Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 - MENGEJAR CINTA PART 2
Siang hari I ini begitu terik, Rea bersiap untuk keluar membeli makan siang. Saat akan keluar dari rumah sakit, Rea tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenali berada di resepsionis.
“Sasa” gumam Rea
“Mengapa disini, apa ada kenalannya dirawat disini” gumamnya lagi
Rea memperhatikan Sasa, melihat perubahan Sasa yang sngat drastis membuat Rea tidak percaya bahwa itu adalah temannya saat SMA.
Sasa yang merasa diperhatikan melihat ke belakang dan melihat Rea yang sedang memperhatikannya
“Rea” panggil Sasa kemudian berjalan menuju kearah Rea yang berdiri
“Sasa, apa kabar?” sapa Rea yang melihat bahwa Sasa sudah berada di depannya
“Baik, kamu gimana?”
“Seperti yang terlihat, aku sangat baik” Rea tersenyum melihat penampilan Sasa saat ini
“Ahhh.. aku seorang model sekarang, kau pasti tau itu kan?”
“Iya, Ira pernah bercerita padaku dan juga aku sering melihatmu di majalah” Rea terkekeh melihat Sasa
“Kau sibuk, gimana kalau ngopi sebentar” tawar Sasa
“Kebetulan aku akan makan siang di Kafe depan, kau mau ikut?” tanya Rea karena merasa khawatir jika nantinya Sasa akan masuk akun gossip atau sedang menjalankan diet. Rea tau bagaimana kehidupan seorang model.
“Kebetulan aku belum makan siang, apakah disana ada salad atau menu diet?” tanya Sasa
“Ada salad sepertinya, mari”
Rea dan Sasa pergi ke Kafe Pelangi yang terletak di depan Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Saat sampai di kafe, Rea menanyakan pesanan Sasa kemudian meminta Sasa untuk menunggunya di lantai atas karena tempat itu cukup sepi.
Rea pergi memesan seporsi salad pasta dan 2 jus jeruk. Setelah selesai memesan makanan, Rea segera menyusul Sasa yang sedang menunggunya.
Melihat keberadaan Sasa yang duduk di dekat jendela kafe, Rea segera duduk disana.
“Apakah ada yang ingin kau bicarakan denganku, Sasa” tanya Rea setelah hening cukup lama
“Tidak ada, hanya ingin bertemu teman lama” ujar Sasa
“Kau tau aku ada di rumah sakit ini dari siapa?”
“Ira, Ira pernah menghubungi dan mengatakan bahwa dirinya bertemu denganmu. Kupikir itu hanya gurauan saja, namun aku ingin tau apakah benar kau di Indonesia dan berada di rumah sakit jadi aku memastikannya, dan ternyata kau benar disini” Jelas Sasa
Rea tersenyum mendengarkan penjelasan dari Sasa. Seolah berpikir apakah yang diucapkan Sasa ini kebenaran atau tidak. Namun, Rea tidak ingin terlalu memikirkannya
Melihat bahwa makanannya sudah diantar, Rea dan Sasa segera menyantap makanan yang mereka pesan. Mereka makan sambil mengobrol ringan, seperti kejadian yang tidak diketahuinya selama dirinya ada di Amerika.
“Kau harus tau bagaimana kejadian saat Bayu nembak Ira. Itu lucu sekali”
“Benarkah? Memang bagaimana cara Bayu nembak Ira?”
“Dia nembak Ira, saat Ira sedang dirawat di poliklinik Universitas karena terjatuh dari tangga. Saat itu, Bayu yang mengetahui bahwa Ira jatuh dari tangga dan berdarah, dirinya langsung lari ke poliklinik. Bayu mengira bahwa ira terluka parah dan mengira bahwa Ira terluka parah dan kau tau dia ngomong apa?”
“Apa?”
“Biar aku peragakan… ekhem.. ekhem”
“Ira, aku belum menyatakan cinta dan kau jadi seperti ini. Padahal rencananya aku ingin mengajak dinner malam ini, mengapa jadi begini”
“Lucu bukan, dirinya mengatakan itu sambil menangis. Sedangkan Ira yang sebenarnya sudah sadar menahan tawa. Sunggu tak romantis. Tapi ya hubungan mereka cukup awet juga” Sasa menceritakannya dengan berbagai ekspresi sedangkan Rea hanya diam dan tersenyum
Melihat jam tangannya bahwa menunjukkan jam istirahat telah selesai, Rea harus bergegas kembali ke rumah sakit.
