NovelToon NovelToon
The Worst Villain

The Worst Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Fany, seorang wanita cantik dan anggota mafia ternama, tergeletak sekarat dengan pisau menancap di jantungnya, dipegang oleh tunangannya, Deric.

"Kenapa, Deric?" bisik Fany, menatap dingin pada tunangannya yang mengkhianatinya.

"Maaf, Fany. Ini hanya bisnis," jawab Deric datar.

Ini adalah kehidupan ketujuhnya, dan sekali lagi, Fany mati karena pengkhianatan. Ia selalu ingat setiap kehidupannya: sahabat di kehidupan pertama, keluarga di kedua, kekasih di ketiga, suami di keempat, rekan kerja di kelima, keluarga angkat di keenam, dan kini tunangannya.

Saat kesadarannya memudar, Fany merasakan takdir mempermainkannya. Namun, ia terbangun kembali di kehidupannya yang pertama, kali ini dengan tekad baru.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku lagi," gumam Fany di depan cermin. "Kali ini, aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Fany tiba di cafe tempat dia bekerja part-time dengan langkah yang tergesa-gesa. Dengan sigap, dia masuk ke dalam cafe dan segera menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan seragam cafe yang sudah tersedia di dalam sana. Setelah selesai mengganti pakaian, Fany melangkah keluar dari ruang ganti dengan penuh semangat.

Dengan cepat dan gesit, Fany berjalan menuju mesin kopi dan mulai menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memulai pekerjaannya sebagai barista.

Saat pelanggan mulai datang, Fany langsung melayani dengan ramah dan profesional. Dia memberikan senyum hangat kepada setiap pelanggan yang datang, sambil mengambil pesanan mereka dengan cepat dan efisien.

"Selamat datang di cafe kami! Ada yang bisa saya bantu?" sapa Fany dengan ramah kepada pelanggan yang baru datang.

Pelanggan tersenyum senang dan memberikan pesanannya. "Saya ingin pesan cappuccino, tolong dengan tambahan caramel di atasnya, ya."

"Tentu saja, tidak masalah!" jawab Fany dengan antusias, segera bergerak untuk mempersiapkan pesanan pelanggan itu.

Saat menyajikan cappuccino dengan tambahan caramel kepada pelanggan, Fany kembali tersenyum. "Ini cappuccino caramel pesanan Anda, semoga Anda menikmatinya!" ucapnya dengan ramah. Pelanggan pun tersenyum puas, mengucapkan terima kasih sebelum menikmati minumannya.

Saat seorang pelanggan mendekat ke counter, Fany menyambutnya dengan senyum hangat. "Selamat datang di cafe kami! Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah.

Pelanggan itu tersenyum dan memberikan pesanannya. "Saya ingin pesan latte dengan sirup vanilla, tolong buat dengan foam susu yang tebal, ya."

"Tentu saja, tidak masalah!" jawab Fany dengan antusias, segera mengambil gelas kopi dan memulai proses pembuatan minuman. Dia mengukur dosis espresso dengan teliti, lalu mengocok foam susu dengan mahir.

Saat menyajikan latte kepada pelanggan, Fany kembali tersenyum. "Ini latte dengan sirup vanilla pesanan Anda, semoga Anda menyukainya!" ucapnya dengan ramah.

Pelanggan itu mengambil minumannya dan mencicipinya. "Wow, rasanya luar biasa! Terima kasih banyak," ucapnya dengan senyum puas.

Fany tersenyum puas melihat reaksi pelanggan yang puas. "Senang bisa membantu! Jika Anda membutuhkan sesuatu lagi, jangan ragu untuk memberi tahu saya," kata Fany dengan ramah, siap melayani pelanggan selanjutnya.

Fany terus melakukan pekerjaannya dengan baik, menghadapi setiap pesanan pelanggan dengan cermat dan efisien hingga akhirnya jam kerjanya selesai. Meskipun tubuhnya sudah mulai lelah, senyum manis dan wajah ramahnya tidak pernah pudar saat melayani pelanggan.

