baik. Eh silahkan masuk nak. Nabil di kamarnya tadi, katanya kuliah daring." Ujar Mei.
"Benar Bund. Baru saja selesai setengah jam yang lalu. Kami mau main dulu di sini, sekalian nanti berangkat bareng siang." Ujar Tria menjelaskan.
Mei pun mengangguk, tidak ada curiga sama sekali. Karena keduanya sering ke rumahnya. maklumlah anak rantau yang jauh dari orang tuanya, Mei tidak keberatan. Kadang mereka tidur bersama. Bagi Mei itu tidak masalah baginya. Yang penting anaknya tidak terjerumus dengan pergaulan bebas dan merusak diri serta masa depan.