“Sasa, maaf aku harus segera kembali ke rumah sakit. Jam istirahatku telah selesai. Lain kali bertemu lagi ya” ujar Rea sambil mengecek ponselnya yang terdepat pesan dari perawat bahwa ada pasien yang menunggunya
“Ahh.. kau ada pasiennya. Baiklah ayo kembali, aku juga mau ke rumah sakit. Aku memarkirkan mobil di rumah sakitkan” Rea mengangguk mengerti. Mereka pun pergi kembali ke rumah sakit.
Saat di area rumah sakit, mereka melihat Juna keluar dari rumah sakit. Sasa yang melihat Juna pun memanggilnya
“Kalian darimana?” tanya Juna saat sudah dekat dengan Rea dan Sasa
“Habis makan siang bersama tentunya, yak an Rea” Rea hanya mengangguk menyetujui perkataan Sasa
“Sudah dulu ya aku harus ke lokasi syuting. Oh iya, nanti saat gala premier kalian datang ya.”
“Aku usahakan, Sasa” Rea mengatakan itu karena dia tidak tau apakah dia bisa datang karena jadwalnya dan juga takutnya tidak bisa mengambil cuti
“Ya sudahlah sesempatnya kalian. Aku pergi dulu, sampai jumpa” Sasa
Sasa segera pergi meninggalkan Juna dan Rea dan pergi dari area rumah sakit. Setelah kepergian Sasa, Juna melihat kearah Rea
“Re, kau…”
“Ada apa Juna? Kau terlihat seperti khawatir akan sesuatu” potong Rea karena melihat Juna yang khawatir
“Ahh… tidak. Maksudku apakah kau dekat dengan Sasa?” tanya Juna penasaran
“Tentu saja, dia seperti kau, Bayu dan yang lainnya. Kalian teman dekatku saat SMA jadi menganggap kalian teman dekatku. Bukankah begitu? Atau aku yang salah sangka?” Rea penasaran dengan tanggapan Juna
“Bukan begitu, kita teman dekat tetapi maksudku…” Juna bingung cara mengatakannya kepada Rea, kemudian melanjutkan “Bisakah kau jangan terlalu dekat dengan Sasa?”
Rea mengernyit bingung dan terkejut dengan perkataan Juna, kemudian bertanya “mengapa?”
Juna diam, bingung harus mengatakan apa. Juna tidak ingin Rea mengetahui apa yang terjadi 5 tahun yang lalu mengenai pertemanan mereka.
“Sebelum itu, apa kau tau cara Sasa mengetahui keberadaanmu disini?” tanya Juna
“Katanya dari Ira. Sasa bercerita bahwa Ira menghubungi nya dan bercerita mengenai diriku kepada Sasa dan Sasa ingin melihat apakah itu benar atau tidak. Katanya sih begitu” Jelas Rea
“Bukankah mereka sudah tidak dekat lagi, lalu bagaimana cara dia tau keberadaan Rea”batin Juna
“Kau belum menjawab pertanyaanku, mengapa aku tidak boleh dekat dengan Sasa?” tanya Rea
“Itu … yang jelas kau jangan terlalu dekatnya” Ujar Juna
“Kalau begitu tidak bisa … oh iya sudah dulu aku harus memeriksa pasien dulu” Rea pergi meninggalkan Juna sendirian
“Semakin kau menghindar, semakin aku mencoba mendekat kembali Rea. Sampai jumpa di apartemen nanti”batin Juna sambil melihat Rea yang sedang berjalan memasuki rumah sakit
***
Rea pulang ke rumah, dia merasa lelah. Saat sampai di apartemen melihat banyak barang di lorong. Apakah ada orang pindah kesini, pikir Rea
Tak lama, seseorang keluar dari apartemen yang terletak di samping unitnya.
“Rea, kau baru pulang?” tanya Juna yang keluar dari unit apartemen itu
“Juna” lirih Rea terkejut bahwa Juna berada di apartemen miliknya
“Mengapa kau disini?” tanya Rea
“Aku akan tinggal di unit ini, Rea. Dan sekarang aku akan membagikan hadiah untuk tetangga. Namun, aku menunggu kedatangan orang yang tinggal di saping unit ku ini.”