Namun, begitu jam kerja selesai, senyum Fany langsung berganti menjadi wajah datar tanpa ekspresi. Tubuhnya terasa lelah dan kaku setelah berdiri lama di balik counter cafe. Dengan langkah lelah, Fany hendak keluar untuk beristirahat, tetapi sebelum dia berhasil melangkah, suara Vina memanggilnya dari belakang.

"Fany, maaf mengganggu. Bisa tolong mengepel lantai sebentar? Aku sedang sibuk menangani pelanggan di sini," pinta Vina dengan suara yang terdengar memaksa.

Fany menarik napas dalam-dalam, menahan rasa frustrasi yang muncul. "Vina, aku sudah sangat lelah," kata Fany menolak permintaan sahabatnya itu.

Vina terlihat kesal karena Fany menolak membantunya. Dengan wajah tegang, dia mendekati Fany dengan nada suara yang lebih keras. "Fany, aku tidak punya waktu untuk berdebat. Tolonglah, ini hanya pekerjaan kecil," kata Vina dengan nada memaksa.

Fany, yang sudah menahan amarahnya sejak tadi, berusaha tetap tenang. "Vina, ini bukan soal pekerjaan kecil atau besar. Ini soal tugas yang sudah dibagi. Aku sudah menyelesaikan shift saya dan aku butuh istirahat," jawabnya dengan suara yang terkontrol namun tegas.

Vina menghela napas dengan frustrasi. "Fany, aku benar-benar butuh bantuanmu sekarang. Jangan egois!"

"Tidak, Vina. Aku tidak akan melakukannya. Ini bukan soal egois, ini soal keadilan dalam pekerjaan," kata Fany dengan tatapan tajam.

Merasa sangat kesal, Fany berjalan cepat menuju ruang ganti. Dia membuka pintu dengan keras dan segera mengganti pakaiannya, mengabaikan perasaan tidak nyaman yang mengganjal di hatinya. Fany yang awalnya ingin beristirahat sebentar memutuskan untuk pulang saja.

Setelah berganti pakaian, Fany mengambil tasnya dan melangkah keluar dari ruang ganti. "Aku pulang, Vina. Sampai jumpa besok," katanya dengan suara datar sebelum meninggalkan kafe dengan langkah cepat, berusaha mengusir rasa kesal yang masih membara di dalam dirinya.

Fany berjalan pulang di malam yang dingin, merasa lelah setelah bekerja. Fany terpaksa berjalan kaki karena uangnya akan habis jika digunakan untuk naik bus. Udara malam yang dingin menggigit kulitnya, namun Fany tetap melangkah maju dengan mantap.

Sambil mendengarkan lagu melalui earphone, Fany mencoba mengalihkan pikirannya dari kelelahan yang dirasakannya. Lagu-lagu favoritnya mengalun lembut di telinga, memberikan sedikit kenyamanan di tengah malam yang sepi.

Namun, di tengah perjalanan, Fany merasakan sesuatu yang aneh. Ada perasaan tak nyaman yang merayap di hatinya, seolah-olah dia sedang diawasi. Dia berhenti sejenak, melepaskan salah satu earphone dari telinganya dan mendengarkan dengan seksama.

Langkah-langkahnya terasa lebih berat dan napasnya sedikit memburu. Fany menoleh ke belakang, berusaha melihat apakah ada seseorang yang mengikutinya. Namun, jalanan tampak kosong dan sunyi. Meskipun begitu, perasaan was-was tidak hilang.

Fany semakin yakin bahwa ada seseorang yang mengikutinya. Instingnya jarang salah. Saat melewati jalan yang berbelok, Fany mempercepat langkahnya, lalu menyelinap ke sudut gelap untuk bersembunyi dan menunggu. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sambil tetap waspada.

