Behind The Other Side (Penyamaran Identitas)
Hari mulai gelap, langit tampak mendung tapi tidak membuat seorang gadis yang masih memakai seragam beranjak dari tempat itu, angin yang bertiup membuat rambut panjang gadis itu bergoyang.
Udara mulai dingin menunjukkan sebentar lagi akan turun hujan tapi gadis itu tetap duduk diatas jembatan sambil menunduk entah apa yang di pikirkannya. hingga setetes air hujan mengenai kepalanya tapi bukan berlari untuk berlindung gadis itu malah mengangkat kepalanya dan melihat ke langit membuat matanya menutup saat hujan mulai deras dan mengenai wajahnya.
gadis itu kembali menunduk membaca kertas yang ada ditangannya, kertas yang mulai basah terkena air hujan dan tulisan yang sudah memudar, hanya satu kalimat yang terus berputar dikepalanya.
"maafkan ibu, ibu harus pergi. Ibu hanya berharap padamu jangan pernah keluar dari rumah ini hanya itu yang ibu punya untukmu. sekali lagi maafkan ibu, anna"
Anna Wilson , gadis yang selalu menyendiri, gadis yang selalu meratapi nasibnya karna ibunya harus meninggalkan dia sendiri dan ayahnya yang menikah lagi tepat seminggu setelah ibunya pergi 3 tahun yang lalu entah kemana.
************
"Ibu.. aku mohon bu.. jangan pergi." gadis yang tetap memeluk kaki ibunya agar ibunya tidak pergi.
"Aku mohon." ucap gadis itu lirih. ibunya menunduk melihat anaknya, wajah anaknya yang cantik selalu dihiasi senyum hari ini kembali lagi di hiasi dengan luka disudut bibirnya, pipinya yang ada tanda kemerahan bahkan mungkin memar, darah yang masih mengalir dari tangan gadis itu dan masih banyak lagi luka lain, bahkan hatinya juga mungkin luka.
wanita itu mengangkat kepalanya lagi melihat kearah 2 orang yang hanya berdiri melihat mereka berdua, dia hanya tersenyum melihat kearahnya sedangkan pria itu masih tetap dengan wajah masamnya.
"Ibu harus pergi maafkan ibu." wanita yang menyebut dirinya ibu melepas tangan anaknya yang setia memegang kakinya, setelah tangan itu terlepas dengan langkah lebar wanita itu meninggalkan halaman rumah yang penuh dengan kenangan.
***********
Anna mengangkat tasnya yang terletak diatas pahanya, memasang kembali tas itu dipunggungnya dan mulai berjalan, sepenggal kenangan tentang kejadian hari itu membuatnya menangis, air matanya mengalir bercampur dengan air hujan, sehingga tidak ada orang yang tau kalau gadis ini sedang menangis.
Dengan langkah pelan dia terus berjalan hingga tiba didepan gerbang rumah yang bagai neraka menurutnya. dia membuka gerbang yang menjulang tinggi dan mulai masuk, dengan wajah datar dia terus berjalan kearah rumahnya.
"Anna?!" panggil satpam yang sudah hampir 20 tahun bekerja dirumah itu. Pak Martin berlari menuju anna dengan membawa payung.
"apa kau baru pulang? lewat lah pintu belakang, ayahmu sudah pulang sejak tadi." anna melihat kearah bagasi dan benar saja mobil ayahnya sudah ada disana.
"saya akan memberitahu istri saya didalam untuk membawa pakaian ganti, gantilah pakaian dibelakang setelah itu buat seperti tidak terjadi apa-apa." ucap pak martin khawatir, apalagi sekarang sudah jam makan malam, dia tau betul bagaimana kelakuan tuan besarnya itu.
"aku baik-baik saja pak." ucap anna sambil tersenyum tulus. terdengar helaan napas pasrah dari pak martin, gadis yang didepannya ini persis seperti ibunya keras kepala.
"Cepatlah masuk, hujan semakin deras, kamu akan masuk angin nanti." pak martin kembali lagi berlari ketempatnya berjaga meninggalkan payung yang tadi dibawa untuk dipakai anna. Setelah dia pergi anna pun kembali berjalan.
Anna membuka pintu rumahnya, terdengar suara tertawa dari arah meja makan, membuat dia merasa seperti dirinya tidak pernah diharapkan didalam rumah ini, apalagi setelah wanita itu masuk dan menjadi bagian dari keluarganya.
