Di dunia di mana para dewa pernah berjalan di antara manusia, sebuah pedang yang terlupakan bangun, melepaskan kekuatan yang dapat mengubah dunia. Seorang pemuda, yang ditakdirkan untuk kehebatan, menemukan sebuah rahasia yang akan mengubah nasibnya, tetapi dia harus memilih pihak, pilihan yang akan menentukan nasib dunia. Cinta dan kesetiaan akan diuji ketika dia menjelajahi dunia sihir, petualangan, dan roman, menghadapi ancaman yang dapat menghancurkan jaringan eksistensi. Warisan Para Dewa menunggu... Apakah kamu akan menjawab seruannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pramsia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16: Jejak di Hutan Tua
Perjalanan Jian dan Mei menuju desa terpencil di mana Kai, mantan pemimpin Sekte Bayangan, bersembunyi, membawa mereka jauh ke dalam hutan tua yang lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, cabang-cabangnya saling bertaut menciptakan kanopi yang gelap dan misterius. Sinar matahari hanya sedikit yang mampu menembus kegelapan, menciptakan suasana yang mencekam namun juga tenang.
Jian, dengan pedangnya yang terhunus di pinggang, melangkah dengan hati-hati. Ia merasakan aura yang berbeda di hutan ini, aura yang lebih berat, lebih gelap daripada hutan-hutan yang pernah ia lewati. Ia tahu bahwa mereka sedang memasuki wilayah yang berbahaya.
Mei, di sampingnya, memegang sebuah tongkat kayu yang ia gunakan untuk membantu mereka melewati medan yang sulit. Ia tampak tenang dan teguh, meskipun ia juga merasakan ketegangan di udara. Ia percaya pada Jian, dan ia percaya pada kekuatan kebaikan yang mereka bawa.
Mereka berjalan berjam-jam, melewati sungai yang mengalir deras, mendaki lereng yang curam, dan menghindari jebakan yang tersembunyi di antara pepohonan. Mereka mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Pak Tua Li, petunjuk yang samar dan sulit diartikan.
Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak. Di dalam gua, mereka menemukan beberapa lukisan dinding yang menggambarkan sejarah Sekte Bayangan. Lukisan-lukisan itu menggambarkan bagaimana Sekte Bayangan dulunya adalah kelompok yang baik, yang berjuang untuk melindungi orang-orang dari kejahatan. Namun, seiring waktu, mereka menjadi terobsesi dengan kekuasaan dan kekuatan, dan mereka mulai menggunakan kekuatan mereka untuk menindas orang-orang.
Jian dan Mei mempelajari lukisan-lukisan itu dengan saksama. Mereka menyadari bahwa Sekte Bayangan bukanlah kelompok jahat yang muncul begitu saja. Mereka adalah kelompok yang telah kehilangan jalannya, yang telah tersesat dalam ambisi dan kehausan kekuasaan.
Setelah meninggalkan gua, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Semakin jauh mereka berjalan, semakin mencekam suasana hutan. Mereka mendengar suara-suara aneh di kejauhan, suara-suara yang membuat bulu kuduk mereka merinding.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka menghentikan langkah mereka dan bersembunyi di balik sebatang pohon besar. Beberapa orang berpakaian hitam muncul dari balik pepohonan. Mereka adalah anggota Sekte Bayangan yang tersisa.
Jian dan Mei memperhatikan mereka dari tempat persembunyian mereka. Mereka melihat bahwa anggota Sekte Bayangan itu tampak lesu dan putus asa. Mereka tidak lagi memiliki semangat juang yang mereka miliki sebelumnya. Mereka tampak seperti orang-orang yang telah kehilangan harapan.
Setelah anggota Sekte Bayangan itu berlalu, Jian dan Mei melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa mereka semakin dekat ke tempat persembunyian Kai. Mereka juga tahu bahwa mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah pondok kecil yang terletak di tengah hutan. Pondok itu tampak tua dan usang, tetapi masih kokoh berdiri. Asap mengepul dari cerobongnya, menunjukkan bahwa ada seseorang di dalam.
Jian dan Mei saling berpandangan. Mereka tahu bahwa inilah saatnya. Mereka telah sampai di tempat persembunyian Kai. Mereka telah sampai pada titik di mana mereka harus menghadapi masa lalu dan mencoba untuk mengubah masa depan.
Dengan hati yang berdebar kencang, Jian dan Mei melangkah menuju pondok kecil itu. Mereka siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Mereka siap untuk menghadapi Kai. Mereka siap untuk menghadapi masa lalu. Mereka siap untuk menghadapi masa depan.
(Bersambung ke Chapter 17)