Anna wilson gadis yang merasa dikhianati oleh orangtuanya, berubah menjadi gadis yang dingin, tiba tiba dia dibuang oleh ayah tirinya dari tebing ke laut dan berakhir dia berada di tempat yang tidak dia ketahui. anna menukar identitasnya, berharap dia dijauhkan dari cerita masa lalunya tapi jauh di lubuk hatinya dia ingin sekali membalas dendam untuk orang orang yang sudah membuat dia hancur. tapi apakah akan dia berhasil? sedangkan dia berada di tempat yang baru dan dia sudah berkomitmen untuk memulai kehidupan yang baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeiChr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Merasakan sakit
Sudah 2 bulan anna keluar dari rumah ayahnya, semuanya seperti biasa, dia masih pergi kesekolah, dia mendapat pesan dari nomor tak dikenal untuk membunuh orang, dia yang terus menyendiri, yang berbeda hanya dia tidak pernah disiksa lagi oleh ayahnya.
Martin dan sarah juga sudah keluar dari rumah itu mengikuti apa yang anna bilang. awalnya anna membeli rumah ini untuk ibunya, dia berharap saat ibunya kembali dia akan segera membawa ibunya kesini dan tinggal bersama berharap hidupnya akan happy ending, tapi setelah kejadian ditoilet guru membuat dia frustasi dan ingin menjual rumah ini.
Tapi setelah dia pikirkan lagi, tidak ada yang mengetahui tempat ini hanya dia, pak martin dan bibi sarah jadi dia bisa gunakan untuk tempat persembunyiannya apalagi 3 hari yang lalu dia sempat diikuti oleh orang yang tak dikenal beruntung dia bisa mengelabui orang itu.
Dan juga rumah ini dibeli dari apa yang dia kerjakan, jadi tidak salah kalau dia tinggal disini kan.
******
Terdengar suara tawa anak kecil yang sangat lucu ditengah-tengah keluarga ini, keluarga yang selalu harmonis dan tidak pernah mendapat berita buruk. bahkan sebagian orang ingin sekali memiliki keluarga seperti mereka.
"Ibu? aku ingin cantik seperti ibu." kata anak kecil itu.
Ibunya yang mendengar perkataan si anak hanya terkekeh "saat kau dewasa kau akan lebih cantik dari ibu." jawab ibu sambil mencubit hidung anaknya.
"Benarkah?" tanya anak itu lucu dengan mata berbinar, yang dijawab dengan anggukan kepala ibunya.
Pandangan anak itu berpindah lagi kearah ayahnya. "ayah? Bolehkah saat aku dewasa, aku menikah denganmu?" pertanyaan anak itu membuat ayah dan ibunya tertawa.
"Saat kau dewasa, carilah seseorang yang kau cintai dan juga mencintaimu." jawab ayah.
"Tapi...." belum anak itu berbicara sekelilingnya menjadi gelap, ayah dan ibunya menghilang, anak kecil itu hanya terduduk dilantai dengan wajah ketakutan nya.
"Ibu?! Ayah?!" teriak anak itu tapi tidak ada jawaban.
"Ibu?! Aku takut."
"Ayah?! Aku ingin pulang." anak itu terus menangis hingga.
"Kau anak pembawa sial!"
"Dasar anak kurang ajar!"
"Kau anak yang tidak diharapkan!"
"Aku hanya menyuruhmu untuk belajar."
"Kau bukan anakku!"
"Mau jadi anak pembangkang kau! Hah!"
"Kau hanya kesalahan, jangan memanggil aku ibu."
Anak itu menutup kedua telinganya berharap suara-suara itu akan hilang, tapi yang dia dapat suara itu terus mengalun indah dipendengarannya. Saat anak itu menunduk, dia melihat seperti ada bayangan yang mendatangi dia berharap itu ayah atau ibunya tapi saat dia mengangkat kepalanya yang dia lihat seorang pria tengah memegang pengait ikat pinggang dan sedang bersiap untuk memukulnya, anak itu gemetaran saat tangan pria itu sudah terangkat hingga.....