“itu unit milikku”
“Wahh… kita menjadi tetangga rupanya. Kalau begitu ini, ini hadiah dariku untuk ucapan salam kenal.” Juna memberikan bingkisan lalu kembali masuk ke dalam apartemen untuk menata barang-barangnya
“Selamat datang Rea”batin Juna
Rea hanya terdiam dan menatap bingkisan yang diberikan oleh Juna. Melihat bahwa Juna masih sibuk dengan barang-barangnya membuatnya ragu untuk bertanya dan memilih memasuki apartemennya
***
POV JUNA
Aku bersama Bayu saat ini berada di apartemen yang sama dengan Rea bahkan tinggal disamping unit apartemennya.
“Juna, apa rencana elo buat deketin Rea sampai-sampai elo rela tinggal dari apartemen lama elo yang bagus itu ke apartemen ini” tanya Bayu.
Bayu lah yang mengurus surat-surat mengenai kepemilikan apartemen
“Aku hanya ingin lihat keseharian dia setelah sekian lama. Pasti banyak yang berubahkan?”
“Lagian, formal banget sampai pengurusan dokumen. Tuh apartemen milik elo juga kan” Bayu kesal dengan sikap Juna saat ini
“Dia gatau kalau gue pemilik bangunan ini” Aku memandang langit-langit apartemen yang sebenarnya cukup sederhana
“Terus, setelah pindah apa yang elo lakuin”
“Mengajak dia makan bersama, dan elo bantuin gue. Ajak yang lain kesini termasuk pacar Rayhan. Bukankah sudah saatnya kita-kita tahu tentang pacarnya” Bayu hanya mengedikkan bahunya
“Lebih baik elo kerja cepet. Disini elo harus bantuin gue pindahan bukan ceramah seperti ini”
“Terserah” Bayu keluar unit Juna dan mengangkat kardus barang-barang Juna
Saat bersih-bersih terdengar suara alarm dari ponselnya. Melihat label alarm pertanda bahwa saat ini adalah waktunya Rea pulang. Melihat jarak antara rumah sakit dan letak apartemen ini kemungkinan besar 30 menit lagi Rea akan sampai kesini.
“Baiklah … mari buat kejutan yang manis untuk Rea” gumam Juna
POV JUNA END
***
Malam ini Rea merasa begitu lapar. Melihat bahwa tidak ada sereal, susu, roti maupun mie membuat Rea kebingunan. Ada beras namun Rea tidak mengetahui cara memasaknya. Akhirnya Rea memutuskan untuk mencari makanan diluar.
Saat akan pergi terdengar seseorang sedang mengetuk pintu apartemennya.
“Siapa yang bertamu malam-malam begini. Jika kakak pasti akan langsung masuk ke apartemennya” Rea terkejut saat melihat Juna lah yang mengetuk pintunya
“Ada apa ?” Rea heran melihat Juna yang ingin bertamu saat malam seperti ini
“Aku ingin mengajakmu untuk makan bersama di apartemenku. Disana ada Rayhan, Bayu dan juga Ira. Dan oh iya ada kekasih Rayhan juga. Aku mengundangmu untuk ikut, jika kau mau. Oh iya jika ada kakakmu, kau juga bisa mengajaknya?”
“Wahh ternyata ada pesta makan malam, ternyata aku beruntung datang ke tempatmu Rea”
“Kakak” jerit Rea terkejut melihat kakaknya datang dengan santainya
“Tentu, kau bisa ikut Deo. Makanannya sangat cukup untuk semua orang termasuk dengan asistenmu itu”
“Baguslah. Ayo rea, kita ikut” Deo menarik tangan Rea dan menuntutnya masuk ke apartemen milik Juna
“Kakak, kau seperti pemilik apartemen ini saja” tertegun melihat sikap kakaknya
“Dia saja tidak masalah, ya kan?” Juna mengangguk sebagai jawaban
“Untung dia kakaknya rea” batin Juna
“Wahh.. sudah lama kita tidak bertemu Kak Deo” terdengar suara Anjeli yang melihat kedatanganku dengan Kak Deo
“Wahhh Jeli juga disini rupanya. Ohh nemenin pacar ya” Anjeli hanya tertawa menanggapi ucapan dari kakak sahabatnya
“Kamu mengenal dia, Kak Deo” Ira terkejut bahwa kekasih Rayhan yang baru diketahuinya ternyata mengenal Deo, kakaknya Rea.