"oh, kau baru pulang anna?" ucap Elrora wilson saudara tirinya, yang baru turun dari tangga. tapi anna tidak memperdulikannya dan terus berjalan menaiki tangga , yang dipikirannya hanya berjalan menuju kamarnya dan setelah itu berendam untuk menghilangkan semua pikirannya.
"dari mana saja kamu!?" tanya Ronan wilson ayah dari anna dengan suara keras seperti membentak dan datar.
"bukan urusan anda." jawab anna tidak kalah datar dan dia tidak sedikitpun melihat ayahnya.
"Pasti dia habis berkeliaran sana sini dengan pria makannya pulang terlambat." ucap Katrine ibu tiri anna memanasi ronan.
"betul itu ayah, apalagi hampir semua temannya itu pria." tambah Aurora wilson saudara tirinya. Anna melihat tajam kearah aurora yang sedang tersenyum sinis.
"Aku bukan sepertimu br.ngs.k!" mendengar perkataan anna, ronan langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menuju anna, wajahnya langsung berubah berwarna merah padam.
"ANNA WILSON!!!!" teriak ronan yang berjalan kearah anna dan menarik tas yang berada dipunggungnya, sehingga dia terjatuh kelantai, tapi tidak sampai situ setelah anna jatuh ayahnya langsung memegang kerah bajunya dan menamparnya dengan keras.
Satu tamparan mendarat di pipi mulus anna, bahkan bukan hanya satu tapi tiga kali tamparan mendarat ditempat yang sama sehingga sudut bibirnya langsung mengeluarkan darah.
Karena anna yang tidak bereaksi dengan tamparan ronan, ronan yang frustasi akan tingkah anna langsung berteriak dan melepaskan kerah baju anna.
"sudah puas?" tanya anna sambil melihat ayahnya datar
"apa sekarang aku sudah bisa kekamar?" tanya anna lagi dengan santai sambil berdiri merapikan kerah bajunya dan mengambil tasnya.
"anak dan ibu sama saja, sama pembangkang." anna yang berniat ke kamarnya pun berhenti saat mendengar perkataan dari ibu tirinya.
"ingat anak-anak jangan seperti dia, ibunya saja sudah seperti jal.ng sudah pasti anaknya akan mengikuti apa yang di lakukan ibunya."
cukup sudah. batin anna.
dengan langkah lebar anna berjalan kearah katrine ibu tirinya yang sedang melihat kearahnya sambil melipat tangan.
Saat anna tiba di depan katrine dengan emosi yang meledak ledak anna langsung menampar dia yang membuat semua yang berada disitu langsung membelalakkan mata mereka, melihat anna yang begitu berani menampar keras pipi ibu tirinya.
Persetan menjadi anak durhaka. Batin anna.
"DASAR KURANG AJAR!!!" teriak ronan dan menarik rambut panjang anna sampai dia terjatuh , setelah itu membuka ikat pinggangnya.
Dengan marah ronan mulai memukul anna menggunakan bagian besi ikat pinggangnya
"aku sudah bilang padamu jangan kurang ajar pada ibumu!"
"jangan pulang terlambat!"
"Kamu hanya harus terus belajar supaya jangan seperti ibumu."
Ronan terus memukul anna tanpa ampun, sampai tubuh anna yang terkena pukulan mengeluarkan darah, seperti bagian lengannya karena anna menutup wajahnya agar tak terkena ikat pinggang itu dan juga bagian kakinya.
Bagaimana dengan anna? Anna tak merasa sakit sedikit pun, bahkan dia sangat ingin merasa bagaimana sakitnya ketika dipukul ayahnya sendiri.
"tuan, sudah tuan." teriak bibi sarah, istri dari pak martin yang berlari kearah anna dan menghentikan pukulan dari ronan, dia juga menangis dan memeluk anna dengan erat.
dengan amarah yang masih memuncak ronan berhenti memukuli anna dan berjalan meninggalkan anna yang terus menatap ayahnya dengan tatapan kosong sedangkan bibi sarah terus memeluknya dan menangis.
"kau! Aku akan membuat kau keluar dari rumah ini!" kata ibu tiri anna sambil menunjuk tepat diwajahnya.
Dengan hati hati sarah membawa anna kekamarnya, setelah sampai sarah langsung mencari kotak obat P3K.
"maaf anna, maaf." dengan gemetaran sarah meminta maaf sambil mencari kotak obat yang entah mengapa tiba tiba hilang.