Anna berteriak dan secara refleks dia terduduk, dia mengatur napasnya yang memburu dan sesekali mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat.
Apa ini? Batin anna
Selama 2 bulan ini dia selalu saja dihantui oleh mimpi ini, mimpi yang sama tentang ayah dan ibunya, selalu saja seperti itu, tapi mengapa? dia yakin kalau mereka saja belum tentu mencarinya atau mengkuatirkannya, tapi mengapa dia selalu memimpikan mereka yang membuat dia selalu mengingat wajah mereka.
Anna melirik kearah nakas sebelah kasurnya dan mengambil air untuk dia minum, saat dia meminum air itu matanya sempat melihat kearah jam yang menempel ditemboknya sekarang pukul 2 dini hari.
Setelah anna menaruh gelas yang sudah kosong dia turun dari kasurnya dan berjalan kearah balkon, saat dia membuka pintu balkon angin malam yang dingin langsung mengenai tubuhnya yang hanya memakai kaos tipis dan celana training, anna mengangkat wajahnya dan menutup matanya, dia mulai menghirup udara sebanyak-banyaknya, entah mengapa dia merasa gelisah saat ini.
tak berapa lama anna menurunkan kepalanya dengan perlahan tapi masih dengan mata yang tertutup, dan juga dia seperti susah menelan ludah.
Dia mengerutkan dahinya dan mulai berhitung dalam hati entah apa ini tapi hanya instingnya saja yang ingin seperti ini.
1...
2...
3
Sebuah peluru langsung menembus pintu kaca balkon anna, beruntung dia langsung menunduk dengan cepat.
Dia sempat terkejut tapi dengan secepat kilat dia langsung berlari keluar dari kamarnya.
"bibi sarah!! Pak martin!!" panggil anna sambil berlari menuruni tangga.
tapi napasnya langsung tercekat dan langkahnya langsung berhenti saat dia melihat 2 orang yang dipanggilnya tengah berlutut dan ditodong dengan pistol dikepala mereka masing-masing.
"An..anna" ucap sarah sambil gemetaran.
mata anna langsung menatap tajam orang-orang yang tengah memakai topeng itu, rahang anna langsung mengeras, bahkan kertakan giginya pun terdengar, dengan langkah lebar dia maju kearah orang-orang itu tapi seseorang menendang dia diperutnya, anna bukan terkejut dengan tendangan orang itu tapi, mengapa dia bisa merasakan sakit kali ini, dia yakin biarpun tubuhnya terkena peluru atau benda tajam dia tidak akan merasakan sakit tapi apa ini, bagaimana bisa?
Orang itu menendang anna lagi diwajahnya sehingga ada darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Bukan anna tidak bisa membalas tapi ini semua seperti diluar nalarnya dan juga hari ini sejak pulang dari apartemen jackson badannya terasa lemas, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, sekitar 5 orang maju dan memukulnya, tapi anna dengan sekuat tenaga juga membalas pukulan mereka.
Salah satu dari mereka menarik rambut panjang anna dan mulai menyeretnya mendekati pria yang tengah duduk di sofa dan memangku kaki.
"Waaahh.. Bukankah ini anna wilson?" anna mengerutkan dahinya dia kenal suara ini walaupun hanya satu kali mereka bertemu.
Anna mengangkat kepalanya seketika tubuhnya langsung menegang saat melihat wajah pria itu, Gilbert.
Bukankah mereka satu organisasi? Bukankah mereka sama sama pembunuh bayaran? Bukankah mereka saling kenal? Apa ini. Banyak sekali yang memenuhi pikiran anna sehingga dia tidak fokus pada apapun lagi.