Tak butuh waktu lama, dua orang pria dengan jaket hitam melewati jalan yang baru saja dilalui Fany. Mereka tampak curiga dan waspada, saling melirik satu sama lain seolah memastikan bahwa mereka tidak terlihat. Saat mereka berjalan mendekati tempat persembunyian Fany, dia bersiap-siap untuk menghadang mereka.

Begitu kedua pria itu berada dalam jangkauannya, Fany melompat keluar dari tempat persembunyiannya dan menghadang mereka. Kedua pria itu terkejut melihat Fany yang tiba-tiba muncul di depan mereka.

"Heh, kalian kenapa mengikuti aku?" tanya Fany dengan suara tegas dan mata tajam yang menatap langsung ke arah mereka.

Salah satu dari kedua pria itu tiba-tiba mengeluarkan pisau tajam dari balik jaketnya dan langsung menyerang Fany. Namun, Fany hanya tersenyum miring, gerakan pria itu sangat mudah dia baca dan hindari. Dengan cepat, dia menangkap tangan pria itu yang memegang pisau tajam, menghentikan serangannya seketika.

"Siapa kalian, mau apa kalian?" tanya Fany dengan suara tenang namun penuh dengan ancaman.

Pria yang diserangnya meronta-ronta, berusaha melepaskan diri. "Sialan, lepaskan tanganku! Kamu harus mati!" teriak pria itu dengan suara penuh amarah.

Di saat yang sama, pria yang satunya mengambil balok kayu dari tanah dan bersiap-siap menyerang Fany dari belakang. Namun, Fany, yang tetap waspada, melihat gerakan pria kedua itu dari sudut matanya dan terkekeh melihat upaya mereka yang putus asa.

"Dua lawan satu? Kalian harus mencoba lebih keras lagi," kata Fany sambil mempertahankan cengkeramannya pada pria yang memegang pisau. Dia tahu bahwa mereka tidak akan menjadi tandingannya, namun dia tetap waspada, siap untuk melawan serangan berikutnya.

Dengan gerakan cepat dan terampil, Fany memutar dan mematahkan tangan pria yang dia cengkeram hingga terdengar bunyi retakan tulang. Pria itu menjerit kesakitan dan melepaskan pisau yang dia pegang. Tanpa ragu, Fany meraih pisau yang terjatuh dan langsung menusukkannya tepat ke jantung pria itu berkali-kali.

Darah muncrat dari luka-luka yang dalam, menciprat ke wajah Fany yang tetap tanpa ekspresi. Dia tidak berhenti hingga pria itu terkulai lemas di tanah, tak bernyawa.

Fany menatap jasad pria yang tergeletak di hadapannya dengan senyum miring, matanya memancarkan kilatan dingin dan kejam. Dia terlihat seperti malaikat maut yang sangat menyeramkan, menakutkan dalam keheningan malam yang dingin.

Pria yang satunya, yang masih memegang balok kayu, terpaku dalam ketakutan, melihat Fany yang baru saja membunuh rekannya dengan kejam. Fany perlahan mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, senyumnya tetap menghiasi wajahnya yang berlumuran darah.

"kamu yang ingin mencobanya juga?" tanya Fany dengan nada yang terdengar sangat menyeramkan seperti iblis ditelinga pria yang satunya.

Fany menatap pria yang gemetar memegang balok kayu, matanya memancarkan ketenangan yang dingin. Dengan suara yang lembut dan indah, dia bertanya, "Siapa yang menyuruh kalian berdua untuk membunuhku?"

Pria itu semakin ketakutan mendengar suara Fany yang lembut dan indah. Suaranya begitu mempesona, namun tatapan matanya yang dingin dan senyumnya yang mengerikan segera membuat pria itu berubah pikiran. Apalagi saat melihat tangan Fany yang memainkan pisau dengan santai dan terampil, ketakutannya semakin menjadi-jadi.

Dengan suara yang gagap dan penuh ketakutan, pria itu akhirnya menjawab, "Kami diperintahkan oleh orang tua Clara... Tolong, jangan bunuh aku," katanya.

"Terima kasih atas informasinya. Sekarang, pergilah. Dan sampaikan salamku pada orang tua Clara," kata Fany tersenyum lebar mendengar jawaban itu, lalu mengangguk dengan tenang.

Pria itu menelan ludah, wajahnya semakin pucat. "Apa... apa kau tidak akan membunuhku?"

Fany hanya tersenyum lebih lebar, menunjukkan deretan giginya yang rapi. "Pergilah sebelum aku berubah pikiran."

Pria itu tidak perlu disuruh dua kali. Dia menjatuhkan balok kayu yang dipegangnya dan berlari secepat mungkin menjauh dari tempat itu.

Bibir Fany tersenyum indah melihat pria itu berlari ketakutan, menikmati pemandangan yang membuat hatinya merasa puas. Dengan santainya, Fany melemparkan pisau dengan gerakan cepat. Pisau itu melesat dengan presisi yang sempurna dan menusuk tepat bahu kiri pria yang berlari itu, membuatnya terjatuh tersungkur ke tanah.

Sambil bersenandung kecil, Fany mengambil balok kayu yang tadi dibuangnya dan berjalan menghampiri pria yang terjatuh di tanah. Tatapannya kosong dan tanpa emosi saat Fany memukul tubuh pria itu hingga akhirnya lemas dan tak bernyawa.

Sebuah senyum miring merekah di bibir Fany saat dia mencabut pisau yang menancap di bahu kiri pria itu. Dengan tenang, dia memutuskan untuk membawanya pulang.

Fany berjalan pulang ke rumahnya, membawa balok kayu dan pisau yang dia gunakan. Sesampainya di tempat pembakaran sampah, dia membuang balok kayu itu ke dalam api yang membara, tanpa ada rasa penyesalan atau belas kasihan dalam hatinya. Sementara pisau, Fany bawa pulang, mungkin sebagai kenang-kenangan.

1
Uswatun hasanah
apakah ada yang bundir.. ngeri.(moga nggak /baperan).. 🤨
Sofi Sofiah
cerita nya keren...aku maraton baca dari awal tpi rasanya masi kurang
Zeendy Londok
lanjut thor
Uswatun hasanah
masih jadi teka teki ni..
Uswatun hasanah
iri dengki akan menghancurkan dirinya sendiri.. 😌
Uswatun hasanah
wow.. hebat .. suka mengintimidasi ternyata Fany.. gak bakal dibully... 😅
Uswatun hasanah
kehidupan Fany yang sesungguhnya dimulai... nunggu part selanjutnya...
Leha
keren
Leha
Buruk
Uswatun hasanah
ok.. ditunggu partai selanjutnya.. pertemuan... 😉
Uswatun hasanah
kayaknya Fany mati rasa..
queen bee
up terus 👍👍👍👍👍👍🤩🤩🤩🤩🤩
De Ryanti
orang ma dah nemuin anaknya langsung jemput lah ngapain nunda lama2 kurang apa terpaan hidup fany dr bayi ampe gede gitu...kakek ma bapak nya fany aneh
Uswatun hasanah
setelah kejadian ini Terima mereka Fany.. kamu berhak bahagia..
Alfatih Cell
suka sangat thor.. crazy up 💪💪💪
Rina Yuli
tapi percuma juga Fany dibawa pulang orang dianya gak percaya siapapun bahkan keluarga kandungnya
Uswatun hasanah
yeeyyy akhirnya.. didatangi juga Fany karna takut ama Ratunya 😂
Cahaya yani
knp kluarga ny tdak mnjemput nya.. ap scara tdak sngja di latih biar tangguh, tpi kl gtu knp tnpa ad bntuan scr tk di sngja
Uswatun hasanah
apakah Fany korban penculikan.. aish... penasaran...
Cahaya yani
thooorr please up yg byk donk 😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!