“Tentu saja, bahkan aku mengenal mereka mungkin sekitar 8 atau 9 tahun lalu, benerkan Rea?”
“Ntahlah”Rea menjawab santai pertanyaan dari Anjeli
“Wah.. gini nih temen yang baik” Mereka tertawa melihat wajah cemberut milik Anjeli karena tanggapan Rea yang santai
“Ayo makan, makanannya sudah siap di meja makan” Juna datang dari dapur dan memanggil semua orang untuk makan
Selesai makan, mereka mengobrol banyak hal untuk saling mengenal satu sama lain.
“Kakak, sebenarnya mengapa datang menemuiku tadi?” tanya Rea secara tiba-tiba
“Sebenarnya kakak mau minta bantuanmu, tapi melihat seseorang mengajak makan bersama. Mana mungkin kakak melewatkan hal itu kan?” jelas Deo sambil melirik Juna
Menghela nafas, Rea tidak habis pikir dengan pemikiran kakaknya yang terkadang cukup aneh. Jika kakaknya sampai meminta bantuannya maka ini permasalahan yang cukup sulit. Padahal ada hal yang harus diurus malah menjahili orang lain, pikir Rea.
“Bantuan apa?”
“Nanti kita bahas. Setelah acara ini selesai, ikut kakak ke kantor ya”Rea hanya mengangguk sebagai jawaban. Pasti ini ada pekerjaan yang berat, batin Rea berteriak lelah
“Kalau begitu kita pamit saja sekarang kak. Besok aku harus ke resto karena Om Awan tidak bisa meninjau besok” bisik Rea
“Juna, kami pamit dulu ya. Karena ada hal yang harus ku urus dengan adikku tersayang ini. Terima kasih atas makanannya, dan hadiahmu sedang dalam perjalanan. Kau pasti menyukainya” Deo berpamitan pergi secara tiba membuat seorang melongo mendengar hal itu
Rea memutar bola matanya malas lalu mengikuti kakaknya keluar setelah berpamitan dengan semua orang
“Apa kau tau apa yang terjadi” bisik Rayhan
“Jika Deo sampai membutuhkan bantuan Rea berarti ini masalah yang cukup serius”
“Cukup serius?”
“Iya, Kak Deo memiliki bisnis sendiri yang disembunyikan. Dan yang tau hanya asistennya dan juga Rea. Sesekali Rea membantu Kak Deo dalam mengurus bisnis itu”
“Rea bisa berbisnis?” Ira terkejut dengan informasi yang baru didapatkannya
“Menurutmu?” Anjeli menyeringai melihat wajah terkejut dari mereka semua
***
“Kakak, apa yang harus kubantu?” tanya Rea
“Tolong kau cek dokumen ini” Rea menerima dokumen yang diberikan oleh kakaknya
Melihat isi dokumen itu, Rea terkekeh aksi konyol seseorang yang dengan berani menyentuh cabang perusahaan milik papanya
“Papa tau?” Rea menelengkan kepalanya ke arah kakaknya
“Tentu saja papa tau” ujar papanya yang baru saja masuk ke ruangan milik Deo
“PAPA” Teriak Rea senang melihat kedatangan papanya
“Melihat papa yang tenang begini, berarti ini termasuk dalam perhitungan papa” Ujar Deo santai
“Kau sangat memahami papa, Deo” Papa tersenyum melihat Deo sambil mengelus kepala Rea
“Jika begitu aku pulang saja” Rea yang melihat bahwa ini bukan lagi sebuah masalah karena papa dan kakaknya pasti memiliki solusi untuk masalah ini
“Tidak, kita tetap lihat dan antisipasi gerakan dia selanjutnya” ujar Papa
“Jadi kau tetap disini, sayang… papa juga sudah menyiapkan keperluanmu untuk menginap di kantor” lanjutnya
“Ahh.. baiklah. Mari kita lihat dokumen yang penuh dengan uang ini” lirih Rea
Semua orang yang ada di dalam ruang Deo tertawa mendengar ucapan Rea. Meskipun pelan, suara Rea tetaplah terdengar dengan sangat jelas.