"Ternyata uang lebih berharga daripada hubungan." kata gilbert.
selanjutnya yang dirasakan anna hanya sakit dibagian tengkuknya dan dia tergeletak dilantai. yang dia lihat dan dengar terakhir kali hanya suara tembakan sehingga martin dan sarah tergeletak dilantai dengan darah yang mengalir, dan gelap.
******
Seseorang tengah menepuk pipi anna, membuat dia tersadar dengan matanya yang menyipit karna cahaya yang silau, saat matanya bisa terbuka dengan sempurna barulah dia bisa melihat kesekelilingnya.
Dimana aku? Batin anna.
Dia sempat meringis karna badannya yang sakit dan sudut bibirnya yang seperti robek.
"Apa tidurmu nyenyak cantik?" suara bass pria dewasa menyadarkan dia dari kebingungannya.
Anna melihat kearah orang yang berbicara dan wajahnya langsung datar.
"Bren.gsek." kata dia sambil terkekeh.
Mendengar perkataan anna, pria itu langsung tertawa. Mata anna menatap tajam 3 orang didepannya ini.
Dunia begitu sempit, anna ingin sekali menghindari orang-orang ini tapi mengapa dia bisa bertemu dengan mereka.
"Aku sangat kasihan, mengapa gadis muda sepertimu yang membunuh orang-orangku?" orang itu mengerutkan dahinya.
"tapi bukankah dia anakmu? Wajahnya mirip sekali denganmu ronan, Dan seperti? " pria itu melihat kesamping kirinya dimana seorang wanita atau istrinya tengah duduk dengan angkuh. "Lupakan."
Dan yah, yang duduk didepan anna sekarang adalah ayahnya, ayah tirinya dan ibunya.
anna yakin kalau pria yang sedang berbicara itu berpura-pura tidak mengetahui hubungannya dengan kedua orang itu.
Tapi apa pantas dia menyebut pria itu ayahnya, dan pria yang sedang berbicara ayah tiri serta wanita yang duduk dengan angkuh ibunya?
Anna mulai tertawa sehingga semua orang yang disana merasa binggung dengan sikapnya, bagaimana gadis itu bisa tertawa sedangkan tubuhnya sedang diikat dan dia sedang berurusan dengan mafia, kalau gadis lain mungkin sekarang akan menangis sejadi jadinya dan memohon untuk dibebaskan tapi anna dia malah tidak terlihat setetes air mata pun dan sekarang dia malah tertawa.
"Apa ada hal yang lucu nona?" tanya wanita yang sedang memasang wajah angkuhnya.
"Aduh perutku, kalian bertiga sangat lucu." anna terus tertawa.
Dan itu membuat pria yang bernama Mathew merasa amarahnya memuncak, dia berjalan cepat kearah anna dan anna hanya memandangnya dengan remeh.
Satu tamparan mengenai wajah anna, bahkan bukan satu tapi 4 kali tamparan, darah mulai mengalir keluar dari mulutnya.
Tahan anna. Batinnya.
"Apa kau tau sekarang kau sedang berhadapan dengan siapa?" tanya pria itu sambil menarik rambut anna, tapi dia hanya memberikan smirk andalannya.
Pria itu menarik tangannya dari rambut anna tapi sepertinya jari-jari matthew akan dipenuhi dengan rambut anna karna cengkramannya yang sangat kuat. Anna bahkan sempat meringis,dia mengigit bibir bawahnya menahan segala rasa sakit.
"Apa kau kenal jackson?" matthew tersenyum sinis saat melihat reaksi anna yang terkejut.
"Dari reaksimu sepertinya kau kenal, jika menangkapmu semudah ini sudah dari dulu aku lakukan."
Saat mendengar perkataannya, ingatan anna seakan berputar kembali sebelum dia kembali ke rumahnya dimana jackson membawa anna ke apartemennya, menawarkan dia minum, dan kata-kata jackson.
"apapun yang terjadi nanti maafkan aku, aku menyayangimu."