"sudahlah bibi, aku tidak apa-apa." anna memeluk bibi sarah sambil tersenyum hangat agar sarah berhenti menangis, mungkin air mata anna sudah abis, bahkan dia tidak menangis sedikitpun saat dia dipukul. Yah, mau bagaimana lagi dia tidak merasakan sakit.
Saat dirasa bibi sarah sudah tenang, anna pun melepas pelukan dan menuju kamar mandi dia tak memperdulikan ucapan sarah yang menyuruh dia untuk jangan bergerak sedikitpun.
Sarah yang melihat keadaan anna pun merasa gagal dengan tidak menepati janjinya pada ibu anna kalau dia akan menjaga anak satu satunya dan tak terluka sedikit pun.
Pintu kamar mandi terbuka dan sarah sangat kaget karna anna yang sudah menganti pakaian lain dan tampak akan keluar.
"kau mau kemana anna?" tanya bibi sarah.
"Aku akan keluar sebentar." anna berjalan menuju lemarinya, lemari yang hanya bisa dibuka olehnya, sarah terus melihat apa saja yang diambil oleh anna sampai saat dia mengambil pistol dan simpan di balik jaketnya dibagian belakang.
"anna! apa yang akan kau lakukan." tanya sarah panik.
"tenanglah bibi, aku tidak akan membunuh wanita ular itu." anna tampak berpikir. "mungkin belum saat ini, mungkin besok atau lusa, entahlah." ucap anna sambil terkekeh pelan tapi tidak dengan sarah dia malah menatap anna dengan wajah panik.
ANNA POV
Aku sedang bersandar di salah satu pohon melihat kearah orang-orang yang saat ini sudah tergeletak ditanah yang dibasahi oleh darah, aku tidak ingin melakukan ini hanya saja ini caraku melampiaskan apa yang aku rasakan. awalnya aku tidak tertarik dengan cara ini hanya saja ini terasa menyenangkan.
Aku lelah selalu mengikuti kemauan pria tua itu tapi dia tidak pernah mendengarkanku, aku selalu menuruti perintahnya untuk belajar,untuk menghormati wanita ular itu, bahkan aku tidak pernah meminta apapun darinya karna dia hanya memberikan semua yang diminta oleh saudari tiriku dan aku benci mengingat hal itu, bahkan aku masih mengingat dengan jelas saat dia menyiksa ibuku dan aku hanya diam tanpa melakukan apapun tapi cukup sudah untuk sekarang.
"Pulanglah, obati lukamu, aku sudah transfer ke rekeningmu." aku melihat kearah jackson dia adalah temanku sejak aku bergabung dengan mereka dua tahun yang lalu bahkan aku sudah menganggapnya seperti kakaku.
Kadang aku sendiri binggung mengapa dia harus membunuh orang sebanyak ini, organisasi apa yang dia jalankan , geng apa, entahlah aku tidak ingin terlalu memikirkannya, Intinya aku hanya jadikan ini sebagai tempat pelampiasan emosiku. Menembak, membunuh, memukul orang, itu bisa membuatku tenang. bahkan aku berharap ayahku bisa melihat ini.
"baiklah." aku melangkah meninggalkan dia.
awalnya aku tidak sengaja bertemu dengan dia, saat itu aku hanya sedang menangis sambil mencari ibuku yang pergi tapi aku langsung bertemu dengan dia, dia begitu terkejut melihatku yang sudah berlumuran darah tapi aku tidak merasa sakit sedikit pun.
"Obati lukamu, aku takut akan infeksi." aku hanya menganggukan kepalaku. omong-omong tentang luka, aku meringis saat aku mengingat kalau luka yang aku bawa dari rumah saja belum aku obati.
"Ibu, aku rindu." aku sangat merindukan ibuku. Aku bahkan pernah membuat onar sampai masuk berita untuk dilihat ibuku, supaya dia tau bagaimana puterinya ini saat dia pergi jauh tapi karna kuasa ayah aku bebas dari segalanya.
___________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Eemlaspanohan Ohan
nyimak thor
2024-10-16
0
Elminar Varida
hi thor, salam kenal. aku sdh membaca bab 1 novelmu. sepertinya menarik. semangat upnya thor.
2024-08-28
1
Osie
aku mampir.. sepertinya menarik..so aku harap Anna sosok tangguh yg bnr" tangguh n smart..dan pastinya jgn lupa balas dendam cantik utk ayah modelan ronan n si mak lampir cathrin plus anaknya
2024-08